Painan, Padangkita.com – Satu-satunya bantuan yang sudah disalurkan di Kabupaten Pesisir Selatan (Pessel), adalah beras sebanyak 9 kilogram per kepala keluarga (KK), yang di beberapa nagari ada yang cuma 1 kilogram per KK. Kecuali itu, tak ada lagi bantuan bagi warga yang makin parah terdampak Covid-19.
Yanti, 45 tahun, warga Air Haji Kecamatan Linggo Sari Baganti, Pessel mengaku hanya berharap pada bantuan pemerintah untuk kebutuhan makan keluarganya ke depan.
Ia langsung kehilangan pekerjaan sekaligus penghasilan hariannya setelah pemerintah mengambil kebijakan meliburkan setiap sekolah untuk memutus mata rantai penyebaran Covid-19..
Sebelumnya, Yanti berdagang makanan di SMA 1 Linggo Sari Baganti. Dari penghasilan berdagang makanan inilah dia menghidupi keluarganya, karena pendapatan suaminya tak bisa diandalkan.
"Saya berharap ada bantuan dari pemerintah," ujar Yanti ketika berbincang Padangkita.com, di rumahnya, Senin (27/4/2020).
Baca juga: Pemprov Sumbar Diminta Jangan Lepas Tangan Soal Penyaluran Bantuan
Saat bercerita di ruang tamu rumahnya, ia mengatakan pernah mendengar ada bantuan dari pemerintah bagi masyarakat yang terimbas dari Covid-19.
Bantuan yang dia maksud adalah bantuan langsung tunai (BLT) dan bantuan paket sembilan bahan pokok (sembako). Namun, harapan Yanti yang juga harapan semua warga Sumbar untuk dapat bantuan, belum dapat dipastikan kapan terealisasi.
Yanti mengaku, pemerintahan nagari di tempat ia tinggal belum juga melakukan pendataan masyarakat yang terdampak. Ia menilai seakan-akan pihak nagari tidak peduli dengan apa yang dikeluhkan oleh masyarakat.
"Saya dengar ada bantuan dari pemerintah Rp600.000 per bulan, di TV juga saya liat, tapi tidak tahu kapan datangnya," kata Yanti.
Selanjutnya, ia berharap kepada pemerintah agar bantuan yang direncanakan itu dapat secepatnya dibagikan kepada masyarakat yang terdampak Covid-19.
Selain itu, ia juga berharap wabah Covid-19 ini dapat cepat berlalu sehingga ia dapat beraktifitas seperti sedia kala.
"Kalau bisa bantuan ini langsung diberikan ke kami (masyarakat), biar kami bisa diam juga di rumah, kalau tidak bagaimana kami bisa tenang di rumah dengan perut yang lapar," harapnya.
Senada dengan Yanti, warga lainnya Naldi, 39 tahun, juga berharap hal yang sama. Ia telah kehilangan pekerjaannya sebagai nelayan, karena warga di tempat ia bekerja menolak masuknya orang luar daerah.
Sebelumnya, Naldi, warga Muaro Gadang Kecamatan Linggo Sari Baganti itu bekerja sebagai nelayan di Provinsi Bengkulu.
Ia mengatakan, warga di tempat ia bekerja tidak menerima masyarakat dari luar daerahnya untuk sementara waktu. Hal itu dikarenakan untuk mengantisipasi penyebaran Covid-19.
"Selama 15 hari ini kami tidak dibolehkan bekerja di sana, padahal orang di sana masih tetap ke laut," ujar Naldi kepada Padangkita.com di rumahnya.
Dengan begitu, tentu ia tidak lagi memiliki penghasilan, di samping juga tidak memiliki pekerjaan lain.
Satu-satunya yang ia harapkan adalah bantuan dari pemerintah, setidaknya untuk memenuhi kebutuhannya selama 15 hari ke depan.
Kepada Padangkita.com ia mengaku baru menerima bantuan beras sebanyak sembilan kilogram yang dibagikan oleh pihak nagari.
"Kalau bisa bantuan ini secepatnya lah cair, kalau hanya beras 9 kilo yang diberi mana cukup, seminggu sudah habis.”
Cerita dua warga Pessel ini juga mewakili harapan semua warga tak mampu di Sumbar. Bahkan, di sejumlah kabupaten/kota ada yang belum sama sekali penyaluran bantuan dalam bentuk apapun. Pemerintah masih pusing dengan data, warga pusing dengan apa yang akan dimakan hari ini. [mfz]