Kisah Surau Syekh Abdul Manan yang Aktif sejak 1903 sebagai Pusat Pendidikan Qiraat Al-Quran  

Kisah Surau Syekh Abdul Manan yang Aktif sejak 1903 sebagai Pusat Pendidikan Qiraat Al-Quran  

Surau Syekh Abdul Manan di Jorong Gantiang Ateh, Nagari Tanjung Alam, Kecamatan Tanjung Baru, Kabupaten Tanah Datar. [Foto: David/Padangkita]

Batusangkar, Padangkita.com – Sejak dulu, Surau Syekh Abdul Manan di Jorong Gantiang Ateh, Nagari Tanjung Alam, Kecamatan Tanjung Baru, Kabupaten Tanah Datar memang merupakan tempat syiar Islam.

Surau yang saat ini bisa dijumpai dengan struktur bangunan masih didominasi bentuk asli sejak didirikan itu, masih menjadi tempat belajar ilmu Al-Quran.

Edi Warman yang merupakan cucu Syekh Abdul Manan, menyebutkan surau itu awalnya didirikan pada tahun 1903 oleh Syekh Abdul Manan sendiri. Syekh Abdul Manan merupakan anak dari Syekh Abdul Majid, seorang pejuang kemerdekaan yang berteman dengan Tuanku Imam Bonjol.

Hanya saja bedanya, jika Tuanku Imam Bonjol berjuang dengan cara berperang dan bergerilya untuk melawan penjajah, sedangkan Syekh Abdul Majid berjuang dengan cara menimba ilmu di Timur Tengah.

Saat Syekh Abdul Manan berusia sekitar 11 tahun, dia dibawa ayahnya Syekh Abdul Majid ke Makkah. Saat tiba di Makkah,  dia disuruh belajar dengan seorang ulama besar yang juga merupakan orang Minangkabau bernama Syekh Ahmad Khatib Alminangkabawi.

Image Attachment

Surau Syekh Abdul Manan di Jorong Gantiang Ateh, Nagari Tanjung Alam, Kecamatan Tanjung Baru, Kabupaten Tanah Datar. [Foto: David/Padangkita]

Abdul Manan adalah seorang murid yang pintar dan sangat disayangi oleh Syekh Ahmad Khatib Al-Minangkabawi. Pada waktu itu, ketika usia Abdul Manan 15 tahun, dia sudah juara mengaji tingkat dunia.

Syekh Abdul Manan lebih fokus pada Qiraat Al-Quran, berbeda dengan sang ayah Syekh Abdul Majid yang merupakan ahli tasauf. Perbedaan itu sesuai permintaan sang ayah yang melarang Syekh Abdul Manan menjadi ahli tasauf juga.

Ketika masih di Timur Tengah, Syekh Abdul Manan juga sempat mengajar di Masjidil Haram dan Masjid Nabawi. Selama ia di Timur Tengah, ia bertemu dengan Haji Piobang, Haji Sumaniak, dan Haji Miskin. Ketiganya dan dibawa pulang oleh Syekh Abdul Manan untuk melawan Belanda.

Namun, Syekh Abdul Manan dilarang oleh gurunya Syekh Ahmad Khatib Al-Minangkabawi, berjuang dengan senjata dan darah. Gurunya itu menginginkan Syekh Abdul Manan berjuang dengan ilmu.

Akhirnya, dia kemudian pun pulang ke kampung halaman. Namun,  sebelum pulang ke kampung dia singgah dulu di Srilangka, India, Thailand, dan Kelantan Malaysia.

Jadi Tempat Persembunyian Pejuang

Singkat cerita, pada tahun 1902 tibalah ia di kampung halamannya di Tanjung Alam. Dan di situlah awalnya didirikan surau yang awalnya dulu namanya Surau Pancuran Talang.

Dulu, surau itu dibangun hanya dari kayu dan telah mengalami perubahan dengan bangunan yang permanen. Salah satu ciri khas dan bukti sejarah surau itu adalah bangunan rangkiang di sebelah surau yang berumur ratusan tahun.

