“Perlu diketahui, kelor yang tumbuh pada musim kemarau kandungan flavonoidnya lebih tinggi dibandingkan pada musim hujan. Bahkan dilaporkan konsentrasi flavonoid dalam daun kelor juga meningkat saat diperlakukan dengan menahan air selama 30 hari. Hal tersebut menunjukkan bahwa kandungan flavonoid pada Daun kelor dapat ditingkatkan dengan mengurangi air ketersediaan melalui pengolahan stres air,” ungkap Ridwan.
Dari penelitian yang pernah dilakukan, Ridwan mengungkapkan perlakuan kekeringan, terutama cekaman kekeringan yang ringan hingga sedang (50-80 persen kapasitas lapang)dapat menginduksi peningkatan senyawa flavonoid tanpa menurunkan pertumbuhan dan produksi biomassa yang signifikan.
Pada cekaman kekeringan yang lebih parah, tidak hanya produksi biomassa yang menurun, namun juga kandungan senyawa flavonoidnya.
Cekaman kekeringan yang ringan-sedang dapat direkomendasikan sebagai metode irigasi yang efektif dan efisien dalam budidaya kelor untuk menghasilkan biomassa daun berkualitas tinggi, yang dapat digunakan sebagai bahan pangan fungsional dan obat-obatan untuk mengobati penyakit degeneratif. Namun, Ridwan mengingatkan penelitian lebih lanjut tentunya masih sangat diperlukan.
Metode Budidaya Kelor
Jika ingin membudidayakan kelor, jangan khawatir, karena pembudidayaannya sangat mudah. Perbanyakan dapat dilakukan secara vegetatif dengan stek batang dan generatif dengan biji. Perbanyakan dengan stek batang dan biji masing-masing memiliki kelebihan dan kekurangan.
Perbanyakan dengan stek batang dapat menghasilkan daun dan buah yang lebih cepat. Namun, dalam usaha budidaya intensif dan luas, pemenuhan kebutuhan batang sebagai bahan stek akan menjadi masalah.
Hal ini karena batang yang digunakan untuk stek dengan probabilitas keberhasilan tinggi harus memenuhi beberapa kriteria, seperti batang tidak terlalu tua dan tidak terlalu muda, panjang 1 meter, dan diameter 5-10cm. Kelemahannya, akar yang terbentuk melalui metode stek tidak terlalu kuat sehingga lebih mudah roboh.
Berbeda dengan metode perbanyakan dengan biji yang lebih aplikatif untuk budidaya intensif. Viabilitas metode biji cukup tinggi. Akar yang akan terbentuk kuat, tidak mudah roboh, dan penanaman lebih mudah.