Sebagai Negara Produsen Sawit Terbesar Dunia, Indonesia Sering Diserang Isu Negatif dan Tak Berimbang

Sawit Indonesia, Berita Kelapa Sawit, Berita Sumbar Terbaru

Ilustrasi Tandan Sawit. [Foto: pixabay.com]

Padang, Padangkita.com – Direktur Utama Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDP-KS), Eddy Abdurrachman mengatakan, Indonesia merupakan produsen kelapa sawit terbesar di dunia. Makanya, kata dia, tidak heran banyak serangan-serangan yang ingin menjatuhkan Indonesia, agar produktivitasnya bisa terganggu dan menurun.

Komoditas kelapa sawit sempat menjadi industri seksi dan besar kontribusinya terhadap pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Sehingga, bukan hal baru banyak sekali ancaman isu negatif yang menyerang di berbagai lini sektor industri kelapa sawit ini.

"Dalam perjalanan bangsa kita, Indonesia pernah menjadi produsen nomor satu berbagai komoditas yang menjadi kebutuhan dunia. Kita pernah produsen nomor satu rempah-rempah, gula, cengkeh, dan karet. Namun saat ini, kejayaan atas komoditas-komoditas tersebut telah meredup," kata Eddy, Rabu, (21/10/2020).

Eddy Abdurrachman tampil sebagai narasumber dalam Fellowship Journalist Batch II yang dilaksanakan secara virtual oleh BPDP-KS di bawah Kementerian Keuangan.

"Penyebab redupnya kejayaan Indonesia itu beragam, ada yang karena produktivitas yang menurun, hantaman isu negatif, inovasi dan riset yang minim, kalah bersaing dengan produk substitusi, tidak adanya diversifikasi produk, dan sebagainya," tuturnya.

Komoditas hasil negeri sendiri banyak mendapatkan kritikan masyarakat. Maraknya isu negatif dilontarkan dengan tidak berdasarkan kepada fakta yang berkembang di masyarakat seringkali dianggap sebagai kebenaran umum.

Sejumlah isu tersebut, menurut Eddy, antara lain anggapan bahwa perkebunan dan industri sawit merupakan penyebab hilangnya hutan tropis, isu sawit sebagai penyebab kebakaran hutan dan lahan di Indonesia.

Berikutnya, isu sawit sebagai penyebab hilangnya keanekaragaman hayati, isu minyak sawit tidak baik bagi kesehatan, isu penggunaan tenaga kerja anak di perkebunan sawit, dan bermacam isu negatif lainnya yang dialamatkan kepada sawit.

Padahal, kata dia, produk-produk sawit pun telah mewarnai kehidupan sehari-hari masyarakat Indonesia.

"Yang familiar mungkin adalah minyak goreng dari sawit. Namun sesungguhnya, konsumsi minyak sawit dan turunannya lebih luas dari itu. Minyak sawit ada dalam produk sabun, shampoo, deterjen, lipstick, produk kosmetik, personal care, roti, cokelat, biskuit, krimer, margarin, susu formula bayi, dan sebagainya," jelas Eddy.

Penggunaan minyak sawit dan turunannya, lanjut Eddy, yang merupakan minyak nabati dengan produktivitas tertinggi, menjadikan produk-produk tersebut dapat digunakan oleh segenap kalangan masyarakat dengan harga yang relatif terjangkau.

"Dengan besarnya peran komoditas sawit tersebut, sangat ironis bahwa kemudian komoditas ini belum menjadi tuan rumah di negeri sendiri," sesalnya.

Sawit jadi sektor yang selalu disalahkan apabila terjadi kerusakan alam. Kerusakan lingkungan yang terjadi di Kalimantan kerap merujuk negatif kepada perkebunan-perkebunan kelapa sawit.

Ekonom senior INDEF, M Fadhil Hassan memberikan pendapatnya tentang kerusakan lingkungan yang terjadi pada kawasan sawit di Indonesia.

“Memang kerusakan lingkungan ada yang karena deforestasi atau pembabatan hutan. Nah, deforestasi ini sebenarnya bukan hanya perkebunan sawit, melainkan karena ada kegiatan lain yang dilakukan manusia seperti pembukaan lahan untuk permukiman, pertanian dan lainnya," kata Fadhil.

Kemungkinan, bisa saja yang menjadi tertuduh adalah perkebunan sawit karena memang sektor inilah yang paling mudah untuk disalahkan.