Setelah surau itu didirikan, berdatanganlah murid-murid dari berbagai daerah, mulai dari Jawa Timur, Palembang, Bengkulu, Kalimantan, Malaysia, banyak muridnya bahkan sampai ribuan yang belajar Qira'at Al-Quran.

Meski kala itu masa penjajahan, namun syiar Islam terus berlanjut di surau tersebut. Awal berdirinya memang untuk berjuang dalam bentuk ilmu sesuai yang diperintahkan oleh sang gurunya Syekh Ahmad Khatib Alminangkabawi.

Bahkan pada awal-awal berdiri itu, banyak buronan Belanda waktu itu yang lari dan bersembunyi ke surau tersebut. Belanda sebetulnya mengetahui hal itu, namun segan dan tak berani.

Sebab, Syekh Abdul Manan punya kedekatan dengan banyak pemimpin  negara luar seperti India, Pakistan, Turki, Malaysia, Arab Saudi, bahkan negara yang dekat dengan Belanda waktu untuk seperti Spanyol dan Portugis, Belanda.

Pada tahun 1940-an Syekh Abdul Manan meninggal, kemudian digantikan oleh anaknya Abdullah Manan, setelah itu digantikan oleh adiknya Ustaz Jamin Manan. Saat Ustaz Jamin meninggal, kemudian digantikan oleh anaknya Edi Warman sebagai generasi ketiga.

Hingga saat ini, Edi Warman lah yang mengelola dan mengajarkan ilmu Al-Qur'an kepada murid-murid yang menuntut ilmu di surau tersebut.

"Awalnya dari bangunan kayu atau papan dan diubah pada tahun 1970 menjadi bangunan permanen. Dulu nama surau ini Syekh Pancuran Talang, kemudian pada 2002 diganti nama menjadi Surau Syekh Abdul Manan," ujar Edi Warman.

Sejak berganti nama hingga sekarang, sudah dilahirkan tahfiz sebanyak 247 orang.

"Dan salah satunya hafiz 30 juz, adalah anak saya sendiri dan mendapatkan reward ke Makkah, dan saya adalah juga terpilih sebagai salah satu guru terbaik di Sumbar dan juga mendapatkan reward ke Makkah dua kali, " ujarnya.

Pergantian nama dari Surau Pancuran Talang ke Surau Syekh Abdul Manan adalah sebuah penghormatan, selain itu sebagai bentuk untuk pemersatu kembali keluarga Abdul manan.

Baca juga: Masjid Raya Kubang Putih, Berdiri Sejak 1800, Kokoh Dihoyak Gempa dan Jadi Sasaran Mortir Masa PRRI

"Dulu ada pengusulan menjadi pahlawan nasional, tapi karena ada prosedur dan berbagai hal kami keluarga dan turunannya tidak terima pada waktu itu. Dulu diusulkan kalau tidak salah pada masa Pak Harto," ucapnya. [djp/agg]

Baca Juga

Pemkab Tanah Datar Menang Gugatan, Aset Miliar Rupiah Selamat
Pemkab Tanah Datar Menang Gugatan, Aset Miliar Rupiah Selamat
DPRD Tanah Datar Sepakati 9 Ranperda Prioritas Tahun 2025
DPRD Tanah Datar Sepakati 9 Ranperda Prioritas Tahun 2025
Pimpinan DPRD Tanah Datar Resmi Dilantik, Siap Bekerja untuk Masyarakat
Pimpinan DPRD Tanah Datar Resmi Dilantik, Siap Bekerja untuk Masyarakat
Pembangunan Sumbar Era Prabowo dari Perspektif Kolaborasi Politik: 'Manjuluak' dan 'Maelo'
Pembangunan Sumbar Era Prabowo dari Perspektif Kolaborasi Politik: 'Manjuluak' dan 'Maelo'
Nobar Film 'Sadang di Bawah', Mahyeldi Dukung Industri Kreatif Lokal Minang
Nobar Film 'Sadang di Bawah', Mahyeldi Dukung Industri Kreatif Lokal Minang
Ini Hasil Lengkap Pengundian Nomor Urut Pilkada Tanah Datar 2024
Ini Hasil Lengkap Pengundian Nomor Urut Pilkada Tanah Datar 2024