Padang, Padangkita.com - Epidemiolog dari Universitas Andalas, Defriman Djafri mengatakan lonjakan kasus Covid-19 di Sumatra Barat (Sumbar) akibat testing yang masif dilakukan oleh pemerintah daerah setempat.
Dia mengingatkan lonjakan kasus saat ini ibarat fenomena gunung es. Artinya, jumlah masyarakat yang terpapar Covid-19 sebenarnya lebih banyak dibandingkan dengan jumlah kasus yang berhasil dideteksi.
"Ini ibarat gunung es saja. Sebenarnya orang telah banyak tertular, tapi karena testing-nya rendah tentu untuk menemukan agak sulit, makanya kasus sedikit. Ketika testing masif, maka cepat terdeteksi," ujarnya saat dihubungi via telepon," Kamis (15/7/2021).
Lonjakan kasus saat ini, tutur dia, belum bisa digunakan untuk menilai apakah Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarat (PPKM) Darurat yang diterapkan di Sumbar efektif atau tidak.
Hal tersebut karena lonjakan kasus saat ini merupakan rangkaian tidak efektifnya penanganan Covid-19 pada dua atau tiga pekan yang lalu.
Pada Lebaran Idulfitri yang lalu, misalnya. Pemerintah dinilai tidak konsisten dalam melakukan pengawasan dan penegakan hukum kepada masyarakat yang melanggar aturan larangan mudik.
"Artinya, data infeksi yang dilaporkan setelah tiga minggu itu bukan data yang terdeteksi pada hari itu," ungkapnya.
Oleh karena itu, untuk melihat apakah PPKM Darurat yang dilakukan di sejumlah daerah di Sumbar efektif atau tidak, bisa dilihat beberapa pekan lagi.
Oleh karena itu, dia meminta pemerintah agar PPKM yang dilakukan harus benar-benar diterapkan demi pemutusan mata rantai penyebaran Covid-19 dengan diiringi dengan penegakan hukum yang tegas dan humanis.
Dia pun mengingatkan masyarakat untuk mematuhi protokol kesehatan meski nantinya PPKM tidak diterapkan lagi di Sumbar. Hal ini untuk menghindari lonjakan kasus tidak terjadi pada kemudian hari di Sumbar.
Baca Juga: Kasus Positif Covid-19 Bertambah 666 Orang, Tersebar di Seluruh Daerah di Sumbar
Sebelumnya diberitakan, jumlah kasus harian Covid-19 di Sumbar pada Rabu (16/7/2021) mencapai angka tertinggi selama masa pandemi, yakni 666 orang. [fru]