Peranan Masjid Tuo Ampang Gadang ketika Perang Padri yang Dipimpin Tuanku Imam Bonjol

Peranan Masjid Tuo Ampang Gadang ketika Perang Padri yang Dipimpin Tuanku Imam Bonjol

Masjid Tuo Ampang Gadang yang sudah tak terawat lagi. [Foto: Dok. Humas DPRD Sumbar]

Sarilamak, Padangkita.com Masjid Tuo Ampang Gadang yang kini dalam kondisi memprihatinkan dan terancam roboh, punya sejarah panjang sebagai bukti perkembangan Islam, dan perjuangan rakyat melawan penjajah Belanda.

Tokoh masyarakat Nagari VII Koto Talago, Remizal Dt. Parpatiah menceritakan, Masjid Tuo Ampang Gadang mulai dibangun tahun 1834 M dan rampung tahun 1837 M. Sebelum pembangunan masjid, kata dia, sudah ada juga aktivitas keagamaan Islam di daerah itu. Namun bangunan masjid ketika itu masih bersifat sederhana.

Image Attachment
Remizal Dt. Parpatiah bersama Ketua DPRD Sumbar Supardi saat melihat kondisi Masjid Tuo Ampang Gadang. [Foto: Dok. Humas DPRD Sumbar]

Remizal menyebutkan, Masjid Tuo Ampang Gadang ini juga bagian dari perjalanan perjuangan Perang Padri yang dipimpin Tuanku Imam Bonjol pada 1803-1838. Perang Padri merupakan bentuk perlawanan rakyat yang bersatu antara dari kaum adat dan kaum padri melawan kolonialisme Hindia Belanda.

"Di Ampang Gadang di masa itu ada nama tokoh yang menjadi salah satu Panglima Perang Padri, Tuanku Nan Biru yang saat ini diabadikan sebagai nama lapangan bola kaki di Nagari Tujuah Koto Talago," ungkapnya, dikutip Jumat (13/10/2023).

Menurut Remizal Dt. Parpatiah Masjid Tuo Ampang Gadang juga menjadi basis kekuatan perlawanan kaum Padri terhadap kolonial Belanda, selain juga pengembangan Islam di Sumatra Barat (Sumbar) bagian timur.

"Masjid Tuo Ampang Gadang merupakan salah bukti, jejak-jejak dari perjuangan Tuanku Imam Bonjol, di mana dimasjid tuo tempat berkumpul orang-orang shalih yang taat menjalankan amalan agama Islam," ungkapnya.

Soal kondisi masjid tuo yang terancam roboh, Dt. Parpatih menyampaikan rasa prihatinnya. Ia menyebut, masjid yang saat ini telah rusak berat butuh perhatian semua pihak untuk melestarikannya.

"Masjid Tuo Ampang Gadang sebagai salah satu saksi sejarah perkembangan Islam di Minangkabau, yang juga salah satu titik riwayat perjuangan perlawanan masyarakat Sumbar melawan kolonial Belanda masa Perang Padri, tentulah perlu di lestarikan untuk diketahui oleh generasi ke generasi masa datang," katanya.

Desain Konstruksi Masjid Ampang Gadang

Masjid Tuo Ampang Gadang yang terletak di Nagari VII Koto Talago, Kecamatan Guguak, Kabupaten Limapuluh Kota telah ditetapkan sebagai cagar budaya.

Masjid Ampang Gadang ini memiliki luas bangunan 13,6 m x 13,6 m dengan luas lahan 25 m x 12 m. Pada sisi barat terdapat sebuah ruang mihrab berdenah persegi panjang berukuran 1,5 m x 4 m.

Bangunan utama dilengkapi beberapa buah jendela yang tersebar pada keempat sisi dinding masjid dengan kusen setinggi 1,75 m dan selebar 1 m.

