Padangkita.com - Peristiwa pembakaran 1 unit mobil PT Hitay Daya Energy yang tengah melakukan survei eksplorasi energi panas bumi (geothermal) di Nagari Batu Bajanjang, Kecamatan Lembang Jaya, Kabupaten Solok, Senin (20/11/2017) sore, menampakkan investasi energi kelistrikan tersebut ada sikap kontra di kalangan masyarakat.
Seperti yang beredar luas dari pemberitaan, sekembalinya rombongan PT Hitay Daya Energi dari lokasi pengeboran proyek panas bumi di Nagari Batu Bajanjang sekira pukul 16.30 WIB dengan menggunakan 2 unit mobil, dinanti ratusan massa.
Kisruh tercipta dengan akhir, mobil pimpinan Hitay dilempati batu, lalu didorong ke jurang dan dibakar oleh warga yang diduga menolak proyek tersebut. Tentu tak ada asap tanpa ada api.
Walinagari Batu Bajanjang Ramudin mengakui, sejauh ini pendekatan yang dilakukan oleh perusahaan Hitay Daya Energi belum menyentuh semua lapisan masyarakat.
"Pendekatan investor hanya mengutus beberapa orang menemui niniak mamak," ujar Ramudin kemarin, Selasa (21/11/2017).
Dia tidak menampik, ada kubu pro dan kontrak terkait rencana proyek tersebut. Hingga berujung dengan kejadian tempo hari, menurutnya, para pelaku adalah yang kubu kontra. Namun, sebutnya, meski kejadi di Batu Bajanjang, pelakunya bukanlah warga Batu Bajanjang semata, melainkan warga sekeliling Gunung Talang.
"Sikap masyarakat di Batu Bajanjang ada dua versi yakni kontra dan menyokong. Kami tidak ingin memberi perlawanan dan menindak. Sebab, kalau disalahkan yang pro, tentu berpotensi terjadi konflik horizontal," tandasnya.
Sehingga, lanjutnya, saat bersamaan dia hanya menahan yang pro untuk tidak melakukan aksi yang serupa.
"Di Batu Bajanjang, 10 persen masyarakat kami yang kontra, selebihnya 90 persen mendukung," tukasnya.
Dia pun mengakui, jauh-jauh hari sudah membubuhkan tanda tangan mendukung proyek tersebut.
Ramudin mengatakan, sekitar dua bulan lalu dipanggil ke Kantor Bupati Solok, perihal ada proyek energi nasional. Dimana proyek panas bumi sebagai program nasional, dilakukan di Batu Bajanjang.
"Bamus dan niniak mamak, pemerintah nagari, telah menandatangani surat pernyataan menyatakan mendukung kegiatan program nasional pembangkit listrik tenaga bumi 2 bulan lewat di kantor bupati," tandasnya.
Untuk itu, dia diminta untuk menyediakan lahan untuk proyek tersebut.
"Kami dari pemerintah ditugaskan, tentu kami menyediakan," bilangnya.
Sementara Direktur Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Padang Era Purnama Sari mengatakan terkait peristiwa kemarin, dalam banyak kasus serupa ini cara-cara untuk memancing dan mengkriminalisasi masyarakat.
"Tentu ini harus dilihat sebagai rangkaian peristiwa penolakan masyarakat terhadap geothermal tdak bisa hanya dilihat 1 hari kemarin," tukasnya.
Era mengatakan pihak pemerintah dan perusahaan harus transparan terkait rencana pembangunan geothermal di kawasan Gunung Talang Bukit Kili, Kecamatan Lembang Jaya, Kabupaten Solok. Pembangunan semestinya tidak bisa dilakukan tanpa melibatkan dan mendapat persetujuan dari masyarakat sekitar.
Dilansir dari sejumlah media, satu unit mobil dari PT Hitay Daya Energy dibakar oleh massa yang mengatasnamakan dari masyarakat Salingka Gunung Talang, Kabupaten Solok. Saat itu, perwakilan dari PT Hitay Daya Energy meninjau lokas eksplorasi untuk proyek energi panas bumi (geothermal) di Batu Bajanjang, Kecamatan Lembang Jaya, Kabupaten Solok, Senin sore (20/11/2017).
Warga yang marah memaksa seluruh rombongan pimpinan PT Hitay yang terdiri Senior Project Manager Novianto dan Heri untuk turun dari mobilnya. Lima Anggota TNI dari satuan Marinir Lantamal Padang yang turun dengan membawa senjata laras panjang didampingi 3 orang anggota koramil Lembang Jaya yang berada di mobil ke dua, tak mampu berbuat banyak ketika massa yang mulai marah mulai melempari mobil dengan batu.