Lubuk Sikaping, Padangkita.com - Macan Dahan yang mendatangi permukiman warga dalam keadaan sakit dan sempat dikurung di dalam peti dan diobati warga dengan ritual adat akhirnya mati.
Macan Dahan Sumatra dengan nama latin Neofelis Diardi Diardi itu datang ke permukiman warga memang dalam keadaan luka-luka, dan sempat dikira Harimau Sumatra.
Berbagai upaya telah dilakukan warga untuk mengobati Macan Dahan itu, hingga akhirnya mati pada Senin (27/9/2021) sekitar pukul 08.00 WIB.
Setelah Macan Dahan itu mati, warga juga sempat membawa bangkainya dari lokasi penemuan di Kampung Pandipuh ke Kampung Pinang.
Kepala Balai Konservasi dan Sumber Daya Alam (BKSDA) Sumatra Barat (Sumbar) yang datang ke lokasi untuk memastikan kondisi Macan Dahan itu mengatakan, bahwa pihaknya sempat memeriksa satwa dilindungi itu sebelum mati.
Kesimpulan sementara, kata Ardi, Macan Dahan itu terluka dan akhirnya mati akibat perkelahian sesama Macan Dahan.
"Tapi untuk memastikan lagi penyebab utama kematiannya, kami harus melakukan Nekropsi (bedah bangkai) terhadap satwa tersebut,” ujar Ardi melalui keterangan tertulisnya yang diterima Padangkita.com, Senin (27/9/2021).
Namun, kata Ardi, karena keyakinan warga bahwa Macan Dahan yang mati itu adalah leluhur yang menjaga mereka secara turun temurun, maka BKSDA berupaya untuk bermusyawarah dengan warga agar Macan Dahan itu bisa di-Nekropsi.
Awalnya, ucap Ardi, BSDKA sudah mendapatkan izin untuk Nekropsi atau membedah bangkai Macan Dahan tersebut."Saat kami datang, bangkai Macan Dahan itu sudah dikafani dan telah diselenggarakan prosesi penyelenggaraan jenazah layaknya manusia, tinggal prosesi penguburan," ungkap Ardi.
Namun, sebelum bangkai Macan Dahan itu dibawa, kata Ardi, ada seorang warga yang berteriak-teriak, terlihat seperti kesurupan dan menolak bangkai Macan Dahan itu di bawa keluar dari perkampungan.
"Atas dasar itu, kesepakatan (Nekropsi) dibatalkan. Tokoh masyarakat juga mengambil keputusan untuk melakukan ritual adat yang melibatkan paranormal sebagai media penghubung dengan arwah leluhur, hingga disimpulkan bangkai satwa harus segera dimakamkan atas permintaan arwah leluhur," jelas Ardi.
BKSDA, lanjut Ardi, juga telah berkali-kali meyakinkan warga agar bangkai Macan Dahan itu dibedah untuk diketahui penyebab kematiannya.
"Kami tidak berhasil, prosesi penguburan bangkai Macan Dahan itu tetap dilaksanakan," imbuhnya.
Dijelaskan Ardi, bahwa Nekropsi (bedah bangkai) itu, selain mengetahui penyebab utama kematian, juga dilakukan untuk mengetahui apakah ada virus atau penyakit zoonosis (menular dari hewan ke manusia) pada satwa tersebut.
Baca juga: Macan Dahan yang Mati di Nagari Cubadak Pasaman Diduga Akibat Perkelahian
“Jika ada, hal ini akan membahayakan sekali bagi masyarakat yang sudah kontak langsung dengan bangkai satwa. Apalagi saat ini, sudah teridentifikasi virus African Swan Fever (ASF) yang menjangkiti satwa liar yang hidup di hutan Sumatra, terutama jenis babi hutan,” katanya. [zfk]