Arosuka, Padangkita.com – Sebanyak 26 petani muda atau milenial dari Indonesia dan negara ASEAN, serta Jepang mengikuti fieldtrip ASEAN Farmer ke Nagari Sirukam, Kabupaten Solok dan Nagari Tabek, Kabupaten Tanah Datar.
Kegiatan ini merupakan rangkaian kegiatan ‘ASEAN Dialogue Partner's Exchange Farmers Visit’ dalam Pekan Nasional Petani dan Nelayan atau Penas Tani XVI di Padang, Sumatra Barat (Sumbar).
Fieldtrip ini, adalah lanjutan kegiatan sebelumnya berupa dialog beberapa isu penting dunia pertanian saat ini, khususnya ancaman krisis pangan akibat El Nino, hingga potensi petani muda atau young agripreneur.
Peternakan modern terpadu Sirukam Dairy Farm, Kabupaten Solok menjadi tujuan pertama dalam fieldtrip dengan tajuk ‘Discusion On Integrated Animal Husbandry, Agriculture and Plantation in Rural Areas’.
Para peserta dari Indonesia, Malaysia, Thailand, Filipina, dan Jepang sebagai negara mitra, berkesempatan melihat langsung peternakan sapi perah modern terpadu terbesar di Sumbar tersebut.
Pada kesempatan ini, peserta disambut langsung oleh Bupati Solok Epyardi Asda dan mendapat penjelasan lengkap dari CEO PT. Sirukam Lumbung Nagari, Budi Bundar.
"Konsep utama kita di sini adalah empowering local community. (Sebanyak) 90 persen karyawan adalah masyarakat lokal. Dari awal kita berkomitmen dengan masyarakat sekitar farm untuk bekerja sama dan maju bersama," ujar Budi.
Kepala Pusat Pelatihan Pertanian, Kementan, Muhammad Amin mengatakan, kegiatan fieldtrip dilaksanakan untuk bertukar pengalaman dan informasi pertanian antarpetani dari negara ASEAN. Sekaligus, kata dia, untuk menunjukan keberagaman Indonesia yang sebagian rakyatnya bergerak di sektor pertanian.
"Kami sangat mengapresiasi apa yang sudah dilakukan di Sirukam. Semoga ini bisa menjadi pusat dairy dan bisa menjadi pusat kunjungan Agro Wisata di Sumatra Barat," kata Muhammad Amin.
Di dairy ini para peserta selain melihat langsung proses peternakan sapi hingga pengolahan susu, juga bisa menikmati susu segar aneka rasa.
"Wah saya suka sekali, fresh dan enak. Oishi," kata peserta asal Jepang, Takao Otaki, yang menghabiskan dua botol susu segar.
Beranjak ke Tanah Datar, para peserta diajak melihat dan belajar mengenai tanam padi Salibu di Nagari Tabek, Kecamatan Pariangan. Kelebihan sistem ini adalah, tanam hanya sekali tapi bisa panen hingga berkali-kali.
"Padi Salibu adalah tanaman padi yang tumbuh kembali setelah batang sisa panen dipangkas. Teknologi ini berawal dari inovasi dan kreativitas petani di Nagari Tabek. Sekali tanam, bisa sampai enam kali panen. Hemat benih, hemat air," ujar Ir Erdiman, salah seorang peneliti dari BPTP Sumbar.
Para peserta bahkan juga diajarkan melalui simulasi langsung tanam padi sistem Salibu dari awal panen hingga tumbuh kembali oleh petugas penyuluh.
Para peserta sangat antusias dan bergantian mengajukan pertanyaan tentang berbagai hal. Mulai dari pengairannya, pupuknya hingga hasil produksinya.
"Padi Salibu akan tumbuh lebih banyak setiap setelah proses panennya, 40 hingga 100 batang setiap rumpunnya, sehingga produksi terus meningkat. Pengolahan tanah juga tidak perlu lagi," jelas Erdiman.
Sebelumnya, peserta juga dijamu makan oleh pemerintahan nagari. Hadir Sekda Kabupaten Tanah Datar, Iqbal Ramadi Payana. Dalam sambutannya Sekda Iqbal menyampaikan apresiasi kepada Gubernur Sumbar yang telah memilih Tanah Datar menjadi tujuan fieldtrip ASEAN Farmers.
"Welcome to Tanah Datar. Nagari Tabek ini menjadi nagari pertama yang mengembangkan padi Salibu, dengan keunggulan, hemat waktu, biaya dan indeks produksi padi juga meningkat," kata Iqbal.
Baca juga: Berkah Penas Tani XVI, Kementan Hibahkan Pamigo dan Smart Green House untuk Sumbar
Di Tanah Datar, para peserta juga berkesempatan mengunjungi desa terindah, yakni Nagari Pariangan dan Istana Pagaruyung. [*/pkt]