Sumbar Ikut Terdampak La Nina, BMKG: Waspada Hujan Lebat di Wilayah Pesisir

Padangkita.com, Berita terkini: Sumbar Ikut Terdampak La Nina, BMKG: Waspada Hujan Lebat di Wilayah Pesisir, Sumatra Barat Terbaru

Ilustrasi (Foto: Ist)

Padang, Padangkita.com - Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) stasiun Sumatra Barat (Sumbar) meminta masyarakat untuk waspada terhadap potensi hujan lebat menyusul adanya fenomena La Nina yang sedang berkembang di kawasan Samudra Pasifik.

Kepala Stasiun BMKG Minangkabau, Sakimin menyebutkan, pada fenomena ini, curah hujan di wilayah Sumbar 20-40 persen berpotensi tinggi dibandingkan curah hujan normal.

"Fenomena ini hampir di seluruh Indonesia terjadi. Untuk wilayah Sumatra sebenarnya tidak terlalu besar, yang besar itu wilayah timur karena berbatasan dengan Samudra Pasifik langsung. Cuma, Sumatra ini kan berbatasan langsung dengan Samudra Hindia, jadi sedikit banyak terpengaruh," kata Sakimin saat dihubungi Padangkita.com melalui sambungan telepon, Minggu (18/10/2020) malam.

Sakimin menyebutkan, fenomena ini akan berlangsung hingga akhir Oktober 2020. Namun, BMKG juga memprediksi potensi hujan lebat bisa terjadi hingga bulan November 2020.

Karena akan ada curah hujan yang cukup tinggi, dia mengimbau masyarakat untuk mewaspadai dampak pada kejadian bencana hidrometeorologi seperti banjir, angin kencang, dan tanah longsor di daerah rawan bencana.

Menurut dia, pada fenomena La Nina ini, potensi hujan lebat akan lebih cenderung terjadi pada wilayah pesisir daripada wilayah pegunungan. Hal itu karena fenomena ini terjadi di samudra-samudra luar.

"Masyarakat harus tetap tenang dan beraktivitas seperti biasanya, cuma memang harus waspada karena intensitas hujan lebih tinggi dari biasanya, terutama daerah rendah antisipasi untuk banjir, daerah lereng untuk waspada longsor. Dan yang penting harus cermati update cuaca dari BMKG," kata Sakimin.

Baca Juga: Gempa M 5,1 Kembali Guncang Kabupaten Kepulauan Mentawai

Fenomena La Nina ini merupakan fenomena anomali cuaca yang terjadi karena turunnya suhu air laut di Samudra Pasifik di bawah suhu rata-rata sekitarnya. Fenomena ini biasa terjadi dengan periode ulang berkisar antara 2-7 tahun di Samudra Pasifik dan atmosfer.

"Istilahnya kemarau tapi cenderung basah, curah hujan lebih tinggi dari normalnya," ucap Sakimin. [pkt]

Baca Juga

Bank Nagari Cabang Painan Gerak Cepat Bantu Korban Banjir di Pesisir Selatan
Bank Nagari Cabang Painan Gerak Cepat Bantu Korban Banjir di Pesisir Selatan
Padang Dikepung Banjir, Andre Rosiade Turunkan Tim Bagikan Ribuan Nasi Bungkus untuk Warga
Padang Dikepung Banjir, Andre Rosiade Turunkan Tim Bagikan Ribuan Nasi Bungkus untuk Warga
Kemendagri Puji Kesiapan Sumbar sebagai Tuan Rumah Event Nasional
Kemendagri Puji Kesiapan Sumbar sebagai Tuan Rumah Event Nasional
Di Depan Mahasiswa, Ini Hasil Kinerja - Fokus Percepatan Pembangunan yang Dipaparkan Gubernur Mahyeldi
Di Depan Mahasiswa, Ini Hasil Kinerja - Fokus Percepatan Pembangunan yang Dipaparkan Gubernur Mahyeldi
Catatkan SHU Rp1,9 Miliar, Koperasi KPN Balai Kota Padang Raih Sertifikat Sehat
Catatkan SHU Rp1,9 Miliar, Koperasi KPN Balai Kota Padang Raih Sertifikat Sehat
Catat Kinerja Positif, Laba Bersih Bank Nagari 2023 Capai Rp523,61 Miliar
Catat Kinerja Positif, Laba Bersih Bank Nagari 2023 Capai Rp523,61 Miliar