Padangkita.com – Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Kepulauan Mentawai Lahmuddin Siregar mengimbau masyarakat untuk menghentikan konsumsi penyu. Imbauan ini menyusul adanya kasus keracunan yang dialami 104 warga dari 6 suku di Desa Pasakiat, Taileleu, Kec. Siberut Barat Daya, Minggu (18/02/2018). Keracunan ini setidaknya menyebabkan 3 orang meninggal dunia dan 16 orang mesti mendapatkan perawatan intensif.
Menurut Kepala Dinkes, daging penyu tidak aman untuk dikonsumsi karena mengandung arsenik. Arsenik merupakan salah racun yang berbahaya bila dikonsumsi oleh manusia. Kandungan arsenik di dalam daging penyu berasal dari makanan yang dikonsumsinya, salah satunya alga.
“Kita ketahui bahwa alga jenis tumbuhan air yang banyak menyerap logam berat. Penyu bisa memakan alga atau ubur-ubur. Makin tua umur penyu makin tinggi kandungan racun di dalam tubuhnya,” ujar Lahmuddin saat dikonfirmasi Padangkita.com, Senin (26/02/2018).
Baca Juga: Kapolres Mentawai Bezuk Korban Keracunan Daging Penyu
Tidak hanya itu, menurut Lahmuddin, penyu juga merupakan biota laut paling banyak terkontaminasi logam berat dari laut yang terakumulasi. Hal itu tidak terlepas dari karakteristik penyu yang merupakan hewan penjelajah yang bisa menempuh jarak 10.000 km dan bisa hidup puluhan tahun.
Lahmuddin menambahkan, pada 2013 juga ada kasus warga yang meninggal karena keracunan penyu di Bonsua. Berdasarkan hasil penyelidikan, ternyata penyu yang menyebabkan kematian di sana mengandung arsenik. Oleh sebab itu, ia mengingatkan masyarakat untuk tidak mengonsumsi penyu.
“Ayo, masyarakat jangan lagi mengonsumsi penyu karena pada daging penyu terdapat logam berat Kadmium tiga kali lipat dibanding daging ikan dan kandungan merkuri 10 kali lipat lebih tinggi. Penyu juga mengandung arsenik atau campuran berbagai pestisida. Pada daging ini juga ditemukan mikroba penyebab Tuberkulosis dan Salmonella. Konsumsilah makanan yang sehat dan aman,” ujarnya.