Simpang Empat, Padangkita.com - Mazniarni, janda 30 tahun dengan tiga anak yang masih kecil, harus menanggung perih sejak 1,5 bulan lalu, karena kulit di sebagian tubuhnya yang terbakar.
Jangankan untuk berobat, untuk makan sehari-hari bersama tiga anaknya saja, Mazniarni mengandalkan bantuan saudaranya yang tak seberapa.
Mazniarni kini tinggal di rumahnya yang sederhana di Nagari Sungai Aua, Kecamatan Sungai Aur, Kabupaten Pasaman Barat (Pasbar). Tiap hari dia harus ke dokter memeriksakan luka bakar di bagian lengan dan sebagian tubuhnya.
Relawan Kemanusiaan Sungai Aur, Ahmad Rifaldi bersama rekannya Taufik Akmal menyambangi kediaman Mazniarni, Rabu (10/6/2020). Mereka mendapat informasi tentang Mazniarni dari Tenaga Keserasian Sosial Kecamatan (TKSK) Sungai Aur, Yandra Putra.
Ahmad menceritakan, Mazniarni setidaknya butuh biaya berobat sebesar Rp50.000 setiap hari. Itu belum termasuk biaya transportasinya untuk pulang pergi berobat ke dokter. Sementara itu, ia juga tak bekerja, sehingga untuk makan dia dan tiga anaknya pun, ia harus meminta bantuan.
Ahmad mengungkapkan derita Mazniarni bermula pada awal Ramadan lalu. Ketika itu, listrik padam di rumahnya. Ia berinisiatif membuat lampu “togok” yang dibuat dari tabung bekas yang sebelumnya berisi racun DMA (pembunuh gulma).
"Ketika tabung itu belum sempat diisi dengan minyak tanah, rupanya tabung itu masih berisi gas sehingga dengan cepat menyambar korek api yang tengah menyala yang dipegang oleh Mazniarni," terangnya.
Baca juga: Ditinggal Suami dan Keluarga, Nenek Tua di Punggasan Pesisir Selatan Hidup Sendiri di Gubuk Reyot
Beberapa bagian tubuh Mazniarni yang terbakar meliputi tangan kanan, badan, telinga, dan leher. Namun yang lebih miris, anaknya yang masih balita juga ikut terbakar di bagian telinganya.
"Selama ini beliau berobat mengandalkan bantuan biaya yang dikirim keluarganya dari Medan," kata Ahmad.
Melalui Ahmad, Mazniarni berharap ada yang membantunya. "Kami bersepakat untuk ikut membantu dan mengupayakan penyembuhan." [rom]