Kisah Azwar Pembuat Tabuik Pasa yang Berbiaya Rp200 Juta, Bermula dari Penabuh Gendang Tasa

Kisah Azwar Pembuat Tabuik Pasa yang Berbiaya Rp200 Juta, Bermula dari Penabuh Gendang Tasa

Azwar, 57 tahun, pembuat Tabuik Pasa, dan tabuik yang telah dibuat (kanan). [Foto: Dok. Diskominfo Pariaman]

Pariaman, Padangkita.com – Tabuik yang diarak, ‘dihoyak’ lalu dibuang ke laut dalam rangkaian event Pesona Budaya Tabuik Pariaman, tidak jadi begitu saja. Ada sosok yang ahli dan dipercaya untuk membangun atau membuatnya unik dan indah.

Acara budaya tabuik yang diadakan di Kota Pariaman tiap tahun baru Islam, membutuhkan dua tabuik, yang dikenal dengan Tabuik Pasa dan Tabuik Subarang, berdasarkan lokasi pembuatan dan pihak yang terlibat.

Eva Yenita Syam dalam bukunya yang berjudul ‘Hoyak Tabuik Pariaman’ (2018) menjelaskan, tabuik terdiri dari dua bagian (atas dan bawah) yang tingginya dapat mencapai 12 meter. Bagian atas yang mewakili keranda berbentuk menara yang dihiasi dengan bunga dan kain beludru berwarna-warni.

Sementara itu, bagian bawah berbentuk tubuh kuda, bersayap, berekor, dan berkepala manusia. Bagian bawah ini, menurut Eva Yenita Syam, mewakili bentuk burung buraq yang dipercaya membawa Imam Husein, cucu Nabi Muhammad SAW, ke langit menghadap Yang Kuasa.

Kedua bagian ini nantinya akan disatukan dengan cara bagian atas diusung secara beramai-ramai untuk disatukan dengan bagian bawah. Setelah itu, berturut-turut dipasang sayap, ekor, bunga-bunga salapan, dan terakhir kepala.

Berapa biaya pembuatan tabuik?

Pemerintah Kota (Pemko) Pariaman sendiri mengalokasikan anggaran sebesar Rp400 juta untuk pembuatan dua tabuik untuk Pesona Budaya Hoyak Tabuik Pariaman 2024.

Baca juga: Anggaran Pembuatan Dua Tabuik Telan Rp400 Juta, Meningkat Dibanding Tahun 2023

Menurut Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan (Disparbud) Kota Pariaman Ferialdi, dana pembuatan tabuik tersebut naik dari tahun sebelumnya yang masing-masing tabuik hanya Rp175 juta.

“Kalau sekarang masing-masing (tabuik) Rp200 juta, jadi keduanya Rp400 juta," kata Ferialdi.

Proses Pembuatan Tabuik Pariaman

Bukan saja biayanya yang mahal, untuk membuat tabuik pun tidak bisa sembarangan orang. Meskipun orang Pariaman. Artinya, walau tabuik merupakan budaya di Pariaman, hanya sedikit yang bisa membuat tabuik.

Untuk Tabuik Pasa, misalnya, sudah 17 tahun dipercayakan kepada satu orang saja. Namanya Azwar, kini sudah berusia 57 tahun. Azwar sendiri disebut sebagai seorang anak tabuik yang tinggal di Jl. Tabuik, Kelurahan Pasir, Kecamatan Pariaman Tengah.

Ia menceritakan, sudah berkecimpung membuat tabuik selama lebih kurang 17 tahun, yang dimulai sejak tahun 2007. Kepiawaian Azwar dalam membuat tabuik hingga kini tak tergantikan di Nagari Pasa (Tabuik Pasa).

“Bagi saya membuat tabuik sudah menjadi hobi semenjak tahun 1982. Saat kepemimpinan Bupati (Padang Pariaman) Anas Malik (sebelum pemekaran, Kota Pariaman sebelumnya bagian dari Kabupaten Padang Pariaman), saya sudah ikut menjadi tukang gandang tasa di setiap prosesi tabuik hingga tabuik dibuang di pantai (ke laut),” ungkap Azwar sebagaimana dilansir Diskominfo Pariaman, Selasa (23/7/2024).

