Padangkita.com - Peningkatan ilmu pengetahuan dan teknologi harus disikapi serius oleh pemerintah dan masyarakat. Presiden mengingatkan bahwa revolusi industri yang keempat telah datang begitu pesat dan serentak hampir di semua negara.
Kalau tidak diatasi dan disiapkan strategi ekonomi negara serta strategi bisnis negara dengan baik secara makro dan mikro maka akan berbahaya bagi tatanan ekonomi yang telah tertata.
“Ada artifisial intelijen, ada bio-engineering semuanya begitu cepatnya datang di semua negara termasuk di negara Indonesia, negara kita,” kata Presiden Jokowi, dikutip dari setkab, Minggu (19/11/2017).
Menurutnya, masyarakat Indonesia baru mengenal internet, sekarang sudah pindah lagi ke mobile internet, terus pindah lagi ke artificial intelegence, dan sekarang datang lagi robotik.
Diakuinya, perubahan di sektor industri ini melahirkan potensi 600 miliar dollar AS atau hampir Rp10.000 triliun per tahunnya di ASEAN, nanti pada tahun 2030. Namun presiden mengingatkan yang akan menjadi berbahaya adalah tantangannya.
Akibat robotik dan mesinisasi di sejumlah lapangan pekerjaan, menurutnya akan memangkas penggunaan tenaga manusia hingga 56 persen.
“ILO (International Labour Organization) memperkirakan akan terjadi 56% lapangan kerja di negara-negara ASEAN, termasuk tentu saja di Indonesia, akan hilang akibat otomasi-otomasi mesin, akibat robotik dan yang lain-lainnya,” jelasnya.
Karena itu, Presiden Jokowi menegaskan, bahwa semua pihak harus bergerak cepat.
“Mengantisipasi secara cepat, menyiapkan kebijakan-kebijakan, sehingga silakan terjadi (56% lapangan kerja hilang) di negara lain, tapi jangan terjadi di negara Indonesia,” tegasnya.
Presiden juga menekankan, hal-hal yang sangat fundamental, hal-hal yang sangat mendasar harus cepat-cepat diselesaikan. Sehingga kita bisa meloncat menuju antisipasi terhadap perubahan yang sangat cepat itu.