Kematian Bayi Harimau Sumatera di Bukittinggi, Kementerian Kehutanan Ungkap Dugaan Kelainan Genetik dan Perilaku Induk

Kematian Bayi Harimau Sumatera di Bukittinggi, Kementerian Kehutanan Ungkap Dugaan Kelainan Genetik dan Perilaku Induk

Ilustrasi harimau sumatra. [Foto: Ist.]

Bukittinggi, Padangkita.com – Kabar duka menyelimuti dunia konservasi Indonesia menyusul kematian seekor bayi Harimau Sumatera (Panthera tigris sumatrae) jantan berusia satu minggu di Taman Marga Satwa dan Budaya Kinantan (TMSBK) Bukittinggi.

Kejadian ini, yang sebelumnya diberitakan karena dehidrasi dan malnutrisi akibat induk stres, kini mendapat penjelasan lebih lanjut dari Kementerian Kehutanan melalui Direktorat Jenderal Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem (KSDAE).

Kematian bayi harimau yang lahir pada Rabu, 24 Juni 2025, dari pasangan induk Yani dan Bujang Mandeh ini, diduga kuat melibatkan faktor kelainan genetik dan perilaku maternal induk.

Direktur Jenderal KSDAE, Satyawan Pudyatmoko, menyampaikan bahwa berdasarkan hasil observasi lapangan, riwayat perkembangbiakan, dan nekropsi, terdapat indikasi kuat adanya faktor kelainan genetik serta perilaku maternal induk (maternal behaviour) yang turut memengaruhi.

"Indukan harimau ini berusaha mereject anaknya sendiri, yang tercermin dalam ketidakmauannya untuk menyusui dan merawat anaknya," terang Satyawan lewat siaran pers, Sabtu (5/7/2025).

Ia menjelaskan bahwa kondisi seperti ini, di mana induk menolak anaknya, bisa terjadi di alam liar, biasanya disebabkan oleh genetic defect atau induk yang mengalami stres. Hal ini memunculkan dugaan adanya kelainan genetik yang diturunkan dari garis induknya, Yani.

Satyawan menambahkan bahwa tim dokter dan keeper sudah berupaya memberikan susu tambahan dan melakukan evakuasi, namun upaya tersebut tidak berhasil. "Ini yang perlu pendalaman, akar masalahnya pada ketidakmauan induk menyusui," tambahnya, menyoroti kompleksitas kasus ini.

Sebelumnya, Kepala Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Sumatera Barat, Hartono, mengonfirmasi kematian bayi harimau pada Selasa pagi, 1 Juli 2025. Ia menjelaskan bahwa bayi harimau tersebut meninggal setelah berjuang bertahan hidup akibat sang induk yang mengalami stres. "Penyebab utama kematian disimpulkan karena dehidrasi dan kekurangan nutrisi," ujar Hartono dalam keterangan resminya, Kamis, 3 Juli 2025.

Perjuangan bayi harimau dimulai sejak kelahirannya. Tim dokter hewan dan perawat satwa (keeper) di TMSBK segera mengamati kondisi mengkhawatirkan. Induk Yani terlihat sangat lelah pasca melahirkan dan awalnya enggan menyusui anaknya.

Meskipun sempat menunjukkan perbaikan dan mau menyusui, perilaku Yani kembali berubah pada Minggu, 29 Juni 2025. "Induk terlihat stres dan kembali tidak mau menyusui. Kondisi cuaca yang kering dan panas diduga memperburuk situasi, menyebabkan kondisi sang bayi melemah," terang Hartono.

Tim medis TMSBK terus memantau kondisi kritis tersebut. Sempat ada kemajuan pada Senin malam saat Yani kembali memberikan susu kepada anaknya. Akan tetapi, pada Selasa dini hari, kondisi Yani kembali gelisah.

Ia berhenti total menyusui anaknya, membuat sang bayi terbaring lemas karena kelelahan. Melihat situasi darurat itu, tim medis memutuskan melakukan intervensi dengan mengevakuasi sang bayi ke klinik untuk perawatan intensif dan pemberian nutrisi buatan.

Kondisi bayi harimau sempat membaik sesaat setelah mendapatkan penanganan, namun napasnya tetap tidak stabil. "Setelah berbagai upaya penyelamatan maksimal yang dilakukan oleh tim dokter dan keeper, nyawa bayi harimau tersebut tidak dapat tertolong lagi," tambah Hartono.

Satyawan kembali menambahkan, Kementerian Kehutanan tetap berkomitmen pada upaya konservasi Harimau Sumatera sebagai salah satu spesies prioritas, dengan memperhatikan kesejahteraan satwa (animal welfare) serta menjaga kemurnian genetik populasi.

Baca Juga: Kabar Duka dari Bukittinggi, Bayi Harimau Sumatera Mati di Usia Sepekan Akibat Induk Stres

"Kami mengajak masyarakat memahami dan berperan aktif dalam upaya konservasi satwa liar. Setiap kejadian menjadi evaluasi penting agar penanganan ke depan semakin baik," tutupnya. [*/hdp]

Baca Juga

Kabar Duka dari Bukittinggi, Bayi Harimau Sumatera Mati di Usia Sepekan Akibat Induk Stres
Kabar Duka dari Bukittinggi, Bayi Harimau Sumatera Mati di Usia Sepekan Akibat Induk Stres
Warga Pagadih Temukan Bunga Rafflesia Mekar Sempurna, Sebarannya di Agam sudah 18 Titik
Warga Pagadih Temukan Bunga Rafflesia Mekar Sempurna, Sebarannya di Agam sudah 18 Titik
Demi Keselamatan Pendaki, BKSDA Sumbar Tutup Permanen Pendakian Gunung Marapi
Demi Keselamatan Pendaki, BKSDA Sumbar Tutup Permanen Pendakian Gunung Marapi
BKSDA Sumbar Tindak Tegas Pendaki Ilegal Gunung Marapi
BKSDA Sumbar Tindak Tegas Pendaki Ilegal Gunung Marapi
Konflik Beruang Madu di Solok Selatan, BKSDA Sumbar Pasang Perangkap
Konflik Beruang Madu di Solok Selatan, BKSDA Sumbar Pasang Perangkap
Harimau Sumatra Ditemukan Mati Terjerat Perangkap Babi di Agam
Harimau Sumatra Ditemukan Mati Terjerat Perangkap Babi di Agam