Padang, Padangkita.com - Perhimpunan Keluarga Besar Pelajar Islam Indonesia (KB PII) Sumatra Barat (Sumbar) mendesak polisi membasmi perilaku premanisme yang terjadi terhadap Yayasan atau Sekolah Persatuan Guru Agama Islam (PGAI) di Jati, Padang.
“Premanisme di PGAI terlalu vulgar, secara bergerombolan mereka masuk ke sebuah badan hukum atau satuan pendidikan dan mempertontonkan kekerasan,” kata Ketua Perhimpunan KB PII Sumbar, Eyunus dalam keterangan tertulis yang diterima Padangkita.com, Jumat (4/11/2022).
Video aksi premanisme tersebut viral di media sosial. Terlihat jelas bagaimana aksi pemukulan oleh sejumlah pria terhadap Yurnalis, Kepala SMA Dr. H. Abdullah Ahmad PGAI Padang dan anaknya.
“Mereka dengan leluasa masuk dan memukul kepala sekolah. Pemukulan juga dilakukan terhadap anak atau anggota keluarga kepala sekolah yang berusaha melindungi ayahnya dari pemukulan,” lanjut Eyunus.
Tak sampai di situ, kata Eyunus, pemukulan bahkan dilakukan di hadapan guru-guru dan siswa SMA PGAI Padang.
“Ini keterlaluan,” ulasnya.
Menurut Eyunus, tindakan premanisme tersebut dilakukan seperti pelaku menganggap tak ada hukum saja. Padahal, kata Eyunus, kawasan Jati, lokasi SMA PGAI itu sangat dekat dengan Markas Polresta dan Markas Polda Sumatra Barat (Sumbar).
“Kami menduga ada aktor intelektual atau orang kuat yang mendalangi premanisme ini,” kata Eyunus.
Ia meminta aparat kepolisian harus bertindak cepat, memproses secara adil laporan dugaan penganiayaan yang telah dilaporkan oleh korban bernama Yurnalis, selaku kepala sekolah dan anaknya, Taufikul Hakim yang juga menjadi korban.
“Secara presisi ke depan, aparat kepolisian harus memberikan rasa aman pada mereka yang bekerja dan bernaung di PGAI,” ingat Eyunus.
Menurut Eyunus, dalam kasus ini aparat mesti lebih responsif. Tidak hanya menunggu laporan.
“Itulah Presisi yang menjadi motto Kapolri,” kata Eyunus.
Lebih jauh ia menyebutkan, bahwa PGAI adalah aset umat, sehingga tidak boleh ada premanisme, atau anasir jahat yang ingin menguasai PGAI secara ilegal.
“Jika ada ada pertikaian, maka hukumlah yang harus menjadi panglima penyelesaian. Bukan kekerasan atau premanisme,” kata Eyunus.
Baca juga: Ini Kronologis Keributan yang Berujung Penganiayaan di PGAI Sumbar
“Selaku organisasi alumni PII, kami akan mengawal kasus ini. Kami juga akan mencoba berkoordinasi dengan aparat hukum yang ada di daerah, ataupun di pusat,” ungkap Eyunus. [*/pkt]
*) BACA informasi pilihan lainnya dari Padangkita di Google News