Kasus Ribuan Ton Ikan Mati di Danau Maninjau Disorot Media Asing 

Kasus Ribuan Ton Ikan Mati di Danau Maninjau Disorot Media Asing 

Ilustrasi - Ikan mati di Danau Maninjau. [Foto: Ist]

Jakarta, Padangkita.com - Media asing Channel News Asia (CNA) menyoroti kasus matinya ribuan ton ikan di Danau Maninjau, Provinsi Sumatera Barat, Indonesia. Dalam laporan yang dimuat Kamis (13/1/2022) mereka menulis jika pada Desember, lebih dari 1.700 ton ikan ditemukan mati di danau yang terletak sekitar 115 km dari Kota Padang tersebut.

Dalam beberapa minggu terakhir, ribuan ikan mati di Danau Maninjau, Sumatera Barat, Indonesia. Kasus ini menyoroti faktor lingkungan dan manusia yang berkontribusi pada masalah yang telah berlangsung selama satu dekade tersebut.

Disadur dari CNBC Indonesia, CNA mengutip Handria Asmi, Camat Tanjung Raya yang menyebutkan cuaca ekstrem yang tidak terduga akibat perubahan iklim bisa menjadi salah satu penyebab kematian ikan massal di danau tersebut.

"Dari November hingga Februari kami selalu mengalami cuaca ekstrem di Tanjung Raya, yaitu angin kencang dan hujan deras yang terkadang menyebabkan tanah longsor dan kematian ikan," kata Handria.

Menurut dia, kematian ikan ini terjadi jika angin mencapai danau, membalikkan massa air. Jka massa air dibalik, air yang lebih padat naik ke atas.

Namun, Handria mengatakan bahwa penelitian terbaru yang dilakukan oleh Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia menunjukkan bahwa cuaca ekstrem mungkin bukan penyebab utama fenomena tersebut. Selain itu, aktivitas manusia termasuk penangkapan ikan yang berlebihan (overfishing) dan pemberian makan yang berlebihan menyebabkan pencemaran air, yang berkontribusi pada kematian ikan.

"Saat ini danau kita tercemar, salah satunya karena tercemar pakan ikan. Saat angin kencang, makanan ikan dibolak-balik, sehingga oksigen di dalam air berkurang dan ikan tentu kekurangan oksigen," katanya.

Selain itu, Danau Maninjau juga merupakan danau vulkanik dan keberadaan belerang juga berkontribusi terhadap kematian ikan, tambahnya. Kematian ikan massal menjadi masalah yang berulang di Danau Maninjau lebih dari satu dekade lalu ketika terjadi peningkatan kegiatan penangkapan ikan, terutama budidaya ikan yang melibatkan keramba jaring apung.

Baca Juga : 250 Ton Ikan Mati di Maninjau, Total Sudah Seribu Ton Lebih Selama Desember 2021

Media itu juga mengutip WALHI Sumatera Barat. Lembaga tersebut mengatakan bahwa penduduk setempat yang tinggal di dekat Danau Maninjau yang dulunya adalah petani padi beralih ke perikanan pada awal 1990-an. Setidaknya ada sekitar 27.000 keramba ikan di danau. Sementara peraturan standar memungkinkan sekitar 7.000 keramba saja mengingat luas Danau Maninjau adalah 99,5 km persegi. [*/Pkt]

Baca Juga

Gubernur Sumbar Buka Fest Dama 2024, Ingatkan Pentingnya Pengamalan Nilai Adat dan Budaya
Gubernur Sumbar Buka Fest Dama 2024, Ingatkan Pentingnya Pengamalan Nilai Adat dan Budaya
500 Hektare Lahan Kosong di Sekitar Danau Maninjau, YLHI Gandeng Semen Padang Sosialisasikan Kaliandra 
500 Hektare Lahan Kosong di Sekitar Danau Maninjau, YLHI Gandeng Semen Padang Sosialisasikan Kaliandra 
Pembudi Daya Ikan Keramba Jaring Apung Perlu Diedukasi agar Tak Merusak Lingkungan
Pembudi Daya Ikan Keramba Jaring Apung Perlu Diedukasi agar Tak Merusak Lingkungan
Kemenkomarves Minta Pemkab Agam langsung ‘Action’ Selamatkan Danau Maninjau
Kemenkomarves Minta Pemkab Agam langsung ‘Action’ Selamatkan Danau Maninjau
Danlantamal II Dukung Penataan KJA Kurangi Pencemaran Danau Singkarak
Danlantamal II Dukung Penataan KJA Kurangi Pencemaran Danau Singkarak
Rinuak Ikan Endemik Danau Maninjau Langka, UMKM Menjerit
Rinuak Ikan Endemik Danau Maninjau Langka, UMKM Menjerit