Padang, Padangkita.com - Dunia kedokteran terus berinovasi menghadirkan metode pengobatan yang semakin efektif dengan dampak minimal bagi pasien.
Salah satu terobosan signifikan dalam bidang bedah adalah Bedah Minimal Invasif (BMI), yang sering dijuluki bedah 'lubang kunci' karena tekniknya yang revolusioner.
BMI, yang mencakup teknik seperti laparoskopi, torakoskopi, dan endoskopi, merupakan pendekatan bedah modern yang secara fundamental berbeda dari bedah terbuka tradisional.
Alih-alih membuat sayatan besar, BMI hanya memerlukan sayatan kecil, biasanya berukuran kurang dari satu sentimeter. Melalui sayatan kecil ini, instrumen bedah khusus dan sebuah kamera kecil (endoskop atau laparoskop) dimasukkan ke dalam tubuh pasien.
Kamera tersebut berperan penting dengan mengirimkan gambar area yang dioperasi ke monitor video berdefinisi tinggi. Hal ini memungkinkan ahli bedah untuk melihat kondisi di dalam tubuh pasien dengan jelas dan melakukan prosedur bedah dengan presisi tanpa harus membuka area yang luas.
Lantas, apa saja manfaat yang didapatkan pasien dengan menggunakan teknik bedah minimal invasif ini?
General Manager Pelayanan Medis Semen Padang Hospital (SPH), dr Dewi Nensi Putri, MARS, menjelaskan ada banyak keunggulan signifikan dari BMI.
"Bedah minimal invasif secara signifikan mampu meningkatkan kualitas kesembuhan pasien dengan mengurangi rasa sakit, mempercepat pemulihan fungsional, dan meminimalkan dampak fisik dan psikologis dari operasi," ungkap dr Dewi.
Secara rinci, manfaat BMI bagi kesehatan dan pemulihan pasien meliputi:
1. Mengurangi trauma bedah: Sayatan yang kecil berarti kerusakan jaringan sehat di sekitar area operasi diminimalkan.
2. Mengurangi risiko infeksi: Luka sayatan yang lebih kecil secara inheren mengurangi pintu masuk bagi bakteri.
3. Mengurangi perdarahan: Dengan sayatan yang lebih kecil, pembuluh darah yang berpotensi terpotong juga lebih sedikit.
4. Mengurangi nyeri pasca operasi: Trauma jaringan yang minimal secara langsung berkontribusi pada rasa nyeri yang lebih ringan setelah operasi.
5. Mempercepat pemulihan: Pasien dapat kembali ke aktivitas normal dan produktif lebih cepat.
6. Waktu rawat inap yang lebih singkat: Pemulihan yang lebih cepat memungkinkan pasien untuk pulang dari rumah sakit lebih awal.
7. Bekas luka yang lebih kecil dan estetis: Hasil sayatan yang minimal meninggalkan bekas luka yang kurang terlihat.
8. Potensi komplikasi yang lebih rendah: Risiko komplikasi umum pasca operasi seperti infeksi luka atau hernia insisional cenderung lebih rendah.
9. Tingkat kepuasan pasien yang lebih tinggi: Kombinasi dari semua manfaat fisik dan pemulihan berkontribusi pada pengalaman pasien yang lebih positif.
Perbedaan Kunci dengan Bedah Terbuka
Perbedaan paling mencolok antara BMI dan bedah terbuka tradisional terletak pada ukuran sayatan. Bedah terbuka memerlukan sayatan yang besar untuk memberikan akses langsung bagi ahli bedah ke organ atau area yang dioperasi.
"Sebaliknya, bedah minimal invasif menggunakan sayatan kecil dan mengandalkan visualisasi melalui kamera serta instrumen khusus yang dimasukkan melalui sayatan tersebut," jelas dr Dewi.
Selain ukuran sayatan, perbedaan penting lainnya meliputi:
* Trauma Jaringan: BMI menyebabkan trauma jaringan yang jauh lebih minimal.
* Visualisasi: BMI menyediakan pandangan area operasi yang diperbesar dan detail di monitor, seringkali lebih baik dari pandangan langsung pada bedah terbuka.
* Presisi: Beberapa teknik BMI, termasuk yang menggunakan bantuan robot, dapat menawarkan tingkat presisi dan kontrol yang sangat tinggi.
* Pemulihan: Waktu pemulihan dan durasi rawat inap secara signifikan lebih pendek pada BMI.
* Bekas Luka: BMI menghasilkan bekas luka yang jauh lebih kecil dan tidak terlalu mencolok.
Teknologi bedah minimal invasif ini kini telah luas diterapkan untuk menangani berbagai macam penyakit dan kondisi medis.
Beberapa contoh yang umum ditangani meliputi: penyakit kandung empedu (batu empedu), usus buntu (apendisitis), berbagai jenis hernia, penyakit organ reproduksi wanita (kista ovarium, fibroid, endometriosis), penyakit saluran kemih (batu ginjal, tumor ginjal), penyakit paru-paru dan mediastinum, penyakit usus besar dan rektum (kanker kolorektal), bedah bariatrik untuk obesitas morbid, hingga beberapa jenis kanker pada stadium awal.
Meskipun menawarkan banyak keunggulan, dr Dewi menegaskan bahwa BMI tidak selalu cocok untuk setiap pasien atau setiap kondisi.
Baca Juga: Semen Padang Hospital Unggulkan Layanan MRI untuk Deteksi Dini Penyakit
"Penting untuk dicatat bahwa tidak semua kondisi medis cocok untuk bedah minimal invasif. Keputusan untuk menggunakan teknik ini bergantung pada jenis penyakit, stadium penyakit, kondisi umum pasien, dan keahlian ahli bedah," tutupnya, mengingatkan pentingnya konsultasi dengan dokter spesialis untuk menentukan metode bedah yang paling tepat bagi kondisi individu pasien. [*/hdp]