Azwar mengisahkan, selama menjadi tukang gandang tasa itulah dia selalu memperhatikan dengan seksama, detail demi detail proses pembuatan tabuik. Hingga akhirnya dia mempraktikkan sendiri dengan cara membuat tabuik kecil atau yang lebih dikenal dengan tabuik lenong.

Karena ketekunannya dalam belajar, Azwar pun menjadi ahli membuat tabuik. Sampai akhirnya ia selalu dipercaya untuk membuat Tabuik Pasa sampai sekarang.

“Alhamdulillah sampai saat ini saya masih dipercaya untuk membuat Tabuik Pasa,” ungkap Azwar.

Namun, dalam mengerjakan tabuik ia tetap tak bisa sendirian. Ia melibatkan keluarganya untuk membangun tabuik.

“Saya melibatkan keluarga seperti kakak, adik, anak, menantu, dan keponakan. Mereka semua sudah terlatih dalam pembuatan tabuik, sehingga bisa menambah penghasilan mereka dan keluarga,” terang Azwar.

Azwar menjelaskan, untuk proses pembuatan tabuik memakan waktu lebih kurang 15 hari. Pengerjaannya dimulai lima hari sebelum datangnya tanggal 1 Muharam, dan harus selesai H-1 sebelum tabuik dihoyak, biasanya 10 Muharam.

Ditanya soal harapannya, Azwar menyatakan proses pembuatan tabuik semestinya juga dirayakan atau dimeriahkan agar dikenal lebih luas. Sebab, menurut dia, proses pembuatan tabuik, juga bisa menjadi daya tarik pengunjung atau wisatawan ke Kota Pariaman.  

“Saya sebagai anak tabuik berharap dalam proses pembuatan tabuik diadakan acara kesenian tradisional atau lomba, untuk menarik pengunjung melihat proses pembuatan tabuik,” ungkapnya.

Baca juga: Tabuik Sukses Dikelola Anak Nagari, Gubernur Sumbar dan Kemenparekraf Apresiasi Pemko

“Baik di rumah Tabuik Pasa maupun di rumah Tabuik Subarang. Dengan adanya acara tersebut, juga akan menambah semangat kami anak tabuik dalam mengerjakan pembuatan tabuik sampai selesai,” Azwar menambahkan.

[*/pkt]

Baca Juga

Tembus Pasar Internasional, Perusahaan Lokal Pariaman Ekspor 140 Ton Pinang ke India
Tembus Pasar Internasional, Perusahaan Lokal Pariaman Ekspor 140 Ton Pinang ke India
Agam dan Pasaman Masuk Daftar Daerah Tingkat Kerawanan Tinggi di Pilkada Serentak 2024
Agam dan Pasaman Masuk Daftar Daerah Tingkat Kerawanan Tinggi di Pilkada Serentak 2024
Andre Rosiade Resmikan Penyalaan Listrik Rumah Warga Air Dingin Kabupaten Solok
Andre Rosiade Resmikan Penyalaan Listrik Rumah Warga Air Dingin Kabupaten Solok
Piala Soeratin U-17 Sumbar 2024, Persikopa Pariaman Cukur Arasko FC 4-0 Tanpa Balas
Piala Soeratin U-17 Sumbar 2024, Persikopa Pariaman Cukur Arasko FC 4-0 Tanpa Balas
Pj Wako Pariaman Roberia Fasilitasi Peserta Seleksi PPPK Belajar Komputer dan Simulasi CAT
Pj Wako Pariaman Roberia Fasilitasi Peserta Seleksi PPPK Belajar Komputer dan Simulasi CAT
Pemprov akan Bangun Kantor MUI Sumbar Bertingkat 5 dengan Anggaran Rp24 Miliar
Pemprov akan Bangun Kantor MUI Sumbar Bertingkat 5 dengan Anggaran Rp24 Miliar