Manusia Langka Bernama Hamka

Manusia Langka Bernama Hamka

Buya HAMKA (Foto: Ist)

Image Attachment

Buya HAMKA. (Foto : Ist)

Menarik dari seorang Hamka ialah memainkan banyak profesi hingga pejabat publik. Ia juga aktivis politik. Masa muda ia lebih dikenal sebagai seorang aktivis ketimbang pedakwah. Saat memutuskan merantau ke Jawa pada tahun 1924, ia banyak terlibat dalam diskusi-diskusi yang diadakan oleh Muhammadiyah dan Sarekat Islam.

Ia bersentuhan dengan mentor-mentor aktivis semacam HOS Tjokroaminoto, Mohammad Natsir, Suryopranoto, dan lainnya. Tahun 1927, ia memutuskan berangkat ke Mekah untuk menunaikan ibadah haji sekaligus memperdalam ilmu agama.

“Dia seorang figur all round. Yang masuk segala aspek bidang,” kata Mestika Zed.

Hamka juga seorang penulis dalam arti luas, seorang sejarawan, sastrawan, politikus, ulama, dan pejabat publik seperti Ketua MUI.

“Karena keahlian all roundnya, menjadikan Hamka sebagai pribadi punya kekuatan tersendiri dan itu tidak dimiliki semua orang,” ujarnya.

Ia menambahkan, dalam pembentukan Hamka, banyak pengaruh dilema keluarga didalamnya.  Sejak masa muda, Hamka menyadari posisi ditinggal ayah karena beristri lagi, sehingga tidak utuh mendapat atau dekat ayahnya.

Energi positif dari kejadian-kejadian masa kecil tersebut, menjadikan Hamkaingin pembuktian, keluar dari konsep tumbuh besar seorang anak di Minangkabau.

Hamka menurut Mestika, juga seorang kutu buku yang hebat. Tidak hanya buku Islam atau pengarangnya seorang Arab, ia juga melahab buku-buku dari Barat. Dan yang terpenting, Hamka tidak meninggalkan akar, dengan banyak membaca referensi tentang alam dan adat Minangkabau, sehingga tidak mengherankan, karya-karyanya banyak idiom Minangkabau.

“Karya sastranya, banyak bercerita tentang konflik realitas tertentu di Minangkabau Tapi tidak Minangkabau yang dihelus-helus atau dianggap hebat, sehingga layak dan bisa diterima oleh Indonesia dan Melayu secara keseluruhan,” bilangnya.

Namun, Hamka jelas beruntung, dimana bisa memetik akar yang tumbuh di Minangkabau yakni prinsip keterbukaan berpikir dan mengembangkan kebebasan intelektual tanpa batas dan paksaan. Adat Minangkabau sebetulnya pertarungan akal budi dalam kenyataan. Tidak terjangkau oleh adat dan pikiran.

Terkait soal pendirian, Mestika Zed menegaskan, Hamka seorang yang konsisten

Pages:

Baca Juga

Tembus Pasar Internasional, Perusahaan Lokal Pariaman Ekspor 140 Ton Pinang ke India
Tembus Pasar Internasional, Perusahaan Lokal Pariaman Ekspor 140 Ton Pinang ke India
Pemprov akan Bangun Kantor MUI Sumbar Bertingkat 5 dengan Anggaran Rp24 Miliar
Pemprov akan Bangun Kantor MUI Sumbar Bertingkat 5 dengan Anggaran Rp24 Miliar
Bank Nagari Ingin Ikut Pembiayaan Pembangunan Flyover Sitinjau Lauik, Sanggup Rp500 Miliar
Bank Nagari Ingin Ikut Pembiayaan Pembangunan Flyover Sitinjau Lauik, Sanggup Rp500 Miliar
Survei Pilkada Limapuluh Kota
Survei Pilkada Limapuluh Kota
Media Sosial dan "Fluid Identity"
Media Sosial dan "Fluid Identity"
Populisme Islam Digital di Sumatera Barat
Populisme Islam Digital di Sumatera Barat