Padang, Padangkita.com - Potensi ikan tuna di perairan Provinsi Sumatera Barat (Sumbar) disebut mencapai 300 ribu ton per tahun. Sayangnya dari jumlah tersebut hanya sebanyak 25 persen atau 75 Ton yang tergarap oleh nelayan lokal setempat.
"Dari 300 ribu ton potensi tuna di perairan Sumbar per tahun, hanya 25 persen yang bisa diambil oleh nelayan kita, selebihnya terbuang percuma," ujar Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan DKP Kota Padang, Guswardi di Padang, Jumat (14/1/2022).
Nilai ikan tuna yang tidak tertangkap mencapai Rp9 miliar per tahun. Untuk itu kata dia, kedepan DKP Kota Padang akan fokus memberdayakan nelayan kecil untuk bisa menangkap ikan tuna lebih banyak lagi. Selain itu, mengoptimalkan potensi tersebut, DKP bakal menggaet investor untuk memperbanyak modifikasi kapal tonda nelayan kecil menjadi kapal tangkap tuna.
Dia mengatakan pada tahun 2022, program pemberdayaan nelayan kecil menangkap tuna merupakan unggulan DKP Kota Padang, penerapannya kapal tonda nelayan 15 GT akan dimodifikasi menjadi kapal tuna, hingga 2024 ditargetkan mencapai 100 unit.
Untuk sekarang di bawah pembinaan DKP, ada 20 unit kapal modifikasi tuna dan dioperasionalkan oleh salah satu kelompok usaha bersama (KUB) nelayan dii Kecamatan Bungus.
Dia juga menjelaskan, potensi ikan tuna sangat strategis dalam meningkatkan kesejahteraan para nelayan, untuk memodifikasi kapal tonda menjadi kapal tuna membutuhkan dana Rp 500 juta, menurut pengalaman saat membina KUB Tuna Mandiri Bungus yang telah memiliki kapal modifikasi tuna saat melaut selama satu minggu atau 10 hari, rata-rata mendapatkan 2 ton ikan tuna.
Sekarang satu kilo ikan tuna berharga Rp 40 ribu, jika dalam satu bulan bisa melaut 3 kali trip atau lebih maka penghasilan yang didapat mencapai Rp120 juta hingga Rp 160 juta.
"Jika dikeluarkan biaya operasional, maka pemilik kapal akan mendapatkan setengahnya, antara Rp 60 juta hingga Rp 80 juta. Jika minimal mendapatkan Rp 60 juta satu bulan, maka dalam satu tahun modal akan kembali. Jadi bisnis tuna sangat menjanjikan dan pantas dilirik oleh investor, " katanya.
Dia mengatakan ada satu nelayan yang memiliki kapal tuna dengan modal sendiri, dalam satu tahun beroperasi dia telah memiliki tiga kapal, sudah saatnya fokus terhadap kapal-kapal nelayan kecil untuk menangkap tuna. DKP Kota Padang akan membantu dari aspek anggaran maupun memfasilitasi untuk mendapatkan investor.
Selama ini, lanjutnya, banyak kapal besar dari luar mencari tuna di perairan Sumbar, lebih baik berdayakan nelayan kecil, untuk hasil yang lebih bisa dinikmati oleh daerah sendiri.
Dia mengatakan, untuk mengoptimalkan program pemberdayaan nelayan kecil menangkap tuna, DKP Kota Padang telah berkoordinasi dengan pihak himpunan pengusaha seperti KADIN, hingga sekarang ada tiga investor yang berminat menanamkan modalnya untuk membangun kapal tuna. Nantinya akan dikerjasamakan dengan kelompok nelayan di Padang.
"Jika pemilik mendapatkan separuh saja hasil tangkapan, itu sudah mengembalikan modal mereka dalam waktu yang cepat," katanya.
Menurutnya, untuk gaji nahkoda kapal tuna satu kali trip mencapai Rp 15 juta. Untuk ABK bisa mendapatkan Rp 6 juta, dengan semakin banyaknya kapal tuna maka akan memberikan banyak dampak positif yang untuk Kota Padang, selain PAD, Pelabuhan Bungus juga akan ramai nantinya, karena targetnya hingga 2024 akan ada 100 kapal tuna untuk nelayan Kota Padang.
"Tidak hanya menguntungkan pemerintah pusat dan daerah yang diuntungkan dengan ramainya Pelabuhan Bungus, namun juga ekonomi masyarakat sekitar," katanya.
Baca Juga : Terdampak La Nina, Hasil Tangkap Nelayan Pessel Turun dan Harga Ikan Segar Mahal
Sementara itu, untuk pemasaran tidak ada masalah. Di Pelabuhan Perikanan Samudera Bungus ada PT Dempo dan pengusaha besar lainnya yang siap menampung. “Kebutuhan tuna ini sangat tinggi, malah kita kekurangan stok. Jika tidak bisa diekspor, biasanya ikan tuna dipasarkan langsung di Padang,” jelasnya.
Guswardi optimistis, jika ini bisa berjalan maka akan menjadi langkah awal untuk bangkitnya nelayan kecil di Kota Padang menuju nelayan maju, modern dan sejahtera. Ditambahkanya, untuk pemasaran tidak ada masalah. Di Pelabuhan Perikanan Samudera Bungus ada PT Dempo dan pengusaha besar lainnya yang siap menampung. [isr]