Padang, Padangkita.com – Mentari sedikit menampakkan diri pagi itu. Calon Gubernur (Cagub) Sumatra Barat (Sumbar) Mahyeldi Ansharullah, memulai hari dengan memberi makan ikan di kolam Masjid At-Taqwa Mantuang, Canduang, Kota Bukittinggi. Di masjid ini Mahyeldi sarapan bersama pengurus masjid.
Hari itu, Mahyeldi bertemu dengan tokoh masyarakat Mantuang. Dalam silaturahmi itu, masyarakat Mantuang menitipkan pesan kepada Mahyeldi, jika kelak memimpin Sumbar, agar meningkatkan pelayanan kesehatan dan membangun ekonomi yang terpukul oleh pandemi Covid-19.
Ketua Jemaah As-Syattariyah yang juga tokoh masyarakat Mantuang, Tengku Mudo Ismet Ismail ikut menerima kedatangan Buya--panggilan Mahyeldi. Dari diskusi hari itu, Tengku Mudo mendoakan dan mendukung Cagub Nomor Urut 4 Mahyeldi untuk menjadi Gubernur Sumbar.
Mahyeldi sendiri merupakan orang asli Agam. Kemudian mengharumkan nama kampungnya dengan menjadi Wali Kota Padang yang dinilai sukses, dua periode. Pada masa kepemimpinan Mahyeldi, Padang mengalami transformasi luar biasa seperti pembenahan Pantai Padang dan perbaikan jalan-jalan utama di sekitar masjid, objek wisata serta pembangunan infrastruktur lainnya.
Perjalanan dari surau (termasuk masjid) ke surau Buya Mahyeldi, tidak hanya sebatas hal yang tampak oleh orang kebanyakan. Jika dilihat lebih dalam, ada empat pesan yang ingin disampaikan Buya Mahyeldi ke masyarakat Sumbar dari kebiasaannya itu.
Pertama, Buya Mahyeldi ingin menyampaikan pesan surau merupakan simbol orang Minang yang menganut filsafah adat basandi syarak, syarak basandi kitabullah yang harus tetap hidup.
Kedua, Buya Mahyeldi menghadirkan pesan, surau merupakan tempat mulia yang harus selalu dimakmurkan dengan berbagai kegiatan ibadah. Seperti salat berjemaah, zikir dan kegiatan keagamaan lainnya.
Ketiga, Buya Mahyeldi secara tidak langsung memberikan pesan, surau merupakan sumber dari peradaban. Jika ingin masyarakat dan daerah maju, maka kembalikan semuanya ke surau. Dan terakhir Buya Mahyeldi memberikan pesan penting, surau adalah jiwanya, surau adalah cerminan dirinya.
Sangat jarang pemimpin atau calon pemimpin yang benar-benar menjadikan surau sebagai orientasi utama dalam membuat kebijakan yang dihadirkan ke masyarakat. Yang ada hanya memanfaatkan surau sebagai sarana mendulang suara sesaat. Setelah hasrat terpenuhi surau pun ditinggalkan. Disorientasi dan kesalahan niat dalam membangun sebuah peradaban.
Baca juga: Paguyuban Warga Sumbar Asal Sunda Dukung Buya Mahyeldi Jadi Gubernur
Namun itu tidak bagi Buya Mahyeldi. Karena Buya Mahyeldi berasal dari surau tumbuh dan besar di surau. Dan bisa dilihat buah kepemimpinannya, Kota Padang kian tumbuh dan berkembang sangat pesat.
Dengan pertimbangan itulah, kata Tengku Mudo Ismet, Mahyeldi adalah calon yang paling layak memimpin Sumbar ke depan. [*/adv/pkt]