Padang, Padangkita.com - Clémentine, perempuan 22 tahun asal les Sables d’Olonne, Prancis, menceritakan pengalamannya masuk Islam. Ia mengatakan perjuangannya masuk Islam dimulai sejak ia berumur tujuh tahun.
Ia berkisah dirinya tidak pernah diajarkan tentang agama saat kecil oleh kedua orang tuanya. Ketika masuk sekolah, pelajaran agama juga tidak diajarkan. Meski demikian, ia tetap percaya Tuhan.
"Di Prancis, kami tidak boleh belajar agama. Di sekolah juga itu memang dilarang. Jadi saya sebagai anak tidak tahu apapun tentang agama, tapi yang saya tahu itu ada Tuhan," ujar wanita yang akrab disapa Clem itu di kanal Youtubenya.
Sebagai orang yang percaya Tuhan, kata dia, ia memiliki banyak pertanyaan tentang hidup. Misalnya, bagaimana kehidupan manusia setelah mati.
"Banyak pertanyaan yang sering datanglah ke otak saya, tapi saya tidak memiliki jawaban sama sekali," imbuhnya.
Sejak umur tujuh tahun, Clem sering pulang pergi ke Indonesia bersama orang tuanya untuk liburan. Di Indonesia, ia untuk kali pertama mendengar azan yang langsung membuatnya tersentuh.
"Saya masih ingat untuk pertama kali saya dengar azan, sangat lembut di telingaku, dan hati saya langsung nyaman," tuturnya.
Ia merasakan sesuatu di tubuhnya yang tidak dapat ia ungkapkan dengan kata-kata. Perasaan itu membuatnya bahagia. Dari mendengar azan itulah, ia pelan-pelan mempelajari Islam.
Clem mengaku bersyukur karena pilihannya belajar Islam dihormati oleh keluarganya.
"Mereka Kristen ya, tapi orang tua saya adalah orang yang sangat-sangat baik hati dan mereka selalu mengajarkan saya dan kakak-kakak saya untuk menghormati semua agama," sambungnya.
Saat duduk di bangku SMA, ia mulai belajar membaca Al-Qur;an dan salat kepada teman-temannya di Indonesia. Awalnya, ia mengaku kesulitan karena tidak bisa membaca bahasa Arab.
Selama mendalami Islam, Clem merasa hidupnya menjadi lebih bahagia.
"Di situlah saya mengerti saya harus benar-benar memiliki agama karena yang saya tahu itu kalau kita sudah memiliki agama kita akan sangat lebih bersyukur dan bahagia," tutur dia.
Salah satu daerah yang sering dikunjungi Clem ketika berada di Indonesia adalah Kota Padang. Di sinilah, ia bertemu dengan Danil, pria yang kini menjadi suaminya.
Kisah cinta anak Padang dan Prancis ini berawal ketika Clem bersama orang tuanya mengunjungi salah satu pulau dekat Pulau Pasumpahan melalui Bungus.
Saat menunggu keberangkatan itulah, Clem bertemu Danil yang bekerja sebagai nelayan. Melewati masa pacaran jarak jauh alias LDR (long distance relationship), mereka akhirnya menikah pada 6 Februari 2019.
"Suami saya selalu ingatin saya tentang agama Islam. Dia selalu ajari saya kebaikan, dia selalu ajarin saya untuk berbagi kepada orang, tidak boleh pelit," kata Clem.
Setelah menikah dengan Danil, Clem akhirnya resmi menjadi mualaf. Ia mengucapkan dua kalimat syahadat di sebuah masjid di Bungus, Padang.
"Suami saya membawa saya ke masjid untuk masuk Islam. Saya bahagia sekali, tapi juga stres. Terus, Imam menyuruh saya untuk membaca dua kalimat syahadat," ujarnya.
Begitu mengucapkan dua kalimat syahadat, Clem tak dapat menahan rasa haru. Air matanya tiba-tiba keluar tak terbendung.
"Sebuah prasaran yang luar biasa. Saya menangis bahagia dan saya akan selalu ingat waktu," imbuhnya.
Saat ini, Clem dan sang suami menetap di Prancis. Ia mengaku merindukan Indonesia.
"Di sini tidak banyak masjid. Ada tapi jauh. Tidak ada danger azan setiap hari, jadi kami juga rindu Indonesia," ungkapnya.
Clem mengaku sangat bersyukur menikah dengan Danil.
"Kami sangat bersyukur dan saya sangat berterima kasih kepada Tuhan yang sudah membawa Danil di hidup saya sebagai imam yang sangat baik. Saya juga berterima kasih kepada Allah yang telah memberikan saya momongan," pungkasnya. [den/pkt]