Keindahan alam Sumatera Barat akan tersaji di depan mata saat melakukan perjalanan dengan kereta api. Di mulai dari Stasiun Simpang Haru, Padang, loko diesel yang bergemuruh mulai merangkak pasti melewati perkampungan padat penduduk.
SEPERTI tanpa rintangan, kereta mulai membelah jalan raya dan melintasi sungai-sungai kecil di kawasan pusat kota hingga pinggiran kota. Puas melewati jalan beraspal, perjalanan kereta pun mulai membelah kawasan hutan dan tepian bukit barisan. Lembabnya udara pegunungan kian terasa saat perjalanan dengan kereta memasuki kawasan luar kota. Di beberapa stasiun penghubung, laju kereta pun terhenti.
Memasuki kawasan Lembah Anai, loko diesel yang menarik kereta mulai pindah kebagian belakang dan berfungsi untuk mendorong rangkaian kereta. Hal itu untuk melewati jalur kereta bergigi yang menghiasi kawasan Lembah Anai. Keindahan Gunung Merapi tersaji di depan mata menjulang kokoh sebagai pasak bumi.
Semakin dekat ke kawasan Lembah Anai, suhu udara pun terasa semakin dingin. Tak lama berselang, kereta pun melewati Air Terjun (Aie Mancua) yang berada di kawasan lembah tersebut. Bahkan, laju kereta terlihat seperti berjalan di pucuk pepohonan yang memberikan kesan takjub bagi yang melewatinya. Sebuah jembatan setinggi 50 meter yang membelah jalan jalur dua menjelang tanjakan Silayiang menjadi pemandangan indah dan pengalaman menarik.
Jembatan melengkung yang menghubungkan dua bukit di kawasan hutan lindung itu terlihat kokoh menghubung dua puncak bukit yang berhadap-hadapan. Jembatan sepanjang ratusan meter itu menghantarkan rangkaian kereta untuk memasuki kawasan hutan yang kaya dengan keanekaan flora dan fauna. Sesekali, sejumlah spesies burung terlihat tersibak saat kereta api melintas.
Ratusan hektare sawah di kaki-kaki bukit seperti menjadi pemandangan mengagumkan yang sayang untuk dilewati. Laju kereta yang hanya sekitar 20 km per jam hingga 60 km per jam, menjadikan perjalanan dari Padang menuju Sawahlunto melewati Padang panjang dan menyisiri Danau Singkarak di tempuh sekitar tujuh jam. Cukup melelahkan, namun memberikan pengetahuan tentang indahnya alam Minangkabau.
Sapaan ramah masyarakat menjadi penghilang kepenatan tatkala kereta wisata melewati perkampungan penduduk dan menyisiri sawah-sawah nan hijau. Sebuah paket perjalanan wisata yang pantas untuk dijual ke mancanegara maupun turis domestik. Sungai nan jernih di kawasan hutan serta gemercik air terasa menyejukkan pandangan setelah penat menjalankan rutinitas sehari-hari. Sekitar satu jam menjajal kawasan berbukit Lembah Anai, kereta yang melaju lamban—sekitar 20 km per jam—mulai melintasi kawasan Minang Fantasi, Padang Panjang.
Objek wisata yang menjadi andalan Pemerintah Padang Panjang tersebut bisa dinikmati saat pembangunan stop shelter kereta api di kawasan wisata tersebut rampung dikerjakan. Menurut rencana pemerintah setempat, pemberhentian kereta api akan dibangun tak jauh dari kompleks Mifan. Direncanakan, stop shelter dibangun sekitar 100 meter dari lokasi objek wisata Mifan.
Beberapa saat setelah melewati kawasan tersebut, kereta pun mulai memasuki kawasan Stasiun Padang Panjang. Kondisi loko pun kembali berubah menarik gerbong seperti dalam kondisi jalur datar. Setelah pergantian selesai, perjalanan pun dilanjutkan menuju Solok. Dua gunung berapi di Sumbar—Gunung Merapi dan Singgalang—terlihat kokoh mengapit daerah Padang Panjang. Hawa dingin pun terasa kian menyergap ke pori-pori layaknya seperti kawasan puncak.
Dari stasiun Padang Panjang, kereta pun kembali melaju menyusuri daerah perbukitan dan menuju tepian Danau Singkarak. Keindahan danau vulkanik tersebut menjadi sajian utama saat kereta melaju dengan kecepatan sedang—sekitar 50 km per jam. Kereta pun terlihat melintasi tepian danau saat sebuah jembatan kereta menghubungkan tepian danau yang terlihat seperti menjorok ke tengah danau.
Riak air danau serta sejumlah rumah-rumah masyarakat menampilkan pemandangan nan menyegarkan mata. Sekitar 30 menit melintasi danau terbesar di Sumbar itu—terbesar kedua di Sumatera setelah Danau Toba, Sumut—laju kereta kembali menyusup di antara kerumunan padi nan menguning. Lambaian nyiur pun tak henti-hentinya menghiasi perjalanan yang menempuh ratusan kilo meter tersebut.
Setelah agak menjauh dari kawasan danau, cuaca panas terasa menyengat. Kereta pun mulai merambah kawasan perbukitan dan sawah dan mulai menyusuri perumahan penduduk hingga berhenti di Stasiun Solok. Dari Solok, perjalanan kembali dilanjutkan menyusuri tepian bukit-bukit pinus di kawasan Solok menuju Sawahlunto. Kehangatan Kota Arang semakin terasa ketika kereta mulai memasuki terowongan yang panjangnya mencapai puluhan meter.
Untuk menghilangkan kepenatan setelah menempuh perjalanan sekitar 7 jam, Museum Kereta Api menjadi pilihan selanjutnya.
Layaknya kota peninggalan Belanda, beragam bangunan tua bisa dijumpai di sekitar Pasar Remaja. Cukup dengan hanya berjalan kaki dari areal stasiun, Anda bisa menikmati sisa-sisa kejayaan eropa di Sawahlunto.