Bangunan masjid sebenarnya terbagi atas serambi dan ruang utama. Serambi masjid berada di sebelah timur atau bagian depan bangunan utama. Bangunan utama langsung bersambung dengan bangunan serambi.

Lantai dan dinding serambi terbuat dari beton. Pada sisi kiri dan kanan serambi, denahnya menjorok keluar berbentuk segi delapan dengan kubah di atasnya.

Serambi dan ruang utama dihubungkan oleh dua pintu di sebelah timur. Ruang utama memiliki 10 buah jendela, yakni masing-masing lima berada di sebelah utara dan selatan. Dinding ruang utama yang terbuat dari kayu ini memiliki hiasan kaligrafi.

Di sisi barat ruang utama, berdiri mihrab yang menjorok keluar. Mihrab memiliki dua buah jendela di sisi utara dan selatan. Mihrab dihiasi dua buah lengkung dengan satu tiang di bagian tengahnya. Di bagian atas mihrab juga terdapat hiasan berupa kaligrafi.

Ruang utama terbuat dari kayu, termasuk lantai ruang utama. Kondisi lantai sudah keropos dan rapuh. Hanya lantai dekat mihrab, yakni lantai sebelah barat, yang masih dapat digunakan untuk salat. Di dalam ruang utama, berdiri 18 tiang dan satu tonggak macu di tengah ruangan.

Secara keseluruhan, bangunan utama terbuat dari bahan kayu, mulai dari dinding, lantai, tiang, eternity, kecuali atap yang terbuat dari seng.

Perubahan atap dari ijuk ke seng dilakukan pada tahun 1322 H (1901 M), sesuai dengan inskripsi yang tercantum dalam atap.

Baca juga: Cagar Budaya Masjid Tuo Ampang Gadang Rusak Parah dan Terancam Roboh

Ruangan dalam semuanya dilapisi dengan cat dan dihiasi dengan lukisan kaligrafi ayat-ayat Al-Qur’an, Asmaul Husna, pemberian cat dan kaligrafi ini dibuat pada tahun 1960-an. Ruangan dalam masjid disangga oleh satu buah tiang utama dan 12 buah tiang pendamping.

Tiang utama berbentuk segi delapan (octagonal) setinggi 4 m dengan lebar masing-masing sisi 30 cm atau berukuran keliling 2,4 m.

Mihrab dihiasi dengan lengkung sebanyak dua buah, sementara mimbar yang biasa berada di dalam mihrab sudah tidak ada lagi, kemungkinan sudah rusak. [*/pkt]

Baca berita Limapuluh Kota terbaru dan berita Sumbar terbaru hanya di Padangkita.com.

Baca Juga

Vasko Ruseimy Kunjungi Rumah Gadang Mande Rubiah di Lunang Pesisir Selatan
Vasko Ruseimy Kunjungi Rumah Gadang Mande Rubiah di Lunang Pesisir Selatan
Populisme Islam Digital di Sumatera Barat
Populisme Islam Digital di Sumatera Barat
Gubernur Mahyeldi Dorong Petani Sumbar Manfaatkan Perhutanan Sosial untuk Tingkatkan Kesejahteraan
Gubernur Mahyeldi Dorong Petani Sumbar Manfaatkan Perhutanan Sosial untuk Tingkatkan Kesejahteraan
Mahyeldi-Vasko Tegaskan Komitmen untuk Sektor Pertanian Rendah Emisi
Mahyeldi-Vasko Tegaskan Komitmen untuk Sektor Pertanian Rendah Emisi
Gubernur Sumbar Mahyeldi Raih Berbagai Penghargaan Sepanjang 2024
Gubernur Sumbar Mahyeldi Raih Berbagai Penghargaan Sepanjang 2024
Kafilah Sumbar Siap Berkibar di MTQN ke-30, Wagub Janjikan Bonus Fantastis
Kafilah Sumbar Siap Berkibar di MTQN ke-30, Wagub Janjikan Bonus Fantastis