Tanah Datar Masuk Masa Tanggap Darurat Tahap Dua, Normalisasi Sungai dan Sabo Dam Jadi Fokus Utama

Tanah Datar Masuk Masa Tanggap Darurat Tahap Dua, Normalisasi Sungai dan Sabo Dam Jadi Fokus Utama

Bupati Tanah Datar Eka Putra bersama rombongan meninjau Sabo Dam, di nagari Pasie laweh. [Foto: IST]

Batusangkar, Padangkita.com - Ada empat langkah yang dilakukan Pemerintah Daerah memasuki masa tanggap darurat tahap ke dua pasca Banjir Bandang atau Galodo yang meluluh lantakan sebagian wilayah Tanah Datar.

"Pemerintah Kabupaten (Pemkab) bersama Forkopimda dan BNPB akan melakukan beberapa langkah pada masa tanggap darurat ke dua ini, salah satunya normalisasi sungai, kata Bupati Eka Putra, Senin (27/5/2025) sore di Indojolito, Batusangkar.

Beberapa langkah lain, kata Eka, adalah pemasangan Early Warning System (EWS) di beberapa sungai yang berhulu dari Gunung Api Marapi, maupun dari Gunung Singgalang.

"Jadi akan kita pasang tiga sampai empat sirine yang nantinya akan berfungsi memberikan peringatan dini jika ada potensi bencana dari sungai," terangnya.

Selain itu, upaya dalam meminimalisir efek dari bencana Galodo atau Banjir Bandang, juga akan dibangun Sabo Dam.

"Kita sudah lakukan pemantauan baik dengan drone atau dengan helikopter untuk pembangunan titik-titik sabo dam itu," ucapnya.

Untuk wilayah Tanah Datar akan dibangun enam hingga delapan Sabo Dam di sungai yang menjadi jalur berpotensi Banjir Bandang atau banjir lahar dingin dari Marapi.

Kemudian, tambahnya, untuk meminimalisir terjadinya dampak dari Galodo terutama dari material bebatuan, akan dilakukan beberapa langkah untuk menghancurkan bebatuan besar yang saat kejadian bisa berpotensi menimbulkan kerusakan lebih parah.

"Kita sudah memantau dan mencari hingga ke hulu kalau ada batu-batu yang menghambat. Itu nantinya akan diambil beberapa langkah seperti peledakan atau memakai zat kimia," terang Eka.

Selain langkah itu, langkah yang tak kalah penting sebutnya, terkait dengan relokasi rumah warga terdampak.

"Alhamdulillah ini sudah berjalan, berdasarkan hasil rapat beberapa waktu lalu, kita memakai lahan milik Pemprov yang ada di Tanah Datar yaitu di Rambatan. Dalam waktu dekat ini akan dibangun rumah di lokasi yang disediakan itu," terangnya.

Untuk lahan relokasi itu sebutnya, sesuai dengan kriteria yang ada, jika lokasi itu berada dalam wilayah aman dari ancaman bencana.

"Setelah di cek oleh pihak terkait, termasuk BMKG, BNPB, lokasi yang ada saat ini sudah pas dan aman," tukasnya.

Sementara itu Dandim 0307 Tanahdatar Letkol Inf Agus Priyo Pujo Sumedi mengatakan, dari hasil survei yang telah di lakukan hingga ke hulu, kondisi bebatuan yang ada sebutnya lebih banyak bebatuan yang berada di area hilir.

"Jadi batu-batu besar di hulu itu tidak ada, yang ada di bagian hilir, seperti di beberapa titik seperti Sungai Jambu, Parambahan. Akan tetapi keberadaan bebatuan ini juga menjadi penghambat bagi aliran sungai. Jika terjadi Galodo atau banjir bandang tetap menjadi potensi bahaya," ujarnya.

Oleh karena itu tuturnya, bebatuan itu tetap mesti ditangani, agar tidak menjadi potensi bahaya di kemudian hari.

