Arosuka, Padangkita.com – Program Studi (Prodi) Ilmu Bedah Fakultas Kedokteran Universitas Andalas (FK Unand) menyelenggarakan penyuluhan dan pemeriksaan tentang ‘deteksi dini kanker pada masyarakat’ di Nagari Alahan Panjang, Kecamatan Lembah Gumanti, Kabupaten Solok, Minggu (12/6/2022).
Dalam kegiatan tersebut diadakan penyuluhan tentang deteksi dini kanker, deteksi dini kanker tiroid. Kemudian, dilanjutkan dengan pemeriksaan deteksi dini kanker payudara dan kanker tiroid, serta pemeriksaan leher pada masyarakat menggunakan USG.

Sambutan Dekan FK Unand diwakili Wakil Dekan II dr Nur Afrainin Syah, M.Med.Ed, PhD.
Kegiatan pengabdian masyarakat ini dipimpin oleh Dr. dr. Daan Khambri, SpB (K) Onk, M.Kes sebagai ketua, dr. Yopi Triputra, SpB(K)Onk (wakil ketua), dr. Almu Muhammad, Sp.OT(K)Onk (sekretaris) dan dr. Rini Suswita, Sp.B-KBD (bendahara).
Kegiatan tersebut juga melibatkan mahasiswa Program Pendidikan Dokter Spesialis (PPDS) Fakultas Kedokteran Universitas Andalas, dan tentu saja masyarakat Alahan Panjang.

Pemeriksaan USG Tiroid sebagai skrining kanker tiroid.
Daan Khambri menyebutkan, kegiatan ini merupakan aplikasi dari pengabdian kepada masyarakat sebagai salah satu dari tiga unsur Tri Dharma Perguruan Tinggi.
“Kegiatan ini lebih mengutamakan kepada aktivitas nyata, sehingga keberadaannya di tengah masyarakat dapat memberikan manfaat,” ujar dr. Daan Khambri.
Dipilihnya Nagari Alahan Panjang, tak lepas dari kondisi sosial dan ekonomi masyarakat setempat. Di daerah sejuk dataran tinggi itu, mayoritas masyarakatnya bermata pencarian sebagai petani dan pedagang. Sebagian besar pendidikan masyarakat di sana juga masih rendah dan masih banyak keluarga kurang mampu.

Penyuluhan tentang Deteksi Dini Kanker dan tanya jawab dengan dr. Rony Rustam, SpB(K)Onk.
Menurut dr. Daan Khambri, radiasi sinar ultraviolet dari matahari adalah faktor utama penyebab munculnya Nonmelanoma Skin Cancer (NMSC) atau kanker kulit non-melanoma. Kanker kulit non-melanoma adalah kanker yang terjadi pada jaringan kulit selain melanosit.
“Dalam sebuah penelitian yang dipublikasikan di European Academy of Dermatology and Venereology, populasi yang berisiko yakni terdiri dari 39 persen petani, 35 persen tukang kebun, dan 26 persen pemandu pendakian gunung,” jelasnya.

Sirkumsisi oleh dr. Budi Pratama Arnofyan, SpB, SpBA(K) bersama dokter muda FK Unand.
Selain itu, lanjut dia, penggunaan pestisida dalam jangka panjang juga berkaitan dengan kemunculan kanker dan hal ini dekat dengan petani.
Selain itu, bagi masyarakat yang bermukim di dataran tinggi, Yodium sangat penting dalam memproduksi hormon tiroid. Namun orang yang tinggal di dataran tinggi berisiko mengalami kekurangan Yodium, karena tanah di daerah tersebut sedikit mengandung Yodium.
“Yodium bisa didapatkan dari semua makanan seperti sayuran tergantung tanahnya dan juga dari udara. Jika Yodium di dalam tanahnya sedikit maka asupannya juga jadi sedikit,” terang dr. Daan Khambri.

Panitia Pengabdian Masyarakat dengan tokoh masyarakat, tokoh agama, dan pejabat Nagari Alahan Panjang serta pegawai Puskesmas Alahan Panjang.
Biasanya daerah pegunungan, tanahnya lebih sedikit mengandung Yodium. Jika tubuh kekurangan Yodium, lanjut dr. Daan Khambri, maka kelenjar tiroid akan bekerja lebih keras untuk mencukupi kebutuhan hormon tiroid. Kondisi ini memicu terjadinya pembesaran kelenjar tiroid atau disebut dengan gondok.
Pada usia dini hormone tiroid sangat bermanfaat untuk pertumbuhan dan juga perkembangan kecerdasan. “Bila kekurangan di usia dini anak akan cenderung bodoh dan cebol. Jika 5-10 persen penduduk di suatu daerah mengalami gondok, maka kondisi ini disebut dengan endemik gondok,” jelasnya.
Ia berharap kegiatan “Deteksi Dini Kanker pada Masyarakat” di Nagari Alahan Panjang dapat memberikan dampak luas dan secara berkala akan ditindaklanjuti sebagai bentuk pengabdian kepada masyarakat secara berkelanjutan. [*/pkt]