Padangkita.com – Keberadaan Pasa Ateh di Bukittinggi, tidak hanya sebagai sebuah pasar tradisional semata yang ada disebuah kota. Namun keberadaannya lebih dari sekedar itu, baik sebagai pusat perekonomian Sumatera Barat dan tak kalah penting adalah pusat pariwisata.
Pasa Ateh Bukittinggi yang sudah sangat dikenal ditingkat nasional dan internasional ini, terlihat lesu tak bergairah pasca terbakar pada Senin 30 Oktober lalu. Pada kejadian tersebut telah menghanguskan ratusan pertokoan dan kios di kawasan Blok A1, Blok A2, Blok A3, B1, B2, B3, C1, C2 dan Blok C3.
Menyikapi hal tersebut, PT Semen Padang melalui dana CSR (Corporate Social Responsibility) dan UPZ (Unit Pengumpul Zakat) - BAZ (Badan Amil Zakat) menggelontorkan dana sebesar Rp 500 juta.
“Bantuan ini berasal dari dana CSR (Corporate Social Responsibility) sebesar Rp 250 juta dan dari UPZ (Unit Pengumpul Zakat) - BAZ (Badan Amil Zakat) PT Semen Padang sebesar Rp250 juta. Jadi, totalnya Rp500 juta,” ujar Direktur Produksi Semen Padang, Firdaus usai menyerahkan bantuan serta meninjau lokasi pembangunan pasar penampungan Pasa Ateh Bukittinggi, Jumat (15/12/2017).
Firdaus mengatakan, bantuan ini merupakan bentuk keprihatinan dan kepedulian PT Semen Padang serta wujud kontribusi perusahaan kepada daerah.
“Kota Bukittinggi ini merupakan destinasi di Sumatra Barat. Dengan bantuan ini diharapkan perekonomian Bukittinggi bisa bangkit kembali, para pengrajin bisa beroperasi kembali dan pengunjung di Bukittinggi terus meningkat,” harapnya.
Dari peninjauan di lapangan, recananya bantuan Semen Padang ini akan akan dipergunakan untuk pembangunan 44 petak toko pasar penampungan di kawasan belakang Bioskop Gloria. Selain Firdaus, Ketua Pengurus UPZ Baznas Semen Padang, Oktoweri, dan Kepala Departemen Komunikasi & Sarana Umum (KSU) Iskandar Z Lubis juga ikut meninjau lokasi pembangunan pasar penampungan.
Sementara itu, Wali Kota Bukittinggi Ramlan Nurmatias menyebutkan, bahwa bantuan dari PT Semen Padang sangat membantu percepatan proses pembangunan pasar penampungan pedagang Pasar Ateh, karena untuk biaya pembangunan pasar penampungan itu membutuhkan biaya sebesar Rp 11 miliar, sementara pemerintah daerah tidak memiliki dana sebesar itu.
“Kalau tidak ada bantuan dari pihak lain, mungkin tidak bisa membangun pasar penampungan secepat ini,” ujar Ramlan Nurmatias.