"Bebatuan ini bisa dihancurkan dengan peledak, bisa juga dengan cara lain. Tentunya jika akan diledakkan akan ditinjau dahulu lokasinya, terutama jarak dengan pemukiman warga," terangnya.

Bebatuan ini selain untuk menghindari bahaya, juga dapat bernilai ekonomis nantinya bagi warga.

Apalagi, nantinya jika akan di bangun Sabo Dam, bebatuan ini bisa digunakan sebagai bahan material untuk Sabo Dam tersebut.

Berdasarkan hasil survei, diduga bebatuan besar berasal dari dalam tanah, dimana saat banjir karena intensitas hujan yang lebat menyebabkan banjir, kemudian mengikis tanah, yang di dalam tanah itu keluar batu besar yang selama ini tertimbun.

Untuk penghancuran bebatuan dengan menggunakan ledakan sebutnya, sesuai standar yang ada berjarak lebih kurang 500 meter dari area pemukiman. Dimana petugas yang akan melalukan peledakan juga harus berada dalam jarak aman.

"Jadi tujuan penghancuran bebatuan ini untuk membuka hambatan agar air tidak terhalang. Jangan sampai nanti bertumpuk pada satu titik, yang pada saat terjadi banjir menjadi penyumbat yang akhirnya didorong oleh air dan menyebabkan kerusakan," terangnya.

Setelah penghancuran bebatuan itu jelas Pujo, nantinya juga akan dilanjutkan dengan normaliasi.

"Kalau hasil survei kita ke hulu, hutannya masih asri dan bagus, jadi tidak ada pembalakan liar. Pohon yang dihanyutkan itu adalah pohon dari longsoran dar lereng gunung yang ikut hanyut oleh banjir," sampainya.

Sementara itu sebutnya, selain rencana antisipasi dampak bencana, saat ini juga masih terus dilakukan upaya pemulihan infrastruktur seperti perbaikan jembatan dengan menggunakan jembatan bailey.

Baca Juga: Didukung Insinyur Jepang dan JICA, 6 Sabo Dam Gunung Marapi Dibangun Tahun Ini

"Dari tujuh bailey yang rencananya akan di pasang di Tanah datar, sudah terpasang empat dan sudah digunakan masyarakat. Sementara satu lagi dalam proses pemasangan yang sudah mencapai tahap 50 persen. Sedangkan dua lagi dalam perjalanan menuju ke sini yang nantinya akan dipasang pada dua titik," pungkasnya. [djp]

*) BACA informasi pilihan lainnya dari Padangkita di Google News

Baca Juga

Kisah Haru Warga Terdampak Banjir Bandang di Tanah Datar
Kisah Haru Warga Terdampak Banjir Bandang di Tanah Datar
Kenaikan Alokasi Pupuk Bersubsidi di Tanah Datar, Petani Semakin Sejahtera
Kenaikan Alokasi Pupuk Bersubsidi di Tanah Datar, Petani Semakin Sejahtera
Tanah Datar Terima Dividen Rp26 Miliar dari Bank Nagari, Tingkatkan PAD
Tanah Datar Terima Dividen Rp26 Miliar dari Bank Nagari, Tingkatkan PAD
DPRD Tanah Datar Setujui Perubahan APBD 2024, Fokus pada Kesejahteraan Masyarakat
DPRD Tanah Datar Setujui Perubahan APBD 2024, Fokus pada Kesejahteraan Masyarakat
Izin Bermasalah, Baliho Raksasa di Batusangkar Dirobohkan Pemkab Tanah Datar
Izin Bermasalah, Baliho Raksasa di Batusangkar Dirobohkan Pemkab Tanah Datar
Tanah Datar Raih 69 Penghargaan dan Dana Insentif Fiskal Rp35,4 Miliar
Tanah Datar Raih 69 Penghargaan dan Dana Insentif Fiskal Rp35,4 Miliar