Padang, Padangkita.com – Sumatera Barat (Sumbar) berpeluang mengembangkan objek wisata baru dengan konsep ekowisata berbasis penangkaran buaya atau taman buaya. Sebab, Sumbar punya potensi buaya muara di sejumlah lokasi di beberapa daerah pesisir.
Peluang ekowisata penangkaran buaya ini, telah pernah disarankan oleh Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Sumbar kepada pemerintah daerah. Selain untuk kepentingan wisata, penangkaran buaya ini akan menjadi solusi dalam pelestarian buaya dan pencegahan konflik buaya dengan warga.
"Sejak 2023, BKSDA melakukan komunikasi dengan Pemerintah Kabupaten Agam agar membuat penangkaran buaya dengan mengusung konsep ekowisata," ungkap Kepala Seksi Wilayah I Pasaman BKSDA Provinsi Sumbar, Antonius Vevri, dalam keterangannya dikutip Kamis (25/7/2024).
Sayangnya, kata di, hingga kini BKSDA Provinsi Sumbar belum mendapatkan jawaban kepastian dari Pemerintah Kabupaten Agam terkait rencana pembuatan penangkaran buaya muara.
Meski begitu, lanjut dia, saran BKSDA ternyata mendapat sambutan positif dari Bupati Pasaman Barat (Pasbar) untuk mengembangkan ekowisata berbasis penangkaran buaya.
Menurut Atonius, penangkaran buaya muara penting dibuat, terutama di daerah pesisir. Di antaranya, Kabupaten Pasaman Barat, Kabupaten Agam, Kota Pariaman, Kabupaten Padang Pariaman, Kota Padang, dan Kabupaten Pesisir Selatan.
Di daerah-daerah tersebut selama ini memang telah menjadi habitat buaya muara yang berstatus satwa dilindung. Sehingga, sering terjadi konflik antara buaya muara dengan warga.
Lebih jauh, Antonius menyampaikan, selain untuk solusi pencegahan konflik antara satwa dengan manusia, penangkaran buaya juga dapat menjadi sumber wisata edukasi bagi masyarakat, sekaligus peluang ekonomi, khususnya dari kulit atau sisik buaya.
"Jadi, ketika ada konflik buaya dengan masyarakat bisa kita pindahkan ke penangkaran. Penangkaran ini juga bisa kita kemas menjadi tempat wisata," kata Antonius.
Menurut Antonius, penangkaran yang ada di Kota Medan, Sumatera Utara (Sumut) bisa menjadi sumber rujukan bagi daerah di Ranah Minang apabila serius ingin membuat penangkaran buaya.
BKSDA menilai besarnya populasi satwa dengan nama Latin Crocodylus porosus itu dapat menjadi peluang ekonomi, sumber edukasi bagi anak didik, hingga pusat penangkaran buaya yang berkelanjutan.
"Artinya, kita bisa buat semacam taman buaya. Nah, dari situ kita bisa mendapatkan nilai ekonominya juga," kata Antonius meyakinkan.
Baca juga: Tim BKSDA Sumbar Berhasil Evakuasi 2 Buaya Muara di Nagari Aia Bangis
Diketahui, Sumbar sendiri memang menjadikan pariwisata sebagai sektor utama untuk meningkatkan ekonomi masyarakat. Namun, sejauh ini, Sumbar baru mengandalkan keindahan alam, kuliner dan konsep wisata halal. Sehingga, ekowisata berupa taman buaya dapat menjadi objek wisata baru di Sumbar.
[*/pkt]