Padang, Padangkita.com - Anggota DPR RI asal Sumatra Barat (Sumbar) Andre Rosiade membuka secara virtual Sosialisasi Kebijakan Sarana Perdagangan dan Logistik di Hotel Mercure Padang, Senin (19/6/2023).
Sosialisasi tersebut menghadirkan dua orang narasumber yakni Kepala Dinas Perdagangan dan Perindustrian Provinsi Sumbar Novrial dan pelaku usaha Elyzawati, pemilik Reffans House.
Dalam sosialisasi yang diselenggarakan Direktorat Sarana Perdagangan dan Logistik Ditjen Perdagangan Dalam Negeri, Kementerian Perdagangan (Kemendag) itu, Andre Rosiade mengatakan, Kemendag saat ini melakukan pembangunan dan revitalisasi pasar rakyat dalam upaya meningkatkan kelancaran distribusi, dan ketersediaan barang kebutuhan pokok dan barang penting.
Program ini, kata Ketua DPD Partai Gerindra Sumbar, termaktub dalam Undang-Undang No.7 Tahun 2014 tentang Perdagangan.
Revitalisasi pasar rakyat kata Andre, bertujuan untuk meningkatkan citra pasar rakyat. Pembangunan atau revitalisasi ini mencegah pasar rakyat ditinggalkan pembelinya karena kalah saing dengan pasar modern yang tertata baik.
"Alhamdulillah. Aspirasi kami terkait revitalisasi pasar di Kota Padang telah berjalan, antara lain Pasar Belimbing Kuranji dan tahun ini Insya Allah Pasar Ulak Karang," tutur Ketua Harian DPP Ikatan Keluarga Minang (IKM) di hadapan peserta sosialisasi dan ketua panitia yang juga Wakil Ketua DPD Gerindra Sumbar Nurhaida, dan Wakil Bendahara DPD Gerindra Sumbar Joni Rusjan.
Andre yang merupakan anggota Komisi VI DPR RI ini juga mengucapkan terima kasih kepada Kementerian Perdagangan yang telah memfasilitasi dan memberikan kesempatan kepada konstituennya untuk hadir dalam kegiatan sosialisasi program-program kementerian perdagangan.
"Dengan mengucapkan Bismillahirrahmanirrahim saya membuka kegiatan Sosialisasi Kebijakan Sarana Perdagangan dan Logistik Kementerian Perdagangan di Padang, Sumatera Barat," sebut Andre.
Sementara itu dalam pemaparannya, Kepala Dinas Perdagangan dan Perindustrian Provinsi Sumbar Novrial menjelaskan, Pemprov Sumbar tengah berupaya untuk mengembalikan kejayaan Sumbar sebagai daerah yang dulunya menjadi pusat perdagangan di wilayah Sumatra, khususnya Sumatra Bagian Tengah.
Menurutnya, ada enam indikator atau syarat yang mesti dipenuhi untuk dapat mewujudkan kembali Sumbar menjadi pusat perdagangan di wilayah Sumatra itu.
Pertama, kata Novrial, adalah komoditi perdagangan. Untuk menjadi pusat perdagangan, Sumbar harus memiliki komoditi perdagangan yang lebih banyak dan lebih baik dibandingkan dengan provinsi tetangga lainnya.
Indikator kedua adalah pelaku perdagangan. Sumbar harus mempunyai banyak pelaku perdagangan dibanding daerah lain.
"Seberapa banyak pelaku perdagangan yang kita miliki dibandingkan dengan Riau, Jambi, Bengkulu dan Sumut. Kemudian seberapa banyak eksportir kita dibanding daerah lain. Kalau kita punya pelaku perdagangan yang lebih banyak dari daerah tetangga lain, maka kita bisa menjadi pusat perdagangan di wilayah Sumatra," katanya.
Kemudian, indikator ketiga berhubungan dengan dukungan sarana dan prasarana. Apakah jumlah pasar dan perusahaan angkutan kita lebih banyak dari daerah lain. Selanjutnya, apakah Pelabuhan Teluk Bayur lebih banyak mengeluarkan barang untuk diekspor. Termasuk dengan BIM, apakah banyak aktivitas ekspor antarpulau yang dilakukan lewat bandara. "Ini menjadi catatan kita, kalau memang Sumbar ingin jadi pusat perdagangan terkemuka di wilayah Sumatera, semua hal ini harus terpenuhi dulu," tuturnya.
Lalu, indikator keempat adalah dukungan dari lembaga-lembaga di sektor perdagangan. Ada Kadin, Gapkindo, Apindo, dan lain sebagainya.
"Termasuk dukungan serta keterlibatan perguruan tinggi, fasilitasi perbankan dan lembaga-lembaga yang bergerak di sektor perdagangan lainnya," imbuhnya.
Kelima, adanya pengakuan lewat sertifikasi. Sumbar katanya, banyak mendapatkan pengakuan dalam sektor perdagangan baik di tingkat nasional maupun internasional. Salah satu contoh produk yakni rendang.
"Ini harus terus didorong, bagaimana komoditi dan produk dari sektor perdagangan ini lebih banyak mendapatkan pengakuan atau sertifikasi," sebutnya.
Indikator terakhir, kata Novrial, adalah atensi program dan kegiatan.
"Ini perlu kita kaji, apakah dinas perindang di provinsi, kabupaten dan kota mendapatkan atensi dari pemerintah lebih banyak. Baik itu dalam bentuk program, kegiatan maupun anggaran," jelasnya.
Narasumber lain Elyzawati yang juga seorang pelaku usaha, dalam pemaparannya membagikan kiat-kiat menjadi entrepreneur atau pengusaha.
Menurut pemilik Reffans House ini ada lima modal dasar yang perlu dimiliki oleh seseorang agar bisa menjadi seorang pengusaha.
Pertama, kata perempuan yang akrab disapa Bunda Een Reffans itu, seseorang harus memiliki keyakinan. Seseorang harus memiliki keyakinan bahwa Tuhan yang memberi rezeki dan yakin dengan kemampuan diri sendiri.
"Keyakinan terhadap diri sendiri akan menimbulkan kepercayaan diri," ujar Ketua Harian Forum UKM Sumbar ini.
Kedua, sambung Elyzawati, seseorang harus memiliki semangat.
"Semangat menjadi entrepreneur ini harus besar," imbuh pensiunan Dinas Pendidikan Sumbar ini.
Lalu, modal ketiga yakni harus punya brand atau merek sendiri. Kalau ingin sukses, katanya kita harus beda dari orang lain.
"Kita harus mampu bikin pasar sendiri. Produk kita harus beda dari produk orang," sebutnya.
Modal keempat adalah suguhkan yang orang butuhkan.
"Bikin packaging (kemasan) yang menarik. Sesuatu yang mampu menarik orang lain untuk membeli," ujarnya.
Modal terakhir, kata Elyzawati, hilangkan semua ketakutan.
Baca juga: Pembangunan Pasar Belimbing Berbiaya Rp4 M Resmi Dimulai, Hendri Septa: Terima Kasih Andre Rosiade
"Takut merugi, takut tidak terjual dan ketakutan lainnya. Yang tidak boleh itu, takut kaya," katanya sembari tertawa. [*/pkt]