Padang, Padangkita.com – Sumatra Barat (Sumbar) seperti menunggu giliran terjadinya bom waktu ledakan kasus Corona (Covid-19). Meski sejauh ini masih relatif terkendali, tetapi mobilitas warga keluar masuk Sumbar dari Jakarta dan kota-kota di Pulau Jawa sudah tak terkontrol.
Padahal, sebagaimana diketahui Jakarta dan hampir semua kota besar di Pulau Jawa telah menjadi episentrum ledakan kasus Covid-19, terutama sejak adanya varian baru virus corona, Delta (B.1617.2).
Juru Bicara Satuan Tugas (Satgas) Penanganan Covid-19 Sumbar, Jasman Rizal menyebutkan, sejauh ini memang belum ditemukan kasus Covid-19 varian Delta di Sumbar. Dia berharap, jangan sampai ada.
Meski begitu, ia tetap khawatir tentang kemungkinan masuknya varian Delta. Sebab, tak ada kontrol lagi terhadap mobilitas warga. Orang telah bebas untuk bepergian, termasuk ke kota-kota di Jawa sekalipun.
“Kalau yang menggunakan pesawat masih ada swab antigen, tetapi kalau yang memakai mobil seperti bus dan kendaraan pribadi, kan tidak ada,” ujar Jasman ketika berbincang dengan Padangkita.com, Selasa (29/6/2021).
Itulah makanya, kata Jasman, dia sangat rajin bicara di mana-mana soal disiplin terhadap protokol kesehatan dan segera vaksinasi. Sebab, untuk membatasi pergerakan orang sangat sulit.
“Sekarang tinggal disiplin. Saya bahkan sampai bilang, kita ini menunggu giliran saja terpapar Covid-19,” kata Kepala Dinas Kominfo dan Statistik (Kominfotik) Sumbar ini.
Bicara soal kemampaun fasilitas kesehatan di Sumbar, seandainya terjadi ledakan kasus Covid-19, Jasman menyatakan, sudah ada langkah-langkah ansitispasi. Di antaranya, surat gubernur kepada semua kepala daerah, untuk menyiapkan tempat isolasi dan melengkapi serta memanfaatkan Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD).
“Saat ini, BOR (Bed Occupanty Ratio/tingkat keterisian tempat tidur di rumah sakit) sekitar 40 persen. Kasus aktif kita di angka 3.000-an. Ini artinya, banyak yang OTG (orang tanpa gejala) isolasi mandiri. Makanya, gubernur meminta semua kepala daerah kabupaten/kota menyiapkan tempat isolasi, agar tidak terjadi penularan,” ungkap Jasman.
Sejauh ini, lanjut Jasman, daerah masih mengandalkan rumah sakit di Kota Padang. Padahal, setiap daerah sudah punya RSUD yang memadai. Akibatnya, semua pasien Covid-19 menumpuk dan melonjak di Kota Padang.
“Kita ingin untuk pasien dengan gejala sedang dan ringan bisa dirawat di RSUD. Sehingga penanganannya bisa maksimal. Kalau semua dibawa ke Padang, kan akan ada risiko,” ujarnya.
Menjawab soal kontrol mobilisasi warga, Jasman menyatakan, gubernur juga sudah meminta semua kepala daerah 19 kabupaten/kota untuk memastikan pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) skala mikro berjalan hingga tingkat terendah, RT/RW atau kampung.
“Kepala daerah harus memastikan PPKM mikro itu. Harus lebih ketat agar tidak kebobolan,” ingat Jasman.
Langkah antisipasi yang efektif lainnya, kata Jasman, adalah vaksinasi. Ia mengimbau masyarakat untuk secepatnya divaksin. Menurut Jasman, vaksinasi untuk beberapa kasus telah terbukti mampu mencegah pasien Covid-19 bergejala berat.
“Contohnya dokter Andani. Cuma 2 hari di rumah sakit sudah sembuh. Padahal ada komorbid,” ujar Jasman.
Baca juga: Evaluasi Covid-19 di Sumbar: Positivity Rate Meningkat, Tambahan Kasus di Atas 1.000 Per Pekan
Andani adalah tenaga ahli Menteri Kesehatan yang juga Kepala Laboratorium Fakultas Kedokteran Unand, Padang.
Diketahui, berdasarkan evaluasi Satgas, tambahan kasus infeksi Covid-19 masih cukup tinggi, di atas 1.000 kasus tiap pekan. Meskipun angka kesembuhan (recovery rate) meningkat, tetapi angka temuan kasus baru (positivity rate) bertambah. (pkt)