Simpang Empat, Padangkita.com – Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kabupaten Pasaman Barat (Pasbar), Parizal Hafni memanggil manajemen PT Bintara Tani Nusantara (BTN) dan perwakilan masyarakat nelayan terkait jebolnya tanggul kolam limbah pabrik perusahaan sawit tersebut, Senin (27/4/2020).
Jebolnya tanggul kolam penampung limbah Jumat (18/4/2020), telah menyebabkan limbah mengalir ke Batang Pigogah hingga ke laut Air Bangis dan membunuh puluhan ribu ikan larangan serta mencemari laut. Sebanyak 600 nelayan kini tak punya mata pencarian.
Dalam pertemuan dengan Ketua DPRD Pasbar Parizal Hafni, hadir pihak PT BTN yang diwakili oleh Manajer Pabrik, Harli dan beberapa stafnya, sementara perwakilan masyarakat nelayan diwakili ketua pengelolaan ikan larangan Pigogah, Air Bangis, Suharto—bukan Suarto seperti yang ditulis dalam berita sebelumnya.
Parizal Hafni mengatakan sengaja memanggil pengurus perusahaan masyarakat guna mencarikan solusi yang terbaik terkait permasalahan itu.
"Hari ini sengaja kita adakan pertemuan dengan pihak perusahaan dan masyarakat Pigogah untuk mencarikan solusi terbaik terkait permasalahan limbah ini," kata Parizal.
Ia menilai masalah yang terjadi sebagai musibah, karena tanpa disengaja dan tak ada yang menginginkan.
"Ini musibah, tetapi kita tentu ingin musibah ini tidak merugikan masyarakat yang terdampak," ucapnya.
Ia juga berharap perusahaan dapat mengakomodir kerugian dan dampak yang dialami warga sekitar.
"Berikan solusi yang menguntungkan masyarakat. Kita ingin masalah ini segera selesai dan tidak menjadi panjang," tegasnya.
Sebelumnya masyarakat nelayan menuntut PT BTN membayar kompensasi kepada 600 nelayan (nelayan pinggir pantau dan di sungai) yang terdampak. Besarnya kompensasi adalah Rp150 ribu untuk setiap nelayan per hari, selama sebulan (30 hari). Nilai kompensasi ini dihitung dari pendapatan masing-masing nelayan per hari yang hilang sejak limbah pabrik mencemari sungai dan laut Air Bangis.
Sungai Pigogah Masih Tercemar
Pada kesempatan yang sama, ketua pengelola ikan larangan Batang Pigogah Air Bangis, Suharto mengatakan, sebelumnya sudah bertemu dengan pengurus PT BTN. Namun, sejauh ini belum ada keputusan atau kesepakatan apapun.
"Kita sudah beberapa kali rapat dengan pihak perusahaan. Iktikadnya (untuk menyelesaikan masalah) ada, tapi realisasi belum," ujar Suharto.
Suharto menjelaskan, hingga kini Batang Pigogah masih tercemar akibat limbah pabrik kelapa sawit PT BTN.
Baca juga: Tak Pakai Masker, Pengendara Disuruh Balik Kanan
"Ada ikan larangan di sepanjang 2 kilometer sungai, dengan bibit yang kami masukkan 10 ribu ditambah dengan yang sudah ada sebelumnya. Ini sudah kami rawat selama 1 tahun," lanjutnya.
Yang sangat memprihatinkan, kata Suharto, ada 15 kepala keluarga yang menggantungkan hidup dari sungai itu. “Saat ini mereka kehilangan mata pencarian," ungkap Suharto.
Ia melanjutkan, akibat limbah ada dua kampung yang terdampak paling parah, yakni Lubuk Buntar dan Lubuk Buaya, di Jorong Pigogah, Nagari Air Bangis, Kecamatan Sungai Beremas.
Sementara itu, Manajer Pabrik PT BTN Harli menegaskan pihaknya pasti akan mencari solusi terbaik.
[jnews_block_16 number_post="1" include_post="44945" boxed="true" boxed_shadow="true"]
"Kita sudah sampaikan kepada pimpinan. Rencananya dalam dua hari ke depan kita akan kembali rapat dengan perwakilan warga," katanya.
Ia berjanji akan mencarikan solusi terbaik sesuai dengan harapan ketua DPRD dan warga setempat yang terdampak limbah tersebut. [rom]