"Usaha alternatif penambah penghasilan masyarakat. Jika dikerjakan dalam jumlah besar, maka mampu meningkatkan penghasilan masyarakat," paparnya.
Diakui Ajo, dalam jangka waktu 3,5 bulan ini, ia terus mengumpulkan dan sosialisasi kepada masyarakat, serta sudah berhasil mengumpulkan lidi sawit sebanyak lima ton lebih.
Selain mempekerjakan masyarakat, ia juga menampung lidi masyarakat yang mulai meraut lidi secara manual.
"Lidi yang kita terima dengan syarat kering dan tidak rapuh. Kita langsung membayar di tempat," ulasnya.Apalagi, kata Ajo, saat ini permintaan lidi cukup tinggi. Permintaan saat ini mencapai 35 ton per minggu untuk diekspor ke India.
Dia juga menyadari, tahap awal memang butuh perjuangan untuk menyosialisasikan ke mayarakat tentang nilai ekonomis lidi sawit itu.
"Nanti jika sudah mencapai enam ton, maka langsung kita bawa ke Pekanbaru untuk dikumpulkan sebelum di ekspor ke India," ujarnya.
Diketahui, saat ini ia telah mendirikan gudang penampungan lidi sawit tersebut di AMP 3, Jorong Sidodadi, Kecamatan Kinali dan di Lubuak Batang, Kapa Utara, Simpang Padang Panjang, Nagari Kapa, Kecamatan Luhak Nan Duo.
"Mudah-mudahan pemerintah dapat memberikan pembinaan dan bantuan peralatan mesin agar proses perautan lidi semakin cepat," harapnya.
Sementara itu, seorang peraut lidi di Jorong Kapa Timur, Kecamatan Luhak Nan Duo, Novia Ningsih mengaku telah memulai meraut lidi untuk tambahan penghasilan di tengah pandemi Covid-19 sejak dua minggu ini bersama dengan empat orang masyarakat lainnya.
"Saya merasa usaha ini merupakan salah satu peluang untuk menambah penghasilan keluarga. Karena untuk potensi lahannya saya rasa sangat banyak," ujarnya.