Warisan Kolonialisme dalam Bahasa, Bentuk Prestasi Orang Minang

Berita Padang, Warisan Kolonialisme dalam Bahasa, Bentuk Prestasi Orang Minang, Bahasa Minang, Padang, Sumbar, Sumatra Barat

Gusti Asnan. [Foto: Sonia/Padangkita.com]

Berita Padang hari ini dan berita Sumbar hari ini: Banyak kata dalam bahasa Minang yang berasal dari bahasa Belanda, seperti koran, cingkunek, oplet, pituluik, sinso, brankas, amplop, paragede, dan sebagainya

Padang, Padangkita.com - Warisan kolonial Belanda di Sumatra Barat (Sumbar) tidak hanya bangunan, situs, dan artefak lainnya. Warisan kolonial juga ada dalam bahasa Minangkabau. Bahasa yang menjadi bahasa Ibu sebagian besar orang Minang.

Banyak kata dalam bahasa Minang yang berasal dari bahasa Belanda, seperti koran, cingkunek, oplet, pituluik, sinso, brankas, amplop, paragede, dan sebagainya.

Umumnya kata-kata yang “diwariskan” Belanda dalam bahasa Minang merupakan kata-kata yang berkaitan dengan ilmu pengetahuan, sosial politik, transportasi, sains dan teknologi, hingga kuliner.

Gusti Asnan mengatakan jika hal tersebut tidak buruk, malahan ia menganggap sebagai sebuah prestasi orang Minang.

“Warisan Belanda dalam bahasa bukan sesuatu yang salah. Bagi saya itu sebuah prestasi, bagaimana kecerdasan dan keterbukaan orang Minang terhadap hal baru. Seperti pepatah Minang, ambil baiknya dan buang buruknya, kata-kata yang diserap adalah yang baik,” terang Gusti Asnan dalam Webinar Warisan Kolonial dalam bahasa Ibu yang digelar pada Kamis (25/02/2021).

Sebelumnya, Gusti Asnan telah menelusuri 200 kata bahasa Minang yang diserap dari bahasa Inggris dan Belanda dan menuliskannya dalam sebuah buku.

“Banyaknya kata yang diserap merupakan cerminan sikap membuka diri orang Minang terhadap pengaruh Belanda. Sebagai bukti intelektual dan kreativitas orang Minang dalam bergaul dengan pemerintahan kolonial,” paparnya.

Meskipun dianggap sebagai bentuk kreativitas berbahasa dan penyesuaian diri pada hal baru, penggunaan kosa kata bahasa Belanda dalam berbahasa Minang pada tahun 1950 pernah ditentang.

“Buya Hamka pada tahun 1950 menentang untuk penggunaan bahasa Belanda dan bahasa Eropa lainnya dalam bahasa Minang. Buya Hamka dan beberapa ulama lainnya mencoba mempopulerkan untuk lebih banyak menggunakan kosa kata bahasa Arab,” ujarnya. [pkt]


Baca berita Padang hari ini dan berita Sumbar hari ini hanya di Padangkita.com.

Baca Juga

Vasko Ruseimy Kunjungi Rumah Gadang Mande Rubiah di Lunang Pesisir Selatan
Vasko Ruseimy Kunjungi Rumah Gadang Mande Rubiah di Lunang Pesisir Selatan
Gubernur Mahyeldi Dorong Petani Sumbar Manfaatkan Perhutanan Sosial untuk Tingkatkan Kesejahteraan
Gubernur Mahyeldi Dorong Petani Sumbar Manfaatkan Perhutanan Sosial untuk Tingkatkan Kesejahteraan
Mahyeldi-Vasko Tegaskan Komitmen untuk Sektor Pertanian Rendah Emisi
Mahyeldi-Vasko Tegaskan Komitmen untuk Sektor Pertanian Rendah Emisi
Gubernur Sumbar Mahyeldi Raih Berbagai Penghargaan Sepanjang 2024
Gubernur Sumbar Mahyeldi Raih Berbagai Penghargaan Sepanjang 2024
Kafilah Sumbar Siap Berkibar di MTQN ke-30, Wagub Janjikan Bonus Fantastis
Kafilah Sumbar Siap Berkibar di MTQN ke-30, Wagub Janjikan Bonus Fantastis
Pj Wali Kota Padang Sambut Hangat Pahlawan Merah Putih Asal Sumbar
Pj Wali Kota Padang Sambut Hangat Pahlawan Merah Putih Asal Sumbar