Padangkita.com - Penggunaan terompet dapat berpotensi menyebabkan difteri jika digunakan secara bergantian. Terompet biasanya kerap digunakan dalam rangka memeriahkan malam tahun baru di seluruh penjuru dunia termask di Indonesia.
Direktur Surveilans dan Karantina Kesehatan Ditjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit, Elizabeth Jane Soepardi menyatakan bakteri penyebab difteri dapat menular dengan mudah. Apalagi kalau salah satu peniup terompet terkena penyakit difteri. Menurutny salah satu penularan penyakit difteri terjadi melalui percikan air ludah.
"Difteri bisa menular kalau ditiup bergantian. Difteri ini bisa menular melalui percikan air ludah yang menempel di terompet," katanya Elizabeth, dikutip dari sejumlah media, Jumat (29/12/2017).
Meski demikian, Elizabeth menyatakan penularan penyakit difteri dapat dicegah jika sudah dilakukan imunisasi dan vaksinasi. Dirinya menyatakan orang-orang yang telah mendapatkan imunisasi dan vaksinasi secaralengkap kemungkinan besar akan kuat dan kebal terhadap penyakit difteri dari berbagai pola penularan.
Dirinya juga mengimbau kepada masyarakat agar mengikuti imunisasi difteri. Tentu agar kebal terhadap penyakit tersebut. Imunisasi dinilai akan menghilangkan segala kekhawatiran terhadap penularan penyakit difteri.
Sementara itu, Kepala Dinas Kesehatan Kota Padang Feri Mulyani mengimbau masyarakat Kota Padang untuk tidak takut terhadap imunisasi difteri. Hingga saat ini, imunisasi merupakan satu-satunya langkah antisipasi untuk mencegah seseorang tertular difteri.
Menurut Mulyani, pada Bulan Imunisasi Anak Sekolah (BIAS) beberapa waktu lalu ada beberapa kelompok orang tua siswa yang menolak anaknya untuk ikut imunisasi. Hal itu terjadi karena adanya sejumlah kampanye hitam yang menyatakan bahwa vaksin haram.
“Padahal MUI sendiri sudah melegalkannya. Berdasarkan agama (Islam), jika suatu bahan lebih banyak manfaat daripada mudaratnya, boleh dipergunakan,” ujarnya, Kamis (21/12/2017).
Mulyani melanjutkan, agar bisa terbebas dari difteri, seorang anak mesti mendapatkan imunisasi DPT (difteri, pertusis, dan tetanus) sejak bayi. Sejak lahir hingga usia satu tahun, anak harus mendapatkan imunisasi sebanyak tiga kali. Selanjutnya, pada usia 18 bulan, anak mesti mendapat imuniasi DPT ulangan. Selanjutnya, saat duduk di bangku kelas 1, 2, dan 3 sekolah dasar, anak harus mendapatkan booster ulangan.
Riwayat Difteri di Kota Padang
2015: Kota Padang KLB difteri dengan 95 orang suspek, 4 orang positif difteri, 1 orang meninggal.
2016: Tidak ada. Dinkes mengantisipasi dengan mengadakan ORI sebanyak 3 kali (Februari, Maret, Agustus).
2017: Ditemukan 14 orang suspek, 10 dinyatakan negatif difteri, 4 orang masih ditangani
Dinkes hingga saat ini rutin mengadakan imunisasi DPT (difteri, pertusis, dan tetanus) terhadap bayi usia 0-1 tahun sebanyak tiga kali, booster DPT pada bayi usia 18 bulan, dan booster ulangan terhadap siswa kelas 1-3 sekolah dasar melalui Bulan Imunisasi Anak Sekolah (BIAS).