Lubuk Basung, Padangkita.com - Sebanyak enam ekor buaya muara diamankan Polsek Tanjung Mutiara bersama personel Satpol Air Polres Agam di Jorong Muaro Putus, Kecamatan Tanjung Mutiara, Kabupaten Agam, Selasa, (21/2/2023) kemarin.
Kapolsek Tanjung Mutiara Iptu Nofriandy membenarkan hal tersebut dan menjelaskan bahwa keenam buaya tersebut sebelumnya ditangkap oleh warga.
"Keenam buaya itu sudah kita amankan di Mako Satpolair Polres Agam, untuk selanjutnya diserahkan ke Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Kabupaten Agam." terang Kapolsek dilansir Kamis (23/2/2023).
Lebih lanjut Kapolsek mengungkapkan, penangkapan hewan buas tersebut oleh warga, berawal dari keresahan masyarakat setempat atas keberadaan buaya muara yang diketahui telah beranak pinak dilahan perkebunan miliknya.
"Karena warga khawatir akan membahayakan keselamatan yang masyarakat setempat sewaktu bekerja di kebun mereka, sehingga buaya tersebut ditangkapnya." sambungnya.
Kapolsek menambahkan, saat ini ke 6 ekor buaya muara yang ditangkap oleh warga tersebut sudah diamankan di Mako Satpolair Polres Agam, namun kondisi lima ekor buaya masih hidup dan satu ekor sudah mati.
“Untuk penanganan lebih lanjut, kita serahkan ke BKSDA Sumbar, karena buaya muara tersebut merupakan salah satu satwa yang dilindungi,” ungkapnya.
Sementara itu, Kepala BKSDA Sumbar Ardi Andono turut membenarkan kejadian tersebut dan mengungkapkan buaya tersebut sudah di evakuasi Tim Wildlife Rescue Unit (WRU).
"Benar, Sudah kita evakuasi Selasa (21/2023) malam. Hari ini akan kita lakukan pengecekan untuk mengakomodir penangkaran," terangnya.
Lebih lanjut ia mengatakan bahwa lokasi tempat buaya di tangkap warga merupakan habitat dari hewan buas itu sendiri.
"Itu rumahnya. Saat ini konflik buaya dan manusia di Agam sama Pasaman Barat sulit dielakkan karena habibat mereka sudah tergeser oleh sawit. Berbeda dengan kawasan Pesisir Selatan," terangnya.
Sebelumnya Ardi telah menjelaskan bahwa konflik buaya ini sangat erat dengan masa kawin, karena November dan Desember merupakan musim berkembang biak buaya.
“Sedangkan bulan Januari hingga Maret biasanya masa bertelur dan mengerami, buaya akan lebih sensitif dari gangguan manusia,” terangnya.
Pihaknya mengimbau kepada warga menghindari melakukan aktifitas di wilayah yang potensial sebagai sarang buaya, meningkatkan kewaspadaan jika menggunakan perahu di sungai atau muara sungai terutama jika perahu berisi ikan, kerang atau udang.
“Jika bertemu langsung dengan buaya agar menghindari sisi depan dan bergeraklah kearah samping atau belakang, dan jika bertemu telur ataupun anak buaya maka segera menjauh dari lokasi itu, karena di sekitar situ pasti ada induknya yang siap menyerang,” jelasnya.
Pihaknya juga meminta masyarakat agar berhati-hati ketika mencoba pengamanan terhadap satwa liar, jangan sampai ceroboh sehingga membahayakan diri sendiri.
Baca Juga : Selama Januari, BKSDA Sumbar Catat Sembilan Konflik Buaya dan Manusia, Ini Penyebabnya
“Untuk itu silahkan menghubungi kami agar bisa melakukan penyelamatan bersama,” pungkasnya. [hdp]
*) BACA informasi pilihan lainnya dari Padangkita di Google News