Sementara budayawan Sumbar Rusli Marzuki Saria mengatakan, Hamka ilmunya bulat, tidak bersendi, menguasai banyak bidang, dan kuat pendiriannya.
Papa panggilan akab Rusli, mengatakan, Tafsir Al Azhar belum ada bandingannya saat ini. Ia juga ulama yang tidak masuk kotak-kotak. Dia orang Muhammadiyah. Ketika shalat di luar mesjid bukan Muhammadiyah, dia bisa menyesuaikan.
“Toleransinya Islam dalam Islam memang tinggi,” tukas Rusli.
Semasa kecil, Papa mengaku, pernah menjadikan karya Hamka sebagai referensi menulis surat cinta.
“Di zaman remaja, saya besar di kampung. Jarang teman sebaya yang bisa membaca dan menulis. Saya bantu mereka menulis surat cinta, dengan plagiat narasi Tenggelamnya Kapal van Der Wijk. Surat Zainuddin untuk teman laki-laki. Kalau ada cewek, salin surat Hayati untuk cowok,” bebernya.
Menurutnya, Hamka adalah manusia langka. Lahir dan menjadi dirinya karena zaman. Maka, baginya sangat sulit rahim Minangkabau melahirkan orang seperti Hamka.