Tak hanya itu, tanaman itu juga memiliki kandungan protein yang cukup tinggi, sekitar 25-34 persen, setara dengan kandungan protein pada kacang-kacangan. Merujuk dari data tersebut, memang masih belum sebanding dengan kandungan protein biji kedelai yang mencapai 36 persen.
Flavonoid, Senyawa Bioaktif Incaran dalam Kelor
Pada beberapa publikasinya, Ridwan menuturkan beberapa tahun terakhir, pemanfaatan tanaman kelor meningkat secara signifikan baik sebagai bahan makanan, obat-obatan, dan kosmetik. Hal ini kemungkinan disebabkan oleh bertambahnya pengetahuan kandungan gizi dan potensi farmasi kelor.
Ridwan menuturkan selain mengandung kalsium dan protein, kelor juga mengandung berbagai senyawa metabolit sekunder yang berfungsi sebagai antibakteri, antioksidan, antifungi, antiinflamasi, antikanker, anti obesitas, dan anti kolesterol.
Tak hanya itu, senyawa metabolit sekunder memiliki beberapa fungsi lain, diantaranya sebagai atraktan (menarik serangga penyerbuk), pelindung dari stres lingkungan, pelindung dari serangan hama atau penyakit (phytoaleksin), pelindung terhadap sinar ultra violet, dan sebagai zat pengatur tumbuh.
"Senyawa metabolit sekunder sulit disintesa, jarang dijumpai di pasaran, sehingga memiliki nilai ekonomi tinggi. Senyawa bioaktif yang paling banyak diincar dalam kelor adalah flavonoid. Moringa mengandung berbagai jenis flavonoid senyawa seperti quercetin, kaempferol, isorhamnetin, apigenin, dan myricetin,” kata tandas Ridwan.
“Kandungan flavonoid daun kelor dilaporkan lebih tinggi dari tanaman lain, seperti bayam, brokoli, dan sayuran lainnya. Bahkan dinyatakan kandungan flavonoid daun kelor lebih tinggi (327,2 ± 13,8 mg/100 FW) dibandingkan 19 sayuran yang biasa dikonsumsi dalam kemasan salad (3,8 - 191 mg/100 g FW) di Spanyol,” ulasnya.
Flavonoid merupakan salah satu senyawa polifenol yang baru-baru ini telah banyak dipelajari dan digunakan dalam bidang kesehatan. Kandungan ini memiliki fungsi potensial sebagai antivirus/bakteri, anti-diabetes, anti-kanker, anti-inflamasi dan untuk pengobatan penyakit degeneratif, tetapi terutama memiliki berfungsi sebagai antioksidan.
Sebagai senyawa fitokimia, flavonoid tidak disintesis pada tubuh manusia ataupun hewan. Biosintesis flavonoid terjadi di hampir bagian tanaman, terutama dalam sel fotosintesis.
Kelor merupakan salah satu tanaman yang telah diketahui mengandung senyawa flavonoid dengan aktivitas antioksidan yang tinggi. Namun, kandungan flavonoid tanaman ini sangat bergantung pada kondisi lingkungan, seperti suhu, cahaya intensitas, dan ketersediaan air.