Padangkita.com - Kebiasaan Gubernur Sumatera Barat (Sumbar) Irwan Prayitno berpantun di tiap kesempatan, berbuah penghargaan Museum Rekor Indonesia (MURI). Irwan menjadi kepala daerah yang telah menciptakan pantun spontan terbanyak di dunia, dengan total 18.000 pantun.
"Ini rekor dunia, karena Irwan Prayitno satunya-satunya gubernur yang melahirkan pantun sebanyak ini," ungkap Manager Muri, Andre Purwandono ketika menyerahkan piagam penghargaan di Tugu Perdamaian Pantai Muaro Lasak, Padang, kemarin.
Selain rekor Muri, pantun yang telah dibukukan Irwan Prayitno sebanyak 6 jilid juga telah mendapat hak cipta dari Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia (Kemenkumham) yang diserahkan pada kesempatan yang sama oleh Kepala Kantor Wilayah Kemenkumham Sumbar, Dwi Prasetyo.
Sementara itu, usai menerima penghargaan Gubernur Irwan Prayitno mengatakan, kebiasaannya berpantun dilakukan sejak periode kedua menjabat sebagai gubernur. Pantun ditulis spontan dan disampaikan ketika memberikan sambutan atau arahan dalam berbagai kegiatan.
Irwan menjelaskan, gaya komunikasi berpantun dipilih karena pantun merupakan kearifan lokal Minangkabau yang dirasakan mulai ditinggalkan. Selain itu, melalui pantun, pesan dan arahan semakin mudah tersampaikan dan dimengerti banyak orang.
"Pantun ini bentuk dukungan saya agar pantun dimasyarakatkan kembali. Apalagi, Indonesia telah memperjuangkan agar pantun menjadi warisan budaya dunia tak benda. Kita harus biasakan berpantun untuk mendukungnya," pintanya.
"Pantun dibuat setiap acara sesuai dengan kondisi dalam dan tema kegiatan," beber Irwan Prayitno saat penerimaan rekor MURI.
Irwan berterus terang jika pantunnya muncul secara spontan, lalu apa mazhab dari perspektif kesusasteraan?
Penggiat pantun yang juga budayawan Minangkabau Musra Dahrizal Katik Rajo Mangkuto menilai, pantun produksi Irwan tidak punya haluan atau mazhab berdasarkan khazanah pantun.
Menurutnya, jika pantun itu di kelompokkan ke pantun Minang, itu salah besar. Sebab, jelas Mak Katik, tidak satu pun pantun IP mamakai Minang total atau murni Sastra Minang,
“Kalau pantun itu judulnya kreasi IP (Irwan Prayitno), bagi saya tidak ada persoalan,” ujar pria yang akrab disapa Mak Katik ini.
Mak Katik menjelaskan, suku kata pantun Minang adalah 9 suku kata. Jika 9 suku kata apa pun nama nyanyi Minangnya, yang ribuan banyak irama bisa dipakai pantun yang sama.
“Kalau pantun IP masuk ke Sastra Malayu juga banyak yang salah, sebab pantun Melayu itu suku katanya yang ketemu oleh saya, 10, 11, 12 suku kata. Sementara pantun IP ada yang lebih dari itu,” tandasnya.
Lebih lanjut Mak Katik mengatakan, terlebih kalau rujukannya Minang klasik, maka bertambah salah, mengingat dalam pantun Minang lama makna dari sampiran mendukung kepada pantun yang sesungguhnya.