Nama Jalan yang Mula-Mula Ada di Padang

Nama Jalan yang Mula-Mula Ada di Padang

Officierskampement te Padang (Foto: kitlv)

Lampiran Gambar

Officierskampement te Padang (Foto: kitlv)

Padangkita.com - Bila berbicara mengenai nama jalan yang ada di kota Padang, mayoritas jalan yang ada saat ini menggunakan nama pahlawan atau pejuang kemerdekaan.

Penggunaan nama jalan dengan nama pahlawan tersebut digunakan sebagai penghormatan terhadap jasa-jasa pahlawan pada masa perjuangan. Namun tahukan anda mengenai nama-nama jalan yang pertama kali ada di Padang pada zaman kolonial Belanda

Berdasarkan catatan sejarah zaman kolonial, hanya ada dua wilayah di masa itu yang menggunakan nama untuk jalan sebagai penanda sebuah lokasi, daerah tersebut adalah Kota Djakarta dan Kota Padang.

Sejarah Kota Padang tidak terlepas dari peranannya sebagai kawasan rantau Minangkabau, yang berawal dari perkampungan nelayan di muara Batang Arau lalu berkembang menjadi bandar pelabuhan yang ramai setelah masuknya Belanda di bawah bendera Vereenigde Oostindische Compagnie (VOC).

Kota Padang pun lalu berkembang menjadi salah satu kota industri,ekonomi, dan perdagangan yang menjadi primadona bagi pedagang asing yang datang sejumlah negara.

Hari jadi kota Padang ditetapkan pada 7 Agustus 1669, yang merupakan hari terjadinya pergolakan masyarakat Pauh dan Koto Tangah melawan hegemoni dan monopoli VOC.

Pada awalnya, di kota Padang hanya terdapat tiga nama jalan yakni Nipah Laan (Jalan Nipah), Djati Laan (Jalan Jati) dan Hospital Weg (Jalan Hospital/Rumah Sakit). Jalan-jalan ini menghubungkan sejumlah kampung yang ada. Hal ini berdasarkan peta kota Padang tahun 1879.

Pada saat itu, ruas-ruas jalan lainnya yang telah ada belum diberi nama atau belum memiliki nama. Sebagai pengenal jalan-jalan yang ada tadi menggunakan nama kampung atau wilayah yang dilintasinya.

Ada pun nama-nama kampung yang berada di Padang berdasarkan catatan poestakadepok, adalah Kampong Berok, Kampong Sablah, Kampong Djawa, dan Kampong Oedjoeng Pandang. Nama-nama area adalah Zeestrand, Goeroeng, Poelo Karam, Pasar Ambatjang, Pondok, Pasar Gadang, Alang Lawas, Hiligoo, Pingir Kollang, Olo, Belantong, Kandang, Dammar, Poeroes dan Rimbo Kloeang.

Jalan-jalan yang ada di kota Padang bertambah pada tahun 1915. Kala itu selain tiga nama jalan yang disebutkan sebelumnya, kemudian bertambah Chinese Kerk Straat, Belakang Pondok Weg, Oude Cantine Weg, Oedjoeng Bandar Straat, Prins Straat, Nieuwe Weg, Zee Straat, Kerk Straat, Strand Weg, Wilhelmina Straat, School Straat, Societeits Weg, Djawa Dalam Straat, Slinger Laan, Paper Laan, Willem III Straat, Depot Weg, Van Bosse Straat, Benteng Weg dan Justitie Laan.

Ruas-ruas jalan yang ada di dalam kampong/area meski tidak secara tegas disebut nama jalan, tetapi nama-nama jalan diidentifikasi seseuai nama kampong/area, yakni: Kampong Baharoe, Tarandam, Kampong Djawa, Pasar Djawa, Sawahan, Moearo, Poelau Karam, Pondok, Tapi Pasang, Goeroen, Goeroen Ketjil, Oedjoeng Goeroen Parak Karambiel, Balakang Tangsi, Alang Lawas, Ganting, Olo, Belakang Olo, Damar, Balantoeng, Balantorng Ketjil, Poeroes, Pasar Ambatjang, Hiligoo, Kandang, Kampong Sebelah, Pasar Oedik, Pasar Hilir, Batipoe, Pasar Borong, Pasar Kodja dan Greve Kade.

