Kilas Balik Kebaya, Jadi Busana Resmi Wanita Eropa Hingga Pakaian Pekerja Paksa

berita terbaru: Sejarah kebaya di Indonesia

Dua wanita Indonesia memakai kebaya - foto ini diperkirakan dipotret tahun sekitar 1990. [Foto: KITLV]

Sejarah kebaya di Indonesia erat kaitannya dengan nilai budaya bangsa. Evolusi kebaya tak bisa lepas dari evolusi bangsa Indonesia sebagai masyarakat yang berbudaya.

Padangkita.com - Kebaya yang merupakan salah satu ikon bangsa Indonesia memiliki asal usul yang menarik.

Jika kita menilik soal kilas balik kebaya di Indonesia, sama halnya dengan membuka kembali lembaran demi lembaran dalam sejarah bangsa yang berbudaya.

Cita rasa dan warna kebaya pun tak lepas dari pengaruh pergeseran warna budaya bangsa yang disebabkan oleh irama turun-naiknya politik dan perjuangan bangsa.

Berbicara tentang asal usul kebaya sendiri, Ria Pentasari dalam bukunya yang berjudul Chic in Kebaya: Catatan Inspiratif untuk Tampil Anggun Berkebaya menyebut bahwa kata 'kebaya' berasal dari tiga bahasa sekaligus.

Di antaranya yaitu dari bahasa Arab, Tiongkok, dan Portugis. Ketiga bangsa tersebut berkaitan erat dengan asal muasal kebaya di Indonesia.

Dalam catatan sejarah, ada yang mencatat bahwa kata 'kebaya' berasal dari bahasa Arab 'habaya' yang berarti pakaian labuh yang memiliki belahan di depan.

Terkait hal itu, sejarawan yang menekuni budaya Jawa, Denys Lombard, menulis dalam bukunya yang berjudul Nusa Jawa: Silang Budaya pada tahun 1996, kata 'kebaya' berasal dari bahasa Arab 'kaba' yang berarti pakaian.

Selain itu, ada juga yang mencatat bahwa kata 'kebaya' diperkenalkan lewat bahasa Portugis saat bangsa tersebut mendarat di kawasan Asia Tenggara.

Saat itu, kebaya digunakan untuk menunjuk atasan atau blouse yang dikenakan oleh wanita Indonesia antara abad ke-15 dan 16 Masehi.

Pendapat lain juga ada yang menyatakan bahwa kebaya berkaitan dengan pakaian panjang wanita yang dikenakan pada masa kekaisaran Ming di Tiongkok.

Pengaruh dalam gaya pakaian ini menyebar ke Asia Selatan dan Tenggara sekitar abad ke-13 sampai 16 Masehi melalui penyebaran penduduk dataran Tiongkok.

Pengaruh ini pun kemudian menyebar ke Malaka, Jawa, Bali, Sumatra, dan Sulawesi.

Perkembangan kebaya di Indonesia juga erat kaitannya dengan penyebaran agama Islam di Indonesia sekitar abad ke-15.

Pergeseran budaya berpakaian terlihat pada perkembangan kerajaan-kerajaan Jawa Kuno di era kesultanan atau kerajaan Islam di Pulau Jawa.

Sejarah kebaya di Indonesia juga tercatat pada tahun 1600 di mana saat itu kebaya dikenakan secara resmi oleh keluarga kerajaan.

Setelah adanya penyebaran agama Islam, kebaya menjadi busana yang populer dan bahkan menjadi simbol status.

Perkembangan kebaya di Indonesia pun terus mengalami kemajuan dari masa ke masa, termasuk di masa penjajahan Belanda.

Pada masa itu, kebaya digunakan sebagai busana resmi wanita Eropa. Kebaya waktu itu berbahan mori dan kemudian dikembangkan menggunakan sutera dengan sulaman berwarna-warni.

Lampiran Gambar

Wanita Eropa, Mrs Kloppenburg Versteegh Wearin, menggunakan kebaya. [Foto: KITLV]

Berlanjut pada abad ke-19, kebaya menjadi pakaian sehari-hari bagi semua kelas sosial, baik perempuan Jawa maupun peranakan belanda.

Kebaya bahkan sempat menjadi pakaian wajib para perempuan Belanda yang berdatangan hijrah ke Hindia (sebutan bagi Indonesia kala itu).

Meski begitu, dalam sejarah perkembangan kebaya di Indonesia, tercatat bahwa kebaya mengalami kemerosotan pada masa penjajahan Jepang.

Saat itu kebaya diasosiasikan sebagai pakaian yang dikenakan oleh pribumi tahanan dan pekerja paksa perempuan kala itu.

Setelah masa penjajahan Jepang berakhir, Indonesia meraih kemerdekaannya. Pada masa itulah kebaya dan kain batik pun menjadi simbol perjuangan dan nasionalisme.

Nilai dan status kebaya kembali naik dan dijadikan sebagai busana di acara-acara resmi maupun acara kenegaraan.

Terlepas dari semua itu, sejarah perkembangan kebaya di Indonesia sangatlah bervariasi hingga kini.

Bahkan pada era modern saat ini, banyak perancang kebaya yang memadupadankan kebaya dengan bawahan, aksesori, maupun dengan corak lain yang lebih kasual.

Aneka kreasi kebaya pun sangat banyak dijumpai saat ini dengan modifikasi yang semakin berani dan mengikuti perkembangan zaman. (Jly)

Baca Juga

Sejarah Balai Kota Padang dari Masa ke Masa, dari Kawasan Muaro ke Aie Pacah
Sejarah Balai Kota Padang dari Masa ke Masa, dari Kawasan Muaro ke Aie Pacah
Hari Ini 1926, Padang Panjang Luluh Lantak Dihoyak Gempa dan Danau Singkarak Tsunami
Hari Ini 1926, Padang Panjang Luluh Lantak Dihoyak Gempa dan Danau Singkarak Tsunami
Mengenal Sosok Friedrich Silaban Perancang Masjid Istiqlal Jakarta
Mengenal Sosok Friedrich Silaban Perancang Masjid Istiqlal Jakarta
Kenduri Sko, Cara Masyarakat Kerinci Awetkan Naskah Melayu Tertua Berusia Hampir 600 Tahun
Kenduri Sko, Cara Masyarakat Kerinci Awetkan Naskah Melayu Tertua Berusia Hampir 600 Tahun
Menguak Literatur Kerajaan Jambu Lipo: Berdiri Sejak Abad ke-10 Tetap Eksis hingga Sekarang
Menguak Literatur Kerajaan Jambu Lipo: Berdiri Sejak Abad ke-10 Tetap Eksis hingga Sekarang
Lubuk Basung, Padangkita.com - Museum Buya Hamka di Kabupaten Agam meraih peringkat kedua API Award 2021 untuk kategori situs sejarah.
Museum Buya Hamka Raih Peringkat Kedua API Award 2021