Padang, Padangkita com - Angin kencang yang melanda Kota Padang beberapa hari terakhir membuat nelayan di kawasan Kampung Air Manis, Padang Selatan tidak melaut.
Irul, 50 tahun, salah seorang nelayan di Kampung Air Manis yang tergabung di Kelompok Usaha Bersama (KUB) Batang Baru Mudo mengatakan, dirinya sudah beberapa hari ini tidak melaut karena angin kencang.
"Angin kencangnya membuat gelombang jadi tinggi," ujarnya kepada Padangkita.com, Sabtu (22/2/2020).
Kata Irul, jika cuaca cerah biasanya dia melaut dari pagi hingga sore. Sejak musim angin kencang, dia dan beberapa kawan lainnya terpaksa mencari pekerjaan lain untuk memberi nafkah keluarga.
"Kami lebih mengutamakan keselamatan jiwa kami. Memang, beberapa hari ini angin kencang dan gelombang tinggi membuat kami enggan melaut," ucapnya.
Uncu Pudin, 56 tahun, kondisi angin kencang dan gelombang tinggi di laut membuat nelayan tidak berani beraktivitas di tengah laut. Sama seperti Irul, dia terpaksa banting stir mencari pekerjaan lain untuk memenuhi kebutuhan dapur.
"Kadang jadi kuli bangunan, kadang bawa becak. Yang penting halal, apa pun akan kita kerjakan," jelasnya.
Jika melaut, menurut Uncu Pudin, dalam sehari dia dapat menghasilkan uang Rp100-150 ribu. "Semoga cuaca normal kembali, sehingga kami tidak khawatir melaut," ujarnya.
Diberitakan sebelumnya, Kepala Stasiun Meteorologi Minangkabau, Sakimin memaparkan, Sejak Kamis (20/2/2020), BMKG Stasiun Meterologi Minangkabau mengamati telah terjadi fenomena angin kencang di wilayah Sumatera Barat terutama di bagian barat Bukit Barisan.
"Berdasarkan data, kecepatan angin dapat mencapai 30 Knots atau 50-60 km/jam. Kondisi angin terjadi diiringi dengan cuaca cerah dan umumnya terjadi pada saat pagi hingga menjelang siang hari," ujarnya.
Hasil analisa BMKG Stasiun Meteorologi Minangkabau terkait fenomena angin kencang dan cuaca cerah tersebut karena adanya pengaruh angin timur laut di Sumatera Barat yang bergerak ke pusat tekanan rendah di Samudera Hindia.
Angin timur laut ini setelah melewati Bukit Barisan bersifat panas dan kering, sehingga menimbulkan pola inversi udara di lapisan atas atmosfer.
Hasil pengamatan Udara Lapisan Atas Stasiun Meteorologi Minangkabau menunjukkan terjadi proses pemanasan di lapisan 950mb yang menimbulkan inversi suhu udara atau suhu udara lapisan atas di atmosfer relatif lebih hangat dibanding di permukaan.
Hal ini menyebabkan terdapat proses pergerakan udara turun atau subsidensi, yang meningkatkan kecepatan angin turun terutama di lereng-lereng perbukitan hingga dataran rendah.
Selain itu, arus udara subsidensi ini juga tidak mendukung proses pertumbuhan awan-awan sehingga kondisi cuaca di Sumatera Barat cenderung Cerah. (PKT-12)