Sawahlunto, Padangkita.com - Mengingat bahaya gas metana dalam eksploitasi tambang batu bara, perusahaan tambang harus memaksimalkan penggunaan peralatan pendeteksi gas metana, temperatur, dan peralatan keselamatan pekerja tambang.
Dua siswi berbakat dari MTsN 2 Kota Sawahlunto, Bebrina Latif Az-Zahra dan Raisya Qurrata Aini, memiliki ide untuk menciptakan alat pendeteksi gas metana berbasis IoT yang dapat digunakan untuk meningkatkan keselamatan pekerja tambang batu bara.
Bebrina dan Raisya memulai penelitian mereka dengan mempelajari tentang bahaya gas metana dan cara deteksinya.
Mereka juga mengumpulkan data dari para pekerja PT Bukit Asam dan dosen Politeknik UNAND Kota Padang.
Berdasarkan penelitian mereka, Bebrina dan Raisya memutuskan untuk menggunakan dua sensor, yaitu sensor temperatur dan sensor gas metana.
"Sensor temperatur digunakan untuk mengukur suhu udara di dalam tambang, sedangkan sensor gas metana digunakan untuk mengukur konsentrasi gas metana di udara." ujar Raisya dilansir Rabu (6/9/2023).
Lebih ia menambahkan, data dari kedua sensor tersebut kemudian dikirim ke perangkat IoT yang terhubung ke jaringan internet.
"Nantinya perangkat IoT tersebut kemudian mengirimkan data ke ponsel atau komputer pengguna." sambungnya.
Perangkat IoT tersebut juga dilengkapi dengan alarm yang akan berbunyi jika konsentrasi gas metana di udara mencapai titik kritis.
"Alarm tersebut akan memperingatkan pekerja tambang untuk segera mengevakuasi diri." ujarnya.
Alat pendeteksi gas metana berbasis IoT yang diciptakan Bebrina dan Raisya saat ini masih dalam tahap pengembangan.
Alat tersebut belum dapat digunakan di dalam tambang batu bara karena membutuhkan jaringan internet.
Bebrina dan Raisya berharap alat pendeteksi gas metana berbasis IoT yang mereka ciptakan dapat digunakan untuk mencegah terjadinya ledakan di tambang batu bara.
Mereka juga berharap alat tersebut dapat menjadi sumbangsih bagi keselamatan pekerja tambang batu bara.
Baca Juga: Tambang Batubara Sawahlunto, Harta Masyarakat Lokal yang Dikuasai Kolonial
untuk diketahui sejak tahun 2009 hingga kini, sudah empat kali insiden ledakan tambang batu bara di Kota Sawahlunto. Korban terbanyak pada 2009, yakni 31 orang meninggal dunia. [*/hdp]
Baca berita Sawahlunto terbaru dan berita Sumbar terbaru hanya di Padangkita.com.