Padangkita.com – Sebanyak 13 hotspot atau titik panas terpantau di sejumlah lokasi di Sumatera Barat (Sumbar).
Menurut Kepala Pusat Pengendalian Operasi (Pusdalops) Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sumbar, R.Pagarnegara, 13 hotspot itu terpantau oleh Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan) pada 21 Juli 2017, pada pukul 07.00 hingga pukul 16.00 Wib.
Baca juga : Musim Kering, Kebakaran Lahan Ancam Sumbar
Dari data Lapan, ke 13 titik panas itu tersebar di Kabupaten Dharmasraya 1 titik, Pasaman 3 titik, yaitu di Rao Mapat, dengan tingkat kepercayaan 71 sampai 80 persen. Sementara untuk titik panas dengan tingkat kepercayan 80 sampai 100 persen, terpantau di Kabupaten Limapuluh Kota 5 titik, Pasaman 3 titik, dan Pesisir Selatan, tepatnya di Batang Kapas.
“ Itu data dari Lapan yang diterima Pusdalops per 21 Juli lalu “ katanya kepada Padangkita.com, Minggu (23/7/17).
Meski Jumat lalu terpantau sebanyak 13 hotspot, namun Pagarnegara menyebutkan, hari ini untuk sementara belum ada titik panas yang kembali terpantau. Meski begitu, BPBD Sumbar sudah menyiagakan tambahan pompa air, untuk mengantisipasi jika terjadi kebakaran hutan dan lahan yang meluas.
Sebelumnya BMKG menyatakan sejumlah daerah di Sumbar masuk dalam kategori “sangat mudah” terbakar atau terjadi kebakaran lahan seiring mulai masuknya musim kering.
“Potensi kebakaran lahan di wilayah Sumbar pada kategori ‘sangat mudah’ dilihat dari faktor cuaca,” kata Budi Samiadji, Kepala Seksi Observasi dan Informasi BMKG Padang Pariaman.
Ia mengatakan sejumlah daerah yang potensial itu adalah Kabupaten Limapuluh Kota tepatnya di Kecamatan Kapur IX, Kabupaten Pasaman Barat, Padang Pariaman, Kota Pariaman, Padang, Pesisir Selatan, Solok Selatan bagian timur, dan Sijunjung bagian timur.
Pada beberapa wilayah itu, hujan sudah tidak ada sejak lima hari terakhir. Bahkan untuk tiga hari ke depan juga belum terlihat tanda-tanda datangnya hujan.
Sementara itu di wilayah provinsi tetangga seperti Riau dan Jambi, malah seluruh wilayahnya masuk dalam kategori ‘sangat mudah’ terjadi kebakaran lahan.
Apalagi, imbuhnya, untuk angin dari arah tenggara. Artinya, jika terjadi kebakaran lahan di wilayah Jambi dan Sumatera Selatan bisa mempengaruhi wilayah Sumbar.
Ia memaparkan dari gambaran cuaca bulan Juli, secara klimatologi dan historis wilayah Sumbar merupakan daerah minim hujan.
“BMKG juga memprediksi, wilayah Sumbar selama bulan Juli dominan kering. Walaupun di awal Juli curah hujan masih tinggi, namun pertengahan Juli mulai kering,” ujar Budi.
Untuk itu, pemerintah daerah dan masyarakat perlu memaspadai potensi kebakaran lahan yang hampir setiap tahun melanda kawasan lahan dan hutan di Sumatera. (Aidil Sikumbang)