Padang, Padangkita.com — Sebanyak 422 jemaah haji asal Kota Padang resmi bertolak menuju Tanah Suci setelah dilepas secara simbolis oleh Gubernur Mahyeldi di Aula Utama Asrama Haji Embarkasi Padang pada Rabu (28/05/25) petang.
Usai acara pelepasan, rombongan langsung bergerak menuju Bandara Internasional Minangkabau (BIM) dan dilepas oleh Petugas Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Embarkasi Padang untuk penerbangan menuju Jeddah.
Pelepasan jemaah haji Kota Padang ini turut dihadiri oleh Plh Kakanwil Abrar Munanda, yang juga menjabat sebagai Sekretaris PPIH M Rifki, Kasi PHU Kankemenag Kota Padang Zul Fahmi, serta Evi Yoskar dan Indra Gunawan.
Dalam kesempatan tersebut, Plh Kakanwil sekaligus Koordinator PPIH Embarkasi Padang, Abrar Munanda, mengingatkan seluruh jemaah haji Sumatera Barat untuk mematuhi ketentuan ihram sejak tiba di Bandara Internasional King Abdul Aziz, Jeddah. Disiplin dan pemahaman yang baik terhadap aturan ihram sangat krusial demi kesahihan, ketertiban, dan kesesuaian ibadah dengan syariat.
Abrar juga menyarankan agar jemaah segera melaksanakan umrah wajib setibanya di Makkah, namun dengan catatan setelah cukup beristirahat dan pada waktu yang telah dikoordinasikan oleh ketua kloter. Imbauan serupa juga ditujukan secara khusus kepada jemaah lansia, jemaah risiko tinggi, jemaah sakit, dan jemaah yang menggunakan kursi roda.
Kloter yang merupakan dua terakhir gelombang kedua ini dipastikan akan menghadapi tantangan tersendiri akibat adanya perubahan kebijakan dari pihak Kerajaan Arab Saudi.
Abrar mengungkapkan bahwa beberapa jemaah bisa terpisah dari kelompok regu, bahkan pasangan, karena pengelolaan layanan haji di Arab Saudi kini dilakukan oleh lebih dari satu Syarikah (penyedia layanan).
Meskipun 415 jemaah Embarkasi Padang dikelola oleh satu Syarikah, beberapa jemaah lainnya berada di bawah naungan Syarikah berbeda. Kondisi ini menyebabkan sejumlah jemaah terpisah, termasuk seorang jemaah lansia yang terpisah dari regunya, dua jemaah yang terpisah dari suaminya, serta seorang lainnya yang terpisah dari regunya dan bergabung dengan dua ketua kloter lainnya. Bahkan, seorang petugas paramedis juga terpaksa terpisah dari regunya.
Menghadapi situasi ini, Abrar menyampaikan bahwa strategi jangka pendek difokuskan pada penyelesaian umrah wajib. Ia meminta seluruh petugas (4 petugas kloter, 2 PHD, dan 3 pembimbing ibadah/KBIHU) untuk proaktif mengayomi jemaah, terutama yang terpisah. "Dalam jangka pendek ini, untuk mendukung maksimal dan tuntas umrah wajib, sebaiknya yang terpisah itu melekat dulu pada regu asal atau petugas," ujar Abrar.
Ia mengingatkan bahwa perbedaan Syarikah berpotensi membedakan akomodasi dan sektor tempat tinggal di Makkah, yang bisa merepotkan jemaah. Oleh karena itu, ia berharap ketua regu dan rombongan dapat mengayomi sementara jemaah yang terpisah Syarikahnya, sambil mengupayakan solusi terbaik.
Setelah tiba di Arab Saudi, ketua kloter akan melaporkan jemaah yang terpisah kepada Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Arab Saudi untuk diupayakan penggabungan kembali dengan induk kloter, regu, atau rombongan asal.
Terkait dinamika perjalanan ibadah haji tahun ini yang sedikit berbeda, Abrar menekankan empat kunci utama bagi jemaah dan petugas:
1. Sabar: Menghadapi kondisi tak terduga di Tanah Suci dengan kesabaran dan semata mengharap ridho Allah. "Harus kita hadapi dengan bingkai kesabaran dan semata mengharapkan ridho Allah dan semangat beribadah," katanya.
2. Kebersamaan: Memupuk dan meningkatkan rasa kebersamaan yang telah terbangun selama pembinaan manasik di Tanah Air. Abrar menegaskan bahwa ibadah haji adalah ibadah sosial yang membutuhkan tolong-menolong.
3. Doa dan Tawakal: Tak bosan-bosan memohon kemudahan, kekuatan, dan kesabaran kepada Allah di setiap sujud dan doa, khususnya dalam menghadapi pola pengelolaan haji yang berbeda tahun ini.
4. Gotong Royong: Menjalin persaudaraan, kepedulian, dan saling membantu, terutama karena ibadah haji sangat mengandalkan aspek fisik dan sosial. "Dimudahkan, dikuatkan dan kesabaran itu adalah tiga kata kunci," ungkap Abrar, meyakini jiwa gotong royong jemaah sudah terpupuk selama hampir satu tahun pembinaan manasik.
Abrar menambahkan informasi penting bahwa jika jemaah mendarat di Jeddah menjelang subuh, mereka diharapkan tetap dalam kondisi berihram meski saat beristirahat.
"Sehingga Umrah wajib ditargetkan bisa tuntas pada malam hari setelah Isya. Mudah-mudahan satu malam itu tuntas. Terkecuali bagi jamaah perempuan yang mengalami haid, yang diminta tetap menjaga larangan ihram sambil menunggu kesucian," terangnya.
Baca Juga: Gubernur Mahyeldi Minta Petugas Haji Profesional Bimbing Jemaah Menuju Haji yang Mabrur
Dengan semangat kebersamaan dan pengayoman dari para petugas, Abrar berharap seluruh jemaah dapat menjalani rangkaian ibadah awal di Tanah Suci, terutama umrah wajib, dengan lancar sebelum menghadapi puncak ibadah haji yang semakin dekat. [*/hdp]