Walhi Sumbar Rekomendasi Hentikan Proyek Pembangunan Geothermal

Walhi Sumbar Rekomendasi Hentikan Proyek Pembangunan Geothermal

Masa menghadang dan merusak mobil di Batu Bajanjang diduga terkait proyek pembangunan geothermal di daerah tersebut. (Foto; FB)

Image Attachment

Masa menghadang dan merusak mobil di Batu Bajanjang diduga terkait proyek pembangunan geothermal di daerah tersebut. (Foto; FB)

Padangkita.com – Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) Sumatera Barat merekomendasikan agar proyek geothermal di kawasan Gunung Talang Bukit Kili, Kecamatan Lembang Jaya, Kabupaten Solok dihentikan. Selain dekat dengan pemukiman warga, lokasi tersebut juga berada dalam zona merah bencana letusan gunung berapi dan gempa vulkanik.

Direktur Walhi Sumbar Uslaini mengatakan pihaknya beberapa waktu lalu sudah melakukan kajian terkait proyek ini. Selain itu, Walhi juga sudah beberapa kali menggelar diskusi dengan para akademisi dan ahli terkait dampak dari geothermal.

Dalam kajiannya, Walhi menyebut lokasi geothermal berada dalam zona merah dan semestinya tidak ada aktivitas yang membahayakan di sana. Selanjutnya, salah satu titik pengeboran juga berada di kawasan pemukiman dan perkebunan warga yang tentunya sangat berbahaya bagi mereka.

Di samping itu, geothermal juga berpotensi memicu gempa bumi minor akibat fracking, mencemari udara dari gas-gas yang ditimbulkan, menimbulkan kekeringan karena terjadinya perubahan iklim dan perubahan jalur air di dalam tanah. Limbah fluida dari geothermal juga berpotensi mencemari lingkungan di sekitarnya.

“Air buangan dari geothermal mengandung zat-zat berbahaya, seperti caustic soda yang korosif bagi manusia; arsenik, antimon, dan boron yang dapat menyebabkan kanker; serta zat-zat berbahaya lainnya,” ujar perempuan yang akrab disapa Chaus ini, di Kantor Walhi Sumbar, Selasa (22/11/2017).

Kemudian, dalam dialog akademis di Universitas Andalas yang diikuti oleh akademisi Universitas Andalas dan Universitas Negeri Padang pada 16 September lalu, hal tersebut juga mengemuka. Adapun rekomendasi dari para akademisi, sebelum adanya eksplorasi, mestinya dilakukan kajian lingkungan hidup strategis (KLHS) dan valuasi ekonomi lingkungan dari Gunung Talang. KLHS mesti dilakukan karena masyarakat perlu tahu apa dampak terhadap lingkungan yang ditimbulkan geothermal.

Sementara itu, valuasi ekonomi lingkungan perlu dilakukan untuk menilai sejauh nilai ekonomi lingkungan yang ada di Gunung Talang. Jangan-jangan, kata Chaus, nilai ekonomi lingkungan yang dimanfaatkan masyarakat saat ini jauh lebih tinggi daripada dengan adanya geothermal.

Saat ini masyarakat memanfaatkan lingkungan dengan bertani. Selain itu, juga ada pemanfaatan mata air Gunung Talang sebagai air mineral dan pemanfaatan ekowisata pendakian Gunung Talang yang dikunjungi lebih dari 2.000 pendaki setiap tahunnya.

Chaus memandang pembangunan geothermal tidak cocok dilakukan lokasi tersebut karena berpotensi merugikan masyarakat, terutama dari segi ekonomi dan sosial. Selain itu, proyek ini juga tidak cocok dengan kebutuhan provinsi dan masyarakat karena Sumbar merupakan daerah yang surplus listrik.

“Lebih baik kawasan ini digunakan hal lain yang manfaatnya jauh lebih besar bagi masyarakat sekitar,” ujar Chaus.

Chaus berharap pihak pemerintah menjadikan rekomendasi tersebut sebagai acuan untuk bertindak. Dia juga meminta pemerintah daerah mau memperjuangkan kepentingan masyarakatnya yang terancam dirugikan. Alasan yang mengatakan perintah dari pusat tidak bisa ditolak, dinilai Chaus hanya upaya “cuci tangan” pihak pemda karena sebenarnya pembangunan ini tidak bisa dilanjutkan bila tidak ada rekomendasi dari pemda.

“Mereka punya kewenangan untuk menolak. Tapi apakah mereka punya political will untuk melindungi masyarakat mereka atau tidak,” ujar alumni Jurusan Pertanian Unand ini.

Dilansir dari sejumlah media, satu unit mobil dari PT Hitay Daya Energy dibakar oleh massa yang mengatasnamakan dari masyarakat Salingka Gunung Talang, Kabupaten Solok. Saat itu, perwakilan dari PT Hitay Daya Energy meninjau lokas eksplorasi untuk proyek energi panas bumi (geothermal) di Batu Bajanjang, Kecamatan Lembang Jaya, Kabupaten Solok, Senin sore (20/11/2017).

Warga yang marah memaksa seluruh rombongan pimpinan PT Hitay yang terdiri Senior Project Manager Novianto dan Heri untuk turun dari mobilnya. Lima Anggota TNI dari satuan Marinir Lantamal Padang yang turun dengan membawa senjata laras panjang didampingi 3 orang anggota koramil Lembang Jaya yang berada di mobil ke dua, tak mampu  berbuat banyak ketika massa yang mulai marah mulai melempari mobil dengan batu.

Baca Juga

Riyono Ungkap 10 Dampak Serius Ekspor Pasir Laut, Mulai dari Ekologis hingga Konflik Sosial
Riyono Ungkap 10 Dampak Serius Ekspor Pasir Laut, Mulai dari Ekologis hingga Konflik Sosial
Launching Buku 'Green Democracy', Sultan: Semangat Wujudkan Keseimbangan
Launching Buku 'Green Democracy', Sultan: Semangat Wujudkan Keseimbangan
Pj Wali Kota Padang Terima Penghargaan Nirwasita Tantra
Pj Wali Kota Padang Terima Penghargaan Nirwasita Tantra
Limapuluh Kota – Warsi Kerja Sama Pengendalian Dampak Perubahan Iklim Bersama Masyarakat
Limapuluh Kota – Warsi Kerja Sama Pengendalian Dampak Perubahan Iklim Bersama Masyarakat
Sumbar Dapat Hibah ‘Reward’ Penurunan Emisi Karbon Rp53 Miliar dari BPDLH Kemenkeu
Sumbar Dapat Hibah ‘Reward’ Penurunan Emisi Karbon Rp53 Miliar dari BPDLH Kemenkeu
Pj Wako Pariaman Roberia Minta SMA-SMK Hasilkan Karya dari Daur Ulang Sampah
Pj Wako Pariaman Roberia Minta SMA-SMK Hasilkan Karya dari Daur Ulang Sampah