Temuan Konselor: Pengkaderan LGBT Terjadi Sejak Usia Sekolah

Temuan Konselor: Pengkaderan LGBT Terjadi Sejak Usia Sekolah

Ilustrasi (Foto: triplem.com)

Lampiran Gambar

Ilustrasi (Foto: triplem.com)

Padangkita.com – Ketua Perhimpunan Konselor VCT HIV Indonesia Wilayah Sumatera Barat Katherina Welong menilai pengkaderan LGBT sudah terjadi sejak usia sekolah. Berdasarkan pengalaman para konselor saat melakukan konseling terhadap klien LGBT-nya, kebanyakan prilaku seks menyimpang itu telah dimulai sejak jenjang pendidikan SMP.

Kondisi ini semakin diperburuk dengan adanya perubahan paradigma perilaku seks pengidap homoseksual. Berdasarkan hasil rembuk para konselor, sekarang banyak pelaku seks menyimpang lelaki suka lelaki (LSL/homoseksual) berubah dari peranan seksual sebagai laki-laki (top) menjadi perempuan.

“Biasanya peranan itu berimbang. Tetapi karena sekarang banyak yang perannya sebagai perempuan, mereka butuh yang di posisi top. Anak-anak usia sekolah yang mengalami disorientasi seks jadi incaran untuk mengisi posisi top. Kalau anak-anak di posisi top, tidak akan merasa kesakitan,” ujar Katherina.

Menurut Katherina, hal ini mesti segera dicegah karena sekali saja seorang anak terlibat di dalam aktivitas seksual itu, akan sulit untuk lepas. Pertama kali mencoba, anak akan merasa enak, kemudian ketagihan. Bila sudah terbiasa, hal itu akan menjadi kebutuhan.

“Hentikan pengkaderan LGBT. Mari cegah anak-anak kita untuk masuk ke ranah itu. Sekali saja terlibat, maka sulit untuk sembuh. Dari seratus orang yang kami konseling, hanya satu yang bisa sembuh,” ujarnya.

Ditambahkan Wakil Ketua PKVHI Sumbar Zulmaidi, penanganan prilaku seks menyimpang atau LGBT mesti dilakukan di hulu, tidak hanya di hilir. Namun, upaya pencegahan tampaknya belum mendapat perhatian serius para pemangku kebijakan saat ini.

Menurut Zulmaidi, persoalan LGBT ada dua, yaitu orientasi seksual dan pilihan seksual. Orientasi seksual termasuk masalah hulu yang dipengaruhi oleh faktor peranan orang tua, keluarga, hormon, norma (rules), pendidikan dan lain-lain. Kemudian, setelah seseorang matang secara mental, dia akan memutuskan pilihan seksual yang menurutnya nyaman.

“Nah, ketika pilihan itu hadir, baru orang heboh. Kenapa laki-laki suka sama laki-laki? Kenapa perempuan sama perempuan? Tetapi menjelang proses dia matang, masyarakat tidak terlibat. Hal ini harus menjadi perhatian semua pihak,” ujarnya.

Tag:

Baca Juga

Terima Audiensi Aktivis Muslim Penolak Konser Coldplay, Ketua DPD RI: Kampanye LGBT Langgar Konstitusi
Terima Audiensi Aktivis Muslim Penolak Konser Coldplay, Ketua DPD RI: Kampanye LGBT Langgar Konstitusi
Legislator PKS Desak Kemendikbudristek Cegah Aksi LGBT di Dunia Pendidikan
Legislator PKS Desak Kemendikbudristek Cegah Aksi LGBT di Dunia Pendidikan
Heboh Aksi Band The 1975, Legislator PKS Minta Pemerintah lebih Tegas Larang LGBT
Heboh Aksi Band The 1975, Legislator PKS Minta Pemerintah lebih Tegas Larang LGBT
Legislator PKS Minta Kemenlu Pastikan Tak Ada Pertemuan Akitivis LGBT AAW
Legislator PKS Minta Kemenlu Pastikan Tak Ada Pertemuan Akitivis LGBT AAW
Rachmad Wijaya: LGBT Penyimpangan Berbahaya, Harus Diberantas!
Rachmad Wijaya: LGBT Penyimpangan Berbahaya, Harus Diberantas!
Polresta Padang Ungkap Kasus Prostitusi Online Sesama Jenis, Berawal dari Cekcok 2 Pria
Polresta Padang Ungkap Kasus Prostitusi Online Sesama Jenis, Berawal dari Cekcok 2 Pria