Nama-nama jalan tersebut tidak banyak berubah jika dibandingkan dengan peta Kota Padang 1945. Peta ini sesungguhnya adalah peta yang direproduksi dari peta Kota Padang 1915 untuk kebutuhan perang (oleh Sekutu). Oleh karenanya, peta Kota Padang yang mengidentifikasi nama jalan (sejauh ini) hanya peta tahun 1879 dan peta 1915.

Pada saat kemerdekan Republik Indonesia, nama-nama jalan di Padang yang berbau Belanda maupun Jepang diganti dengan menggunakan nama-nama Indonesia, khususnya nama para pahlawan.

Penamaan baru untuk nama jalan-jalan ini selain terjadi di Padang juga terjadi di Jakarta, Medan, Bandung, Bogor, dan Depok.

Berapa perubahan nama jalan yang ada di Padang adalah Benteng Weg dan Societeits Weg (menjadi Jalan Bagindo Azis Chan), Kerkstraat (Jalan Wolter Monginsidi), Prins Straat
(Jalan Gereja), Wilhelmina Straat (Jalan Diponegoro), Van Bosse Straat (Jalan Pattimura), Oude Cantine Weg (Jalan Karya).

Selain itu School Straat  berganti menjadi Jalan Bundo Kandung, Peper Laan (Jalan Raden Saleh), Justitie Laan (Jalan Pancasila), Slinger Laan (Jalan RE Ratulangi), Hospital Weg (Jalan Proklamasi), Greve Kade (Jalan Batang Arau) dan Strand Weg (Jalan Samudra).

Selain itu pemerintah mengubah nama jalan lokal seperti Alang Lawas menjadi Jalan M. Yamin dan Jalan MH. Thamrin, Goeroen menjadi Jalan Hayam Wuruk, Kandang (Jalan H. Agus Salim), Belantoeng (Jalan Sudirman). Djati laan (Jalan Perintis Kemerdekaan dan Jalan Teuku Umar) dan Pasar Djawa (Jalan Pasar Raya).

Sementara nama-nama jalan lokal yang tetap dipertahankan seperti Jalan Pondok, Jalan Pulau Karam, Jalan Muara, Jalan Hiligoo, Jalan Damar dan Jalan Nipah. Nama jalan tersebut masih bertahan hingga saat ini.

Baca Juga

Menbud Fadli Zon Ingin Museum PDRI di Koto Tinggi Jadi Ikon Museum Sejarah Indonesia
Menbud Fadli Zon Ingin Museum PDRI di Koto Tinggi Jadi Ikon Museum Sejarah Indonesia
Kenakalan Remaja: Fenomena Sosial yang Mengkhawatirkan
Kenakalan Remaja: Fenomena Sosial yang Mengkhawatirkan
Tembus Pasar Internasional, Perusahaan Lokal Pariaman Ekspor 140 Ton Pinang ke India
Tembus Pasar Internasional, Perusahaan Lokal Pariaman Ekspor 140 Ton Pinang ke India
Pemprov akan Bangun Kantor MUI Sumbar Bertingkat 5 dengan Anggaran Rp24 Miliar
Pemprov akan Bangun Kantor MUI Sumbar Bertingkat 5 dengan Anggaran Rp24 Miliar
Bank Nagari Ingin Ikut Pembiayaan Pembangunan Flyover Sitinjau Lauik, Sanggup Rp500 Miliar
Bank Nagari Ingin Ikut Pembiayaan Pembangunan Flyover Sitinjau Lauik, Sanggup Rp500 Miliar
Survei Pilkada Limapuluh Kota
Survei Pilkada Limapuluh Kota