"Bisa saja karena paling mudah mengkambinghitamkan sawit lalu ketika ada banjir langsung sawit yang disalahkan. Sebagai contoh, saat terjadi kebakaran hutan besar di Kalimantan Tengah pada tahun 2015 disebabkan sawit karena terjadi dalam lahan konsesi sawit. Memang betul kebakaran itu ada di konsesi tetapi kan itu belum tentu disengaja. Karena tidak rasional sebenarnya perusahaan melakukan pembakaran terhadap kebunnya sendiri," jelas Fadhil.

Ragam pertanyaan muncul dari peserta Fellowship Journalist Batch II, salah satunya yang dilontarkan oleh Testi Priscillia, Wartawan Borneonews.co.id kepada Fadhil terkait sikap wartawan dalam melakukan pemberitaan.

“Saat ini terjadinya bencana banjir di Kalimantan Tengah, tuduhan itu dialamatkan kepada sektor sawit. Sisi lain, sawit menjadi sektor yang memiliki produktifitas yang tinggi dalam penggunaan lahan dengan jumlah produksi. Bagaimana wartawan dalam memberikan pemberitaan yang berimbang?” tanya Testi.

Menurut Fadhil Hassan wartawan harus objektif dan proposional dalam memberikan pemberitaan.

“Dalam membuat pemberitaan, wartawan harus menginvestigasi isu secara mendalam, sehingga data dan fakta yang diungkapkan ke publik tersampaikan secara rasional. Bisa jadi banjir ini disebabkan oleh perkebunan kelapa sawit, tapi kelapa sawit belum tentu menjadi penyebab satu-satunya. Wartawan harus menganalisis berdasarkan data dan presentase dari sektor sawit atau sektor lainnya yang menyebabkan banjir,” jawab Fadhil.

Hal-hal seperti ini, menurut Fadhil, sebenarnya antara kesan yang ingin diungkapkan dengan kenyataan yang ada.

"Jadi, tugas wartawan di sini harus benar-benar meng-cover fakta yang ada," tuturnya lagi.

Peran jurnalis dalam memberikan prespektif yang utuh dalam menyampaikan informasi. Saat ini, Indonesia kembali menjadi produsen kelapa sawit terbesar di dunia, dan menjadi tantangan agar kejadian serupa tidak terulang terhadap komoditas ini.

"Saya mengajak semua pihak untuk mengambil peran dalam menjaga eksistensi komoditas kelapa sawit agar terus memberikan sumbangsih besar bagi kehidupan ekonomi dan sosial masyarakat Indonesia," imbaunya.

BPDP-KS menyambut baik gagasan Ketua Dewan Pers pada Hari Pers Nasional 2020 bulan Februari lalu tentang Program Wartawan Spesialis.

Baca juga:

"Kami harapkan komoditas strategis kelapa sawit dapat menjadi bagian dari spesialisasi para jurnalis dalam program ini. Tentunya kami akan mendukung segala bentuk inisiatif demi menjaga kelangsungan perkebunan dan industri kelapa sawit," harapnya.

Kegiatan Fellowship Journalist Batch II berlangsung pada Rabu dan Kamis, 21 dan 22 Oktober 2020 secara virtual dengan melibatkan 30 wartawan di wilayah Jawa, Kalimantan dan Sulawesi. [pkt]


Baca berita Sumbar terbaru hanya di Padangkita.com.

Baca Juga

Gubernur Mahyeldi Dorong Petani Sumbar Manfaatkan Perhutanan Sosial untuk Tingkatkan Kesejahteraan
Gubernur Mahyeldi Dorong Petani Sumbar Manfaatkan Perhutanan Sosial untuk Tingkatkan Kesejahteraan
Mahyeldi-Vasko Tegaskan Komitmen untuk Sektor Pertanian Rendah Emisi
Mahyeldi-Vasko Tegaskan Komitmen untuk Sektor Pertanian Rendah Emisi
Gubernur Sumbar Mahyeldi Raih Berbagai Penghargaan Sepanjang 2024
Gubernur Sumbar Mahyeldi Raih Berbagai Penghargaan Sepanjang 2024
Kafilah Sumbar Siap Berkibar di MTQN ke-30, Wagub Janjikan Bonus Fantastis
Kafilah Sumbar Siap Berkibar di MTQN ke-30, Wagub Janjikan Bonus Fantastis
Pj Wali Kota Padang Sambut Hangat Pahlawan Merah Putih Asal Sumbar
Pj Wali Kota Padang Sambut Hangat Pahlawan Merah Putih Asal Sumbar
Bencana Alam Picu Kenaikan Angka Kemiskinan di Sumatera Barat
Bencana Alam Picu Kenaikan Angka Kemiskinan di Sumatera Barat