Padang, Padangkita.com – Kasus penyebaran virus corona di Sumatra Barat terus meningkat, hingga 2 April 2020 sebanyak 13 orang dinyatakan positif Covid-19. Pandemi ini kemudian berdampak pada banyak sektor, tidak terkecuali sosial dan budaya.
Demi memutus mata rantai penyebaran, warga keturunan Tionghoa di Padang sepakat menunda pelaksanaan Cheng Beng.
Chen Beng merupakan tradisi masyarakat keturunan Tionghoa yang selalu dilaksanakan setiap tahun sekali dengan mengunjungi makam para leluhur.
“Kira-kira seperti ziarah yang biasa dilakukan umat muslim. Cheng Beng ini tradisi mengunjungi makam untuk bersembahyang dan menghormati leluhur sesuai tradisi masyarakat Tionghoa,” ungkap Albert Hendra Lukman,salah seorang tokoh masyarakat Tionghoa Kota Padang Rabu, 1 April 2020.
Menggelar tradisi Cheng Bem tentu tidak dapat mengelakkan terjadinya kerumunan warga. Untuk itu pihaknya sepakat untuk menunda pelaksanaan Cheng Beng yang direncanakan berlangsung 4 April 2020 mendatang.
Baca juga: Warga Tionghoa Padang Adakan Perhelatan Cap Go Meh
“Makanya sesuai dengan kondisi sekarang, kita sepakat untuk ditiadakan. Ditambah lagi sudah ada imbauan dari Pemerintah Kota Padang,” pungkasnya.
Cheng Beng atau Sembahyang setiap tahunnya jatuh pada tanggal 5 April, akan tetapi tidak harus dilakukan persis tanggal 5 April. Bisa juga dilakukan beberapa hari sebelum tanggal tersebut.
Baca juga: Festival Cap Go Meh di Padang
Bentuk perayaan Cheng Beng
Saat perayaan Ceng Beng, orang Tionghoa datang ke makam orangtua atau leluhur untuk membersihkan, bersembahyang, sekaligus membawa berbagai jenis makanan, karangan bunga, dan uang kertas.
Biasanya, mereka membawa makanan kesukaan ortu atau leluhur. Jika makam sudah dibersihkan, dianjurkan untuk menaruh kertas kuning di atas masing-masing makam sebagai tanda makan telah dibersihkan.
Perayaan Cheng Bem dilakukan oleh orang yang menganut agama Buddha atau Kong Hu Cu. Siapa pun boleh aja melakukan sembahyang kubur karena tujuannya adalah untuk menghormati jasa-jasa orangtua dan leluhur.
Selain untuk menghormati jasa orangtua dan leluhur. Selain itu momen Cheng Bem dapat dimanfaatkan untuk kembali berkumpul dengan keluarga dan saudara jauh.
Asal mula tradisi Cheng Beng
Asal mula tradisi Ceng Beng berawal dari zaman Kekaisaran Zhu Yuan Zhang, pendiri Dinasti Ming. Zhu Yuan Zhang awalnya berasal dari keluarga yang sangat miskin. Karena itu, ketika membesarkan dan mendidik Zhu Yuan Zhang, orangtuanya meminta bantuan kepada sebuah kuil.
Saat beranjak dewasa, Zhu Yuan Zhang memutuskan untuk bergabung dengan pemberontakan Sorban Merah, sebuah kelompok pemberontakan anti Dinasti Yuan (Mongol).
Berkat kecakapannya, dalam waktu singkat, ia berhasil mendapat posisi penting dalam kelompok tersebut. Kemudian ia menaklukan Dinasti Yuan dan berhasil jadi kaisar.
Setelah itu, Zhu Yuan Zhang kembali ke desa untuk menjumpai orangtuanya. Sesampainya di desa, ternyata orangtuanya telah meninggal dunia dan tidak diketahui keberadaan makamnya.
Untuk mengetahui keberadaan makam orangtuanya, Zhu Yuan Zhang memberi titah kepada seluruh rakyatnya untuk melakukan ziarah dan membersihkan makam leluhur mereka masing-masing pada hari yang telah ditentukan.
Selain itu, beliau juga memerintahkan rakyat untuk menaruh kertas kuning di atas masing-masing makam sebagai tanda makam telah dibersihkan. [*/Son]