Pulau Punjung, Padangkita.com - Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) kembali menetapkan 289 Warisan Budaya Takbenda (WBTb) yang ada di 28 provinsi di Indonesia, Selasa (7/12/2021).
Mendikbudristek, Nadiem Makarim mengatakan, penetapan WBTb itu harus ditindaklanjuti dengan aksi-aksi nyata sebagai bentuk tanggung jawab dalam melestarikan dan memajukan kebudayaan Indonesia.
"Semangat pelestarian dan pemajuan ini harus dimiliki oleh seluruh masyarakat Indonesia, termasuk para pelajar sebagai generasi pewaris dan penerus kebudayaan," ujarnya Nadiem melalui keterangan tertulsi yang diterima Padangkita.com, Jumat (12/10/2021).
Penetapan WBTb, lanjut Nadiem, merupakan upaya pemerintah pusat dalam menjaga nilai-nilai asli dari bangsa Indonesia.
Menurutnya, WBTb merupakan filosofi, sumber pengetahuan, dan juga identitas bangsa Indonesia.
Kebudayaan, jelas Nadiem, adalah sesuatu yang hidup dan menghidupi serta memberikan nyawa serta budi bangsa.
"Kebudayaan adalah sesuatu yang hidup dan menghidupi, memberi kita nyawa dan budi,” paarnya.
Sementara itu, Direktur Jenderal Kebudyaan, Hilmar Farid menyebutkan, penyerahan sertifikat WBTb merupakan apresiasi dan penghargaan Kemendikbudristek kepada pemerintah daerah dan pemangku kepentingan yang terlibat dalam penetapan WBTb sebagai upaya melestarikan warisan budaya bangsa.
Pada tahun 2021, terdapat 859 WBTb yang diusulkan oleh 33 provinsi. Namun, melalui proses penilaian dan sidang penetapan, tim ahli WBTb merekomendasikan 289 warisan budaya takbenda untuk ditetapkan sebagai WBTb Indonesia.
Dengan demikian, kata Hilmar, sejak dimulainya penetapan WBTb Indonesia pada tahun 2013 hingga kini, Indonesia memiliki 1.528 WBTb Indonesia yang tersebar di seluruh penjuru Indonesia.
Dari 289 WBTb yang ditetapkan tersebut, dua di antaranya merupakan berasal dari Dharmasraya, yaitu Randang Paku Dharmasraya dan Batik Tanah Liek Dharmasraya.
Randang Paku Dharmasraya tersebut berasal dari Jorong Kampung Surau Nagari Gunuang Salasiah, Kecamatan Pulau Punjung.
Randang Paku makanan khas Dharmasraya berbahan tumbuhan paku atau pakis.
Lalu, Batik Tanah Liek Dharmasraya berasal dari pengrajin Nagari Sungai Duo, Kecamatan Sitiung.
Batik yang sudah ada sejak 1997 itu memiliki motif yang mencirikan Dharmasraya, di antaranya keluk paku, karet, sawit, rangkiang, burung merak, dan rumah gadang.
Selain Randang Paku dan Batik Tanah Liek Dharmasraya, 13 warisan lainnya yang ditetapkan sebagai WBTb dari Sumatra Barat (Sumbar), yaitu Khatam Quran Agam, Tenun Kubang, Gamad, dan Talempong Pacik.
Baca juga: Bundo Kanduang di Dharmasraya Masak Randang 1 Ton untuk Korban Erupsi Semeru
Kemudian, juga ada Bansi, Gandang Tasa, Pupuik Sarunai, Saluang, Dadiah Nagari Aia Dingin, Makan Bajamba Nagari Jawi-jawi, Malamang, Teh Talua, dan Kawa Daun Pariangan. [*/pkt]