Tambang Emas Ilegal Longsor, Bupati Solsel: Tradisi Menambang Ini Sudah Jadi Kebutuhan Hidup, Kami Akan Carikan Solusinya

Berita Solok Selatan hari ini dan berita Sumbar hari ini: Bupati Solsel, tambang emas ilegal di daerahnya sudah jadi kehidupan masyarakat.

Bupati Solok Selatan (Solsel), Khairunas. [Foto: Ais/Padangkita.com]

Berita Solok Selatan hari ini dan berita Sumbar hari ini: Bupati Solsel menyebutkan bahwa tambang emas ilegal di daerahnya sudah menjadi kehidupan masyarakat.

Padang Aro, Padangkita.com - Bupati Kabupaten Solok Selatan (Solsel) Khairunas turut bicara soal longsornya tambang emas ilegal di Jorong Timbahan, Nagari Abai, Kecamatan Sangir Batang Hari.

Menurut Politisi Partai Golkar itu, aktivitas tambang sudah menjadi kehidupan bagi masyarakat setempat.

Dia mengatakan, tambang tersebut berstatus ilegal dan dilaksanakan oleh masyarakat secara tradisional dan tidak memiliki peralatan yang lengkap.

"Karena tradisi (menambang) ini sudah menjadi kehidupan, apalagi mendekati lebaran untuk mencari kehidupan," ujarnya saat ditemui awak media, Selasa (11/5/2021).

Khairunas menyebutkan, di titik yang sama dalam dua bulan terakhir sudah dua kali terjadi peristiwa longsor akibat aktivitas tambang ilegal itu.

"Dua bulan yang lalu sudah terjadi juga, TNI-Polri sudah melarang dan ada penangkapan, namun masih ada lagi kejadian ini," ucapnya

Meskipun demikian, orang tua dari Ketua DPRD Solsel, Zigo Rolanda itu tidak menyebutkan secara rinci jumlah tambang ilegal yang di Solsel.

"Kalau soal titik ini, sepanjang bumi Solsel ini emasnya ada, ini sama seperti berladang, berkebun, menambang berpindah-pindah, di sungai ketemu emas, kalau tidak dapat, pindah, kalau soal titik tidak bisa kami menentukan," paparnya.

Terkait upaya untuk mengehentikan tambang emas ilegal, Khairunas mengaku tidak bisa melakukannya, karena akan berdampak terhadap perekonomian masyarakat setempat.

"Yang jelas program kami adalah untuk pertanian, peternakan, mudah-mudahan ini bisa jadi solusi, kami berharap pemprov satu irisan visi-misinya tetap dilaksanakan di provinsi, ada juga program menggratiskan pendidikan, masalah kesehatan, mudah-mudahan ini bisa jadi jalan keluarnya di Solok Selatan," katanya.

Longsor Itu Bukan Bencana Alam

Khairunas mengatakan, peristiwa yang menewaskan delapan penambang emas ilegal di SBH bukan termasuk bencana alam berdasarkan hasil diskusi dengan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD).

Karena itu, kata Khairunas, pemerintah tidak menjadikan peristiwa tersebut masuk ke dalam kategori tanggap darurat.

"Makanya bantuan hanya dari Baznas, pemerintah tidak bisa menerapkan tanggap darurat, tapi Pemerintah Daerah (Pemda) akan memberikan bantuan terhadap para korban terdampak. Sampai hari, ini belum ada batasan pencarian, yang jelas masih berlanjut, targetnya ketemu yang hilang satu itu," ucapnya.

Pencarian Korban Masih Berlanjut, Pecahkan Batu dengan Ekskavator Milik Penambang

Sementara itu, Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik (Kabid KL) BPBD Kabupaten Solsel, Inroni Muharamsyah mengatakan, untuk mencari para penambang yang terjebak longsor, pihaknya menggunakan ekskavator milik para penambang.

"Kondisi di lokasi banyak batu besar yang sulit dipindahkan, makanya kami gunakan dua alat (ekskavator) untuk memecah batu dan menggali tanah, kami manfaatkan ekskavator yang biasa digunakan penambang di lokasi tambang," ujar Inroni.

Menurut Inroni, pihak keluarga menyampaikan harapan kepada petugas pencarian gabungan untuk segera menemukan korban meskipun terkendala akses menuju lokasi kejadian dan hadangan batu besar.

"Korban yang kami cari bernama Salman, korban yang terakhir tertimbunnya longsor. Keluarga menyampaikan pertolongan agar korban bisa ditemukan. Kesulitan kami dalam evakuasi adalah jarak yang jauh, dua jam ditempuh mobil, lebih kurang tiga hingga lima jam jalan kaki, delapan jam akses ke lokasi. Kondisi di lokasi banyak batu besar yang sulit dipindahkan," jelasnya.

Terpisah, Kepala Kepala Kantor SAR, Asnedi, mengatakan, saat ini korban tewas sudah berjumlah delapan orang dan masih ada satu orang lagi yang masih dicari, atas nama Salman (sebelumnya dipanggil Siman), meski dia tak menjelaskan secara detail identitas korban terakhir yang meninggal dunia tersebut.

"Korban sudah delapan orang, tinggal satu orang lagi yang masih dicari," ujarnya kepada Padangkita.com via pesan WhatsApp.

Asnedi menjelaskan, sejumlah penambang yang menjadi korban meninggal dunia di antaranya, Buyung, 31 tahun, Yasril, 31 tahun, Pak De, Siat, 45 tahun, Nedi, 20 tahun, Catno, 60 tahun, Ijal dan Nopa, 46 tahun.

Sementara korban luka-luka bernama Epi, Tomi, 38 tahun, Ito, 31 tahun, Eka, 30 tahun, Mitro, 25 tahun, Abit, Derri, dan Fajrul.

Baca juga: Polda Sumbar Akan Selidiki Penyebab Longsornya Lokasi Tambang di Timbahan Solok Selatan

"Datanya, korban 17 orang dan satu orang lagi masih dicari," katanya. [zfk]


Baca berita Solok Selatan hari ini dan berita Sumbar hari ini hanya di Padangkita.com.

Baca Juga

Gubernur Ajak Pucuk Adat Alam Surambi Sungai Pagu Ikut Kawal Kondusivitas Pemilu 2024
Gubernur Ajak Pucuk Adat Alam Surambi Sungai Pagu Ikut Kawal Kondusivitas Pemilu 2024
Serahkan 10 Ribu Bibit Nila, Gubernur Mahyeldi Nilai Luak Kapau Cocok Budi Daya Ikan Air Tawar
Serahkan 10 Ribu Bibit Nila, Gubernur Mahyeldi Nilai Luak Kapau Cocok Budi Daya Ikan Air Tawar
Gubernur Mahyeldi Resmikan Pengembangan Sarana Prasarana Pendidikan SMA - SMK di Solsel
Gubernur Mahyeldi Resmikan Pengembangan Sarana Prasarana Pendidikan SMA - SMK di Solsel
Kota Pariaman Peringkat 6 MTQ Nasional XL Tingkat Provinsi Sumbar di Solok Selatan
Kota Pariaman Peringkat 6 MTQ Nasional XL Tingkat Provinsi Sumbar di Solok Selatan
Raih Nilai Tertinggi, Kafilah Limapuluh Kota Juara Umum MTQ Nasional XL
Raih Nilai Tertinggi, Kafilah Limapuluh Kota Juara Umum MTQ Nasional XL
Pemprov Sumbar Salurkan BKK Rp7 Miliar untuk MTQ di Solok Selatan
Pemprov Sumbar Salurkan BKK Rp7 Miliar untuk MTQ di Solok Selatan