Hujan Mulai Turun di Sumbar tapi Kualitas Udara Turun, Ini Penjelasan Stasiun GAW Bukit Kototabang

Berita Sumbar hari ini: Meskipun hujan telah turun, perubahan pola angin menyebabkan penurunan kualitas udara di Sumbar.

Ilustrasi Alat Ukur Kualitas Udara. [Foto: Ist]

Berita Sumbar hari ini: Meskipun hujan telah turun, perubahan pola angin menyebabkan penurunan kualitas udara di Sumbar.

Padang, Padangkita.com - Hujan dengan intensitas ringan hingga tinggi dilaporkan terjadi hampir di sebagian besar wilayah Sumatra Barat (Sumbar) pada Selasa (2/3/2021). Meskipun demikian, perubahan pola angin menyebabkan penurunan kualitas udara di Sumbar.

Kepala Stasiun Pemantau Atmosfer Global (GAW) Bukit Kototabang, Wan Dayantolis mengatakan, tiga parameter kualitas udara utama yakni, PM10, CO, dan O3 menunjukkan peningkatan konsentrasi sejak Senin (1/3/2021) pukul 22:00 WIB.

"Analisis sementara menunjukkan penurunan kualitas udara ini karena masuknya partikulat dari wilayah di sekitar Sumbar yang terdapat hotspot atau titik panas," kata Wan kepada Padangkita.com, via pesan WhatsApp, Selasa (2/3/2021).

Ia mengatakan, masuknya partikulat tersebut karena perubahan komponen angin dari biasanya utara ke timur laut menjadi timur menuju tenggara.

Hal ini karena munculnya beberapa sirkulasi angin tertutup yang disebut “Eddy' pada Barat Sumatra.

Ia menjelaskan, luaran model ECMWF untuk parameter PM2.5 mengindikasikan kondisi kualitas udara untuk periode 2 hingga 4 Maret 2021 yang berstatus baik, dengan konsentrasi rerata 24 jam PM2.5 berada pada level 12 μg/m3 atau batas atas konsentrasi rerata 24 jam PM2.5 untuk kategori kualitas udara baik berdasarkan Permen LHK nomor 14 tahun 2020 adalah 15,5 μg/m3.

Namun demikian, ada kecenderungan peningkatan konsentrasi PM2.5 di beberapa kabupaten dan kota untuk tanggal 4 Maret 2021.

Pada tanggal tersebut diprediksi konsentrasi rerata 24 jam PM2.5 di wilayah-wilayah tersebut berada di atas 15,5 μg/m3. Kabupaten dan kota tersebut antara lain Padang Pariaman (16,9 μg/m3), Sijunjung (16,2 μg/m3), Tanah Datar (16 μg/m3), Kota Padang Panjang (16,1 μg/m3), Kota Sawahlunto (16,5 μg/m3), dan Kota Solok (17,4 μg/m3).

"Berdasarkan data dari LAPAN, pantauan titik panas di Riau dalam tiga hari terakhir mencatatkan 81 hotspot yang terdeteksi dengan rincian dua hotspot dengan tingkat kepercayaan tinggi, 67 sedang, dan 12 titik panas berstatus rendah," jelasnya.

Selain dari pola pergerakan massa udara yang masuk ke Sumatra Barat, potensi peningkatan konsentrasi PM2.5 juga dapat berasal dari sumber-sumber lokal dari aktivitas pertanian, perkebunan, dan transportasi.

Peningkatan konsentrasi PM2.5 dari ECMWF ini katanya, diprediksi tidak menunjukkan adanya penurunan kualitas udara yang signifikan. Hal ini dikarenakan peningkatan konsentrasi masih berada sedikit di atas level 15,5 μg/m3.

Baca juga: Musim Kemarau, Sejumlah Titik Panas Terpantau di Sumatra, Kualitas Udara di Sumbar Menurun

"Namun demikian, perlu diperhatikan agar tidak melakukan kegiatan-kegiatan yang dapat menyebabkan terjadinya kebakaran hutan dan lahan, maupun yang dapat menyebabkan peningkatan emisi polutan ke udara," tuturnya. [pkt]


Baca berita Sumbar hari ini hanya di Padangkita.com.

Baca Juga

Aktivitas Gunung Marapi Meningkat, Gubernur Mahyeldi Imbau Warga dan Pemudik Waspada
Aktivitas Gunung Marapi Meningkat, Gubernur Mahyeldi Imbau Warga dan Pemudik Waspada
Gempa Guncang Kepulauan Mentawai dan Pesisir Sumatera Barat Pagi Ini
Gempa Guncang Kepulauan Mentawai dan Pesisir Sumatera Barat Pagi Ini
Gempa Magnitudo 5,0 Guncang Pariaman, Warga Diimbau Waspada Gempa Susulan
Gempa Magnitudo 5,0 Guncang Pariaman, Warga Diimbau Waspada Gempa Susulan
Sumbar Waspada Cuaca Ekstrem, BPBD Imbau Masyarakat Tingkatkan Kewaspadaan
Sumbar Waspada Cuaca Ekstrem, BPBD Imbau Masyarakat Tingkatkan Kewaspadaan
Sumatera Barat Rilis Peta Jalan Pengembangan Ekonomi Kreatif
Sumatera Barat Rilis Peta Jalan Pengembangan Ekonomi Kreatif
Gubernur Mahyeldi Dorong Petani Sumbar Manfaatkan Perhutanan Sosial untuk Tingkatkan Kesejahteraan
Gubernur Mahyeldi Dorong Petani Sumbar Manfaatkan Perhutanan Sosial untuk Tingkatkan Kesejahteraan