Berita Agam terbaru dan berita Sumbar terbaru: Harga cabai merah keriting di Lubuk Basung, Kabupaten Agam mulai melandai. Kondisi tersebut dipicu karena melimpahnya jumlah pasokan
Lubuk Basung, Padangkita.com- Harga cabai merah keriting di Lubuk Basung, Kabupaten Agam mulai melandai. Kondisi tersebut dipicu karena melimpahnya jumlah pasokan.
Dari pantauan di Pasar Serikat Lubuk Basung-Garagahan, Kamis (21/1/2021) pasokan cabai merah keriting tampak melimpah. Rata-rata pedagang menjual cabai merah keriting kisaran harga Rp38.000 – Rp40.000 per kilogram.
Seorang pedagang di Pasar Serikat Lubuk Basung-Garagahan, Andi 39 tahun mengatakan, harga cabai merah keriting satu pekan terakhir mengalami penurunan.
“Kalau cabai yang kondisnya paling bagus harganya Rp40 ribu per kilogram, yang agak layu Rp38.000,” ujarnya.
Dia juga mengatakan, ketersediaan cabai merah keriting di lapak miliknya terbilang melimpah. Dirinya bahkan mengaku kewalahan untuk menghabiskan stok yang ada.
"Sepertinya harga cabai sudah mulai mengalami penurunan. Mungkin karena stok banyak, cabai dari Alahan Panjang juga banyak yang masuk,” ungkapnya.
Ia juga mengatakan, jenis cabai lain yang harganya juga ikut melandai adalah cabai hijau keriting, yakni dikisaran harga Rp32.000-Rp40.000 per kilogram, sedangkan cabai rawit merah kisaran Rp23.000 per kilogram.
“Cabai rawit hijau sejak hari Minggu lalu turun Rp10.000, jadi Rp60.000, sebelumnya Rp70.000 per kilogram,” sebutnya lagi.
Kepala Bidang Perdagangan Diskoperindag Kabupaten Agam, Nelfia Fauzana mengatakan, berdasarkan pantauan timnya di lapangan, pasokan cabai merah memang terbilang melimpah.
“Dari yang kami cek terakhir di lapangan, memang sudah mulai melandai, harga jual paling tinggi Rp40.000 per kilogram,” ujarnya.
Menurutnya, pasokan berlimpah tidak hanya terjadi pada komoditi cabai saja. Pasokan sayur-mayur juga tampak menumpuk di pasaran.
Baca juga: 2021, Target PAD Kota Pariaman Naik Menjadi Rp45 Miliar
“Akibatnya, harga sejumlah sayuran turun kisaran Rp1.500 hingga Rp2.000. Hal ini berlaku hukum ekonomi,” pungkasnya. (